Aku lelah jika terus menunggumu yang tak kunjung kembali. Jangan membuatku terlalu lama menunggu, karna menunggu itu melelahkan. Dan aku sudah lelah, jika kamu sudah tidak ingin bersamaku lagi, katakan saja. Aku tak apa, aku akan mengerti. Cepat kembali ya, aku lelah.
_______________
Tak terasa sudah tiga bulan Dilara tinggal di San francisco tanpa kedua orang tua dan juga tanpa adanya ketiga sahabat nya. Pagi pergi ngampus, sore pergi bekerja dan pulang larut malam. Melelahkan, hidup dikota asing tanpa pengawasan orang tua.
"Kamu kenapa ra? Kok kusut banget?" Kiara mamilih duduk disamping Dilara sambil menatap ponselnya yang menampilkan roomchatnya dengan seseorang.
"Aku kangen mama papa ki," ujara Dilara lesuh. Ia bangkit dari duduknya, mengambil sebuah buku biologi. Karna saat ini keduanya sedang berada diperpustakaan kampus. Inilah kebiasaan Dilara, disaat jam kosong seperti ini ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya diperpustakaan. Hanya untuk sekedar membaca buku yang tersedia atau mengerjakan tugas.
Sejauh ini semuanya terasa baik-baik saja, tak ada yang berubah. Hanya saja kabar baik nya adalah Diva sahabatnya akan melanjutkan studi nya di kampus yang sama dengan Dilara. Setidaknya akan ada hiburan jika ia lelah nantinya. Menurut Dilara, Diva adalah gadis yang lucu, ceria dan juga cerewet. Paket lengkap.
Ia kembali duduk ditempatnya semula, menghela nafas lelah.
"Yaudah kali, coba kamu telephone lagi mereka, siapa tau aja mereka udah gak sibuk." Usul Kiara tanpa menoleh sedikitpun.
"Capek tau ki, sebelum kamu nyusul aku kemari. Aku tuh sudah nyoba buat nelpon mereka, tapi ya. Sama seperti yang sudah-sudah," Dilara membolak-balik halaman demi halaman tanpa minat sedikit pun. Ia begitu merindukan kedua orang tuanya.
Benar kata Dilan, rindu itu berat dan saat ini Dilara tidak kuat untuk menahan rasa rindu yang kian menggebu. Kiara menoleh dan memperhatikan wajah kusut sahabatnya dari samping. Ia merasa iba, hanya karna kesalahan masa lalu. Kedua orang tuanya seakan-akan memusuhinya. Apapun yang Dilara lakukan, mereka seakan acuh dan tak mau ikut campur. Bahkan ketika Dilara memutuskan untuk menerima biaya siswa ini pun, mereka tak mau tahu dan masa bodoh. Bahkan mereka tak mau mengantarkan Dilara ke bandara dengan dalih mendadak ada urusan penting. Alasan yang sangat klasik menurut Kiara. Tapi sudahlah nasi sudah menjadi bubur.
"Kamu yang sabar ya Ra, mungkin aja saat ini mereka memang lagi sibuk," Kiara mencoba menegarkan Dilara lewat kata-katanya. Walau ia tahu itu belum cukup.
Dilara menatap Kiara dengan mata berkaca-kaca. Hatinya tak sekuat baja jika mengingat kedua orang tuanya yang kembali acuh. Lantas ia memeluk Kiara dan berharap ia mendapatkan kekuatan lewat pelukan tersebut.
☆☆
Disebuah Cafe kopi bernuansa klasik tampak ramai pengunjung. Salah satu nya adalah Clovis, yang saat ini tengah duduk dengan santai sambil sesekali menyesap kopi hitamnya. Tampak pengunjung yang semakin sore semakin ramai untuk datang ke Cafe bergaya tempo dulu ini.
Clovis tidak sendiri, kali ini ia sedang menunggu sepupunya. Yang sedang bekerja di Cafe ini, seorang gadis cantik. Dengan tinggi badan seperti seorang supermodel dan yang membuatnya berbeda hanyalah ia mengenakan hijab. Subhanallah, dijaman modern ini ternyata masih ada wanita yang mau mengenakan hijab. Bukankah itu menakjubkan, disaat yang lainnya mengenakan pakaian kekurangan bahan, lain halnya dengan dia. Ia malah menutupi sekujur tubuhnya dengan baju panjang dan juga seuntai jilbab yang menutupi rambut hitam legamnya. Tak hanya itu gadis itu juga pandai mengaji, sopan santun dan memiliki iris mata berwarna hitam legam. Perpaduan yang sempurna dengan wajah ovalnya beserta hidung mancung nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Love💕
RomanceGanti judul👉👉 Judul awal Dendam Masalalu. Bagaimana rasanya ketika kau harus kehilangan seseorang yang kau cintai? Sakitkah? Sedihkah? Marahkah? Atau malah kecewa?? Dan bagaimana pula jika kau harus dihadapi dengan sebuah kenyataan yang menyakitk...