7 - ESCAPE

1.3K 78 6
                                    

Sial! Kenapa aku gagal membunuhnya? Andai polisi terlambat lima detik saja, aku pasti bisa membunuh cowok itu sekalian dan targetku selesai. Untuk pertama kalinya aku gagal membunuh seseorang dan rasanya sangat mengganjal. Aku bersumpah suatu hari nanti aku akan membunuhnya. Lihat saja nanti!!

Kaki kakiku berlari menapaki rumput rumput berembun. Aku tidak perduli meski kakiku basah. Aku menoleh kebelakang dengan nafas memburu, polisi polisi sialan itu terus memburuku. Beberapa kali aku menabrak batu dan terjatuh, tapi dewi fortuna sedang bersamaku sehingga polisi polisi itu gagal menangkapku.

Aku tertawa riang, penjahat berwajah riang ini tidak akan pernah tertangkap. Aku akan terus membunuh banyak orang, aku tidak akan pernah berada dipenjara sampai ujung hayatku! Saat aku menoleh kedepan, mobil mobil polisi menghadang tepat didepanku. Polisi berbadan kekar mulai menodongkan pistol didepanku sambil berteriak lantang agar aku menyerah, sembari menembakkan gas air mata yang memekikkan telinga. Tidak. Viona tidak akan menyerah!

Aku berteriak, setengah mengancam seraya menodongkan pisau berdarahku kepada polisi. Polisi itu tidak takut dan aku semakin frustasi. Aku tertangkap, aku gagal. Dan aku berontak seperti orang kesetanan. Aku tidak mau dipenjara! Aku tidak mau dan selamanya tidak akan!

***

"Lepasin gue! Gue gak bersalah! Sama sekali tidak!"

SATU bulan berada di jeruji besi membuatku tersiksa setengah mati. Aku gerah, dan hasrat membunuhku makin membara. Aku tidak tahan berada disini, aku ingin melarikan diri secepat mungkin! Aku sudah gatal akan membunuh oranglain dan aku ingin melakukannya lagi.

Banyak sekali cara cara yang sudah kulakukan, baik dengan cara halus maupun kasar tapi semuanya gagal. Malam semakin larut, satu penjaga menjaga penjaraku. Ia mengantarkan makanan untukku.

"Viona Mareta, makan makananmu!" seru polisi itu kasar. Aku hanya berdecih, ah makanan kuno ini lagi. Kenapa aku terlihat miskin begini, sih? Padahal aku terbiasa memakan makanan restoran bintang lima.

"Aku tidak ingin makanan!" bentakku.

  "Oh ya? Lalu apa yang kau inginkan? Mati?" tanya penjaga penjara itu sambil tersenyum sinis. Dan aku membencinya. Sebagai psikopat, amarahku memang sering tidak stabil dan dapat meluap sewaktu waktu. Dan parahnya, saat aku marah aku bisa melakukan hal hal gila diluar logika manusia.

"Aku tidak ingin mati, Pak." ucapku sambil menyentuh kerah bajunya dari sela sela jeruji besi. "Tapi sepertinya kau ingin, jadi.., ENYAHLAH KAU DARIKU!"

Penjaga penjara itu terkejut dan aku takkan membiarkan ia terkejut lebih lama lagi. Kutarik rambut cepaknya dan kuputar kepalanya, hingga posisinya terbalik 180 derajat. Kepalanya tepat menghadap kepunggung, tidak seperti kepala normal pada umumnya. Ia mati seketika dan kunci yang dipegangnya terjatuh. Aku tertawa, kesempatan emas kini berada ditanganku.

Dengan setengah berusaha aku meraih kunci itu, sekuat tenagaku. Aku membukanya dan berusaha kabur sebelum polisi polisi brengsek itu mengatahui usaha pelarianku.

Aku berlari, derap langkah kaki cepat mulai terdengar menderu dikantor polisi. Beberapa polisi yang menyadariku langsung mengejarku tapi itu sia sia saja. Aku menggenggam pistol salah satu polisi dan menembakkannya kearah mereka. Suara letusan timah panas menderu berkali kali, mereka semua tewas dan aku sangat menyukainya.

Aku pulang kerumahku, mengambil kartu ATMku yang berisi ratusan juta rupiah dan langsung pergi begitu saja, membelah angin malam yang semakin dingin. Aku memesan tiket pesawat dan akan berangkat malam ini juga sebagai bentuk pelarianku. Dengan identitas yang baru.

Welcome, new Viona!

***
Bersambung

PSIKOPATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang