Bab 14

1.8K 199 105
                                    

IBUKU MENGANTARKU KESEKOLAH.

Di sepanjang perjalanan kami lebih banyak diam. Seharusnya aku memikirkan alasan yang lebih bagus lagi dan nggak menyinggung-nyinggung soal almarhumah nenek.

Untung aku nggak menyinggung-nyinggung soal kakek. Entah bagaimana perasaan Ibuku kalau aku membicarakan mereka.

Sesampainya di sekolah, aku segera masuk ke kelas namun langkahku terhenti di depan pintu karena di dekat bangkuku sudah ada Trio Truk Gandeng.

Anak-anak di kelas sudah mereka usir, jadi hanya tinggal kami berempat yang berada di dalam.

Si Gendut No.1 memperhatikan keseluruh isi kelas dengan matanya yang besar dan akhirnya tatapannya tertuju kepadaku. Dia langsung berkata dengan marah, “Kenapa si Tikus Got ini masuk ke sini!?”

“Memangnya kenapa?” tanyaku polos. “Ini kan kelasku. Seharusnya kan aku yang bertanya seperti itu.”

Aku kira Trio Truk Gandeng akan marah mendengar perkataanku, tapi nyatanya nggak. Mereka nggak peduli akan kehadiranku dan malah mengoceh di antara mereka sendiri.

Si Gendut No.1 berkata dengan tajam, “Aku bisa merasakannya.” Dia memandang langit-langit, “Ada sesuatu hal gaib yang berada di kelas ini.”

Aku nggak mengerti apa yang mereka bicarakan. Aku bahkan nggak tahu bahwa Trio Truk Gandeng punya minat dengan hal-hal supranatural.

Hal yang nampaknya merupakan pemikiran terakhir yang bisa kau pikirkan tentang mereka. Sepertinya berita bahwa kelas kami ada penunggunya sudah tersebar ke seluruh sekolah dan Trio Truk Gandeng termasuk anak-anak yang percaya bahwa hantu telah menjahili anak-anak di sini.

Aku melirik ke arah Wilona yang seperti ingin tertawa tapi berusaha untuk menahannya. Aku menghela napas dan bermaksud mengatakan bahwa nggak ada hantu di sini tapi Si Gendut No.1 berbicara duluan.

“Dia di sana.”

Si Gendut No.1 menunjuk ke arah papan tulis.

“Dia berdiri di depan papan tulis dan sedang memandangi kita.”

Kedua temannya melihat ke arah yang ditunjuk teman mereka dan takjub seolah-olah mereka benar-benar melihat hantu.

Wilona sama sekali nggak bisa menahan tawanya. Dia tertawa terbahak-bahak sedangkan aku berusaha untuk menahan tawaku.

Mereka benar-benar nggak masuk akal. Sudah jelas-jelas hantu penghuni kelas ini alias Wilona berada di belakangku bukan di depan papan tulis.

Aku yakin Si Gendut No.1 hanya ingin mempertontonkan kehebatannya di depan teman-temannya, tapi usaha itu gagal.

Tanpa sengaja Si Gendut No.2 melihatku yang sedang berusaha menahan tawa dan dia melotot kepadaku.

“Kenapa kau tertawa Tikus Got?”

“Nggak ada kok,” ujarku sambil mengulum bibir. “Hanya aku rasa kalian nggak masuk akal.”

Sekarang Si Gendut No.1 melihatku sambil berkacak pinggang.

“Memangnya kau tahu apa? Kau tahu nggak sih bahwa aku ini punya seorang paman pengusir hantu?” ujarnya dengan bangga.

Padahal hal seperti itu nggak ada gunanya untuk dibanggain.

Pengusir hantu? Jangan-jangan pamannya si Supradi itu.

Aku memutuskan bertanya, “Nama pamanmu Supradi ya?”

Si Gendut No.1 terlihat bingung. Dia memandang ke kedua temannya yang sama herannya seperti dia. Kemudian dia kembali memandangku dengan tatapan penuh tanya.

Clara and New House [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang