Bab 21

1.6K 170 112
                                    

PAGI HARINYA AKU MERASAKAN BAHUKU KEMBALI DI GUNCANG-GUNCANG.

Ketika aku membuka mata dengan susah payah, aku melihat Ibu yang tengah berkacak pinggang menjulang di hadapanku.

"Bangun, Clara!" ujarnya sambil menarik selimutku. "Ini sudah jam setengah tujuh lho, entar terlambat ke sekolah lagi!"

Mendengar kata jam setengah tujuh, mataku langsung melek.

"Wah, aku terlambat!" pekikku dan segera berlari ke arah kamar mandi.

Sial! Kalau aku nggak tiba di sekolah setengah jam lagi, maka aku nggak akan diperbolehkan masuk. Padahal hari ini ada ulangan!

Aku menyelesaikan mandi, berganti pakaian,dan sarapan dalam waktu dua belas menit. Rekor baruku sudah tercipta. Aku menyuruh Ibu untuk lebih cepat karena lima menit lagi pagar sekolah akan ditutup.

Ibuku memarahiku di sepanjang perjalanan ke sekolah yang untungnya nggak memakan banyak waktu. Dia menyalahkanku atas hal ini karena aku yang terlambat bangun dan mengira bahwa aku mungkin punya penyakit sulit tidur atau insomnia yang langsung aku sanggah.

Sampai kapanpun aku nggak akan pernah mau punya penyakit kayak gitu. Aku sampai di sekolah tepat pada saat satpam kami hendak menutup pagar. Aku langsung menyelinap masuk dan berlari ke kelas.

Hal itu terjadi beberapa jam yang lalu dan sekarang aku sedang berada di taman sekolah dekat dengan lapangan olahraga. Aku sedang berusaha menyusun kesimpulan dari semua informasi yang kudapat baik dari manusia maupun dari hantu.

Kupandangi lagi buku catatanku dan meneliti setiap cerita dari mereka semua. Rata-rata mereka semua memberikan informasi yang sama seperti bahwa Alfred dan Ibu Angela punya anak kembar dan Alfred menikah lagi.

Tidak ada yang menyebut-nyebut tentang ritual. Pasti ritual itu benar-benar disembunyikan dengan sangat baik dari perhatian orang-orang. Namun setelah lebih kuteliti lagi aku menemukan sebuah fakta yang menarik.

Dari semua orang dan hantu yang kutanyai. Mereka menyebut nama Widya di samping nama Winda. Beberapa dari mereka berpendapat bahwa saudara kembar Winda bernama Widya tapi dengan nada yang nggak yakin.

Aku jadi bingung beberapa saat sampai keterangan dari Pak Marcus menarik minatku. Dia bilang bahwa kembaran Winda itu orangnya sangat tertutup dan jarang bergaul dengan warga.

Mungkin itulah penyebab kenapa Widya dilupakan orang. Kau tentu melupakan sesuatu yang nggak terlalu kau kenal dalam hidupmu kan? Maka dari situ kutarik kesimpulan bahwa saudara kembar Winda itu bernama Widya.

Mungkin Paman Bibir Tebal tahu mengenai ini. Dia kan sudah berada di rumah itu selama enam bulan sebelum kematian Winda terjadi. Dia pasti menyembunyikan sesuatu dan aku akan memaksanya untuk ngomong yang sejujurnya.

Sehabis jam pelajaran terakhir dan guru kami sudah keluar kelas, Andi maju ke depan dan mulai berdehem, tanda dia akan ngomong panjang dan serius.

"Sesuai dengan rencana kita. Kita akan mendatangkan pengusir hantu untuk mengusir hantu jail yang menganggu kita. Sekarang, sudah waktu pulang sekolah. Pengusir hantu itu akan datang sebentar lagi."

Aku lupa dengan rencana kelas kami untuk mengusir Wilona dari sini. Namun yang mereka datangkan adalah seorang pengusir hantu yang sama sekali nggak bermutu.

Wilona yang sedari tadi di sampingku, hanya bisa tertawa terkikik-kikik melihat anak-anak begitu bersemangat untuk mengusirnya dengan menggunakan jasa pengusir hantu lemah yang konyol.

Suara ribut-ribut anak-anak segera hilang ketika dua orang yang sudah kukenal memasuki ruangan kelas bagai selebriti memasuki red carpet. Si Supradi dan asistennya Jalil.

Clara and New House [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang