Terkadang kita harus merasakan sakit dulu, sebelum merasakan bahagia.
¤¤
"Divaaaaaaa!" Dilara melambaikan tangan nya dengan antusias ketika melihat sahabatnya yang baru saja tiba di Airport.Gadis yang dipanggil 'Diva' tadi segera berlari kearah Dilara.
"Ampun deh, kamu makin cantik aja Di? Huaaaaa aku kangen bangett." Diva memeluk erat tubuh mungil Dilara, tak lupa pula ia memberikan kecupan ringan dipipi kanan Dilara. Sudah menjadi kebiasaan mereka jika bertemu selalu mengecup pipi kiri atau pipi kanan.
"Ahahaha, akhirnya kita bisa bareng lagi," Dilara mengurai pelukan mereka, melakukan hal yang sama yaitu mengecup pipi kiri Diva. Dilara berjalan keluar dari Airport yang diikuti Diva disampingnya.
"Oh ya, kamu tinggal di Apartemen Kiara aja ya? Biar ramai gitu, soalnya kami cuma tinggal berdua." Ujar Dilara. Diva mengangguk sambil tersenyum lebar, pertanda ia setuju dengan saran Dilara. Lagi pula ia tidak berani jika harus tinggal sendiri, jadi apa salahnya jika mau menerima saran Dilara.
Dilara menyetop taksi yang melintasi mereka, taksi berhenti tepat didepan mereka. Membantu Diva untuk memasukkan koper besarnya beserta tas yang cukup besar ke dalam bagasi mobil. Mereka masuk kedalam taksi, sempat terjadi keheningan diantara mereka. Akhirnya Dilara membuka suaranya untuk memecahkan keheningan yang sangat membosankan. Setelah memberikan alamat ke pada sang supir taksi.
"Clovis." Pandangan Dilara tetap sama ketika ia mengucapkan satu nama yang baru kemarin ia jumpai tanpa sengaja, yang membuat sebuah drama yang memalukan baginya.
"Ada apa dengan Clovis?" Jawab Diva heran. "Aku semalam bertemu dengannya tanpa sengaja di cafe tempat ku bekerja. Ah, aku begitu merindukannya Va! Hingga aku tak tahu harus mengatakan apa ketika bertemu dengan dia kembali." Dilara kembali melanjutkan ceritanya mulai dari dia yang dimintai tolong oleh Maura, sampai ia kembali bisa berdekatan dengan Clovis tanpa kejelasan tentang hubungan mereka. Dengan senyum yang mengembang dan rasa bahagia yang tampak jelas dari pancaran wajahnya. Diva hanya bisa tersenyum hambar, mungkin jika bisa. Ia akan mengatakan suatu rahasia yang sayangnya itu tidak akan pernah bisa ia katakan.
"Maaf Di, aku gak mungkin ngingkarin janjiku walaupun aku sangat ingin. Aku takut kamu kembali sakit hati. Tapi aku sudah berjanji untuk merahasiakan nya,maafkan aku." Ujar Diva dalam hati.
Dilara terus bercerita panjang lebar tentang Kiara, teman barunya Maura, semua yang ia alami ia ceritakan kepada Diva. Terkadang Diva menanggapinya dengan senyuman, anggukkan ataupun balas menimpali ucapan Dilara.
☆☆
Clovis berencana akan mengajak Dilara pergi jalan-jalan hari ini. Ia akan memperjelaskan apa yang membuatnya pergi begitu saja dulu. Dengan penuh semangat Clovis membuka pintu Apartement nya. Clovis terkejut ketika menemukan kedua orang tuanya didalam. Ia langsung masuk kedalam ketika sang ibu menyuruhnya segera masuk. Sepertinya ada hal serius yang akan dibicarakan sampai-sampai kedua orang tuanya datang menemuinya kemari.
"Duduklah soon, apa kabarmu?" Tanya sang ibu lembut. Clovis memandang keduanya heran, tak biasanya mereka datang kemari tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Ia menikmati sapuan lembut tangan ibunya di lengannya.
"Baik, sangat baik malah." Ia tersenyum lembut kearah ibunya. Untuk meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. Walau kenyataannya memang seperti itu. Tatapan Clovis beralih ke arah sang Ayah yang sedari tadi hanya diam tanpa ekspresi. Clovis bertanya-tanya dalam hati, ada apa? Apakah ia berbuat salah? Sepertinya tidak?.
"Sayang, maafkan kami ya. Jika kami tidak memberimu kabar, jika kami akan kemari menemuimu." Era ibu Clovis menatap nanar kearah suaminya. Ia sedih sangat sedih, ia tidak menyukai kenyataan yang akan mereka sampaikan kepada putra bungsunya. Bram ayah Clovis manatap keduanya secara bergantian. Merasa ini adalah waktu yang tepat untuknya menyampaikan semuanya.
"Maafkan ayah Clo," ujarnya.
"Perihal perjodohan yang sempat tertunda dulu. Keluarga Wijaya tidak menerima, jika kamu memutuskan perjodohan ini. Putri mereka sudah menyetujui perjodohan kalian. Ayah tidak memiliki pilihan lain selain memaksamu untuk menerimanya nak. Suka tidak suka, mau tidak mau. Kamu harus mau, semuanya sudah terjadi. Janji Opamu terdahulu tidak bisa mereka lupakan nak. Kamu harus mau menerima kenyataan ini. Dan tinggalkan gadismu, percayalah gadis yang dijodohkan opamu adalah gadis yang sangat baik." Ucap Bram tegas. Sorot matanya menandakan ketegasan serta tekat yang begitu kuat. Ia harus membujuk putra nya untuk menyetujui perjodohan gila ini. Perjodohan yang membuatnya hampir kehilangan putra bungsunya. Tangan Clovis mengepal erat, hingga buku-buku jarinya memutih. Dadanya bergemuruh, mengapa disaat-saat seperti ini perjodon gila itu kembali dibicarakan. Mau bagaimana lagi, jika ayahnya sudah mengatakan hal seperti itu. Mau tidak mau, ia harus menerimanya. Jika tidak, ia yakin keluarga wijaya akan terus memaksa mereka. Dan berakhir ibunya sakit kembali. Clovis menghela nafas berat.
"Bukankah gadis itu menolak perjodohan gila ini? Tapi mengapa sekarang dia menerimanya?" Bram menatapa putra bungsunya, sebelum ia menjawab pertanyaannya. Jujur, Bram tidak menginginkan hal ini terjadi. Tetapi janji adalah janji, yang tak mungkin di ingkari.
"Awalnya, gadis itu menolak. Namun, sekarang ia mau menerima perjodohan ini entah atas dasar apa? Lebih tepatnya kami tidak mengetahui apa alasan gadis itu mau menerima perjodohan ini, sementara dulu ia begitu menolaknya." Balasan Bram mampu membuat Clovis bingung. Ada apa sebenarnya dengan gadis itu. Keningnya berkerut pertanda ia begitu heran.
"Apa kau sudah bertemu dengan nya?" Tanya Era.
"Sudah bu, dan saat ini aku berencana untuk mengajaknya pergi jalan-jalan." Seulas senyum terbit dibibir Clovis. Era memandang anaknya iba, dia begitu bahagia ketika membicarakan tentang gadis mungil itu. Dia begitu mencintainya, semuanya tampak jelas.
"Kamu bisa membatalkan perjodohan ini son, tetapi dengan syarat kau dan dia sama-sama merasa tidak cocok. Tetapi alangkah baiknya jika kamu menerima perjodohan ini. Jalani saja perjodohan ini, kami tidak memaksa. Karna kamu juga pantas memilih pendamping hidup kamu sendiri. Dan perjuangkan lah dia son, ayah tahu dia adalah gadis yang sangat baik. Jangan buat dia kecewa." Ujar Bram panjang lebar. Clovis terdiam, mencerna perkataan sang ayah.
"Kami tidak melarangmu untuk berhubungan dengan siapapun son. Hanya saja perjodohan inilah yang membuat kami seolah-olah menentang hubunganmu terdahulu dengan dia. Maafkan kami, tetapi sekarang. Semuanya ada ditanganmu nak, kamu pantas untuk mencari ke bahagiaanmu sendiri." Tatapan lembut keduanya mampu mebuat Clovis tersenyum."Opamu berpesan, jangan menyakiti Dilara. Karna dia tak pantas mendapatkan rasa sakit. Tetapi gadis itu pantas mendapatkan sebuah kebahagiaan setiap harinya. Tentang perjodohan itu. Ayah mau kamu datang tepat dihari ulang tahun pernikahan kami. Kita akan membahas perjodohan itu disana. Kami menyayangimu nak," Bram menepuk bahu Clovis beberapa kali. Lantas Bram bangkit dari duduknya yang disusul oleh Clovis dan Era.
"Kami harus pulang, ada hal penting yang harus kami lakukan. Ingatlah jika kau benar-benar mencintainya. Jangan sekali pun kamu mencoba menyakitinya. Jika kamu benar-benar mencintainya, ayah yakin kamu tidak akan pernah membiarkannya tersakiti. Ingat kata-kata ayah." Senyuman Bram tak pernah luntur, ia begitu bangga dengan putra bungsunya ini. Berani mengambil resiko besar demi bersama dengan gadis itu.
"Kami pergi dulu son, ibu menyayangimu." Era mencium pipi kiri Clovis dengan sayang. Bram memeluk Clovis singkat.
"Aku antar," ujar Clovis.
"Tidak usah nak, beristirahatlah. Kami pergi, Assalamualaikum." Keduanya menolak halus ajakan Clovis.
"Wa'alaikumsalam." Clovis tidak bisa memaksa orangtuanya, karna ia tahu. Keduanya sangat keras kepala. Clovis memutuskan untuk beristirahat sebelum mengajak Dilara pergi nanti malam.¤¤¤¤
TBC
Berani mencintai, berarti berani menangung segala resiko didalam percintaan. By Putri 😆😅😄😍😍😙😗
Sehuyyy Gue balik lagi...
Happy reading guys. Semoga suka jangan lupa vote dan comment nya ya guys. Dadah✋Tertanda:
Pacar Zayn Malik, calon istri Sean O'pry, Mantan Manu Rios dan Harris J, alhamdulilah belum menikah😂😅😆
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Love💕
RomanceGanti judul👉👉 Judul awal Dendam Masalalu. Bagaimana rasanya ketika kau harus kehilangan seseorang yang kau cintai? Sakitkah? Sedihkah? Marahkah? Atau malah kecewa?? Dan bagaimana pula jika kau harus dihadapi dengan sebuah kenyataan yang menyakitk...