Kesurupan

45 13 5
                                    

Aku berjalan lesu menuju kelas. Saat istirahat kedua tadi,yang adzan sepertinya bukan muadzin itu. Muadzin yang aku sukai. Aku sudah tahu siapa yang menjadi muadzin itu. Meski aku hanya sekilas melihat wajah dan postur tubuhnya,tapi bayangan cowok itu tidak bisa hilang di benakku.Sampai sekarang aku masih menebak-nebak siapa namanya.

Aku sudah bisa mengenali suaranya. Meski hanya baru beberapa kali mendengarnya saja.

Pelajaran terakhir adalah materi pramuka. Biasanya kelasku akan digabung dengan kelas 7-9 yang memang letaknya bersebelahan.

"Naz,regu ceweknya pindah ke kelas sebelah. Ayo!" Ucapan Putri membuat aku menghela nafas. Selalu seperti ini,sebenarnya aku itu penakut. Apalagi kelas sebelah terkenal angker.

Setelah seluruh regu perempuan di kelasku sudah menempati kelas 7-9. Seorang pembina memasukki kelas,biasanya materi kepramukaan akan diisi oleh beberapa kakak kelas yang mengikuti eskul pramuka.

"Hai adik-adik! Apa kabarnya?"

"Baik,"

"Masih ingat sama kakak kan?"

"Ingat dong!"

"Alhamdulillah jadi gausah perkenalan lagi ya?"

"Kenalan dong kak,"
"Lupa namanya kak,"

"Oke perkenalkan nama kakak, Kak syarif. Hari ini kakak akan memberikan materi kepramukaan pada kalian." Ucap Kak Syarif
"Sebelumnya ada yang tau sandi itu apa?" Tanya kak Syarif tetapi tidak ada satu siswi pun yang bisa menjawab

"Eh Naz, aku malas tau kalau materi. Meningan juga games." Ucap Windi yang duduk di sebelahku

"Hust," aku mengisyaratkan agar Windi diam,aku tidak mau jika harus dihukum karena mengobrol. Kak Syarif pun menjelaskan materi kepramukaan hari ini yang didengarkan oleh kami dengan baik. Hanya didengarkan tapi aku yakin tidak ada yang benar-benar paham.

"Ada yang mau ditanyakan ga? Apa udah paham semua?" Tanya Kak Syarif pada kami

Krik krik

Tidak ada siswi yang mau membuka suara. Membuat ruangan hening seketika.

Kak Syarif berdehem sebelum melanjutkan materi. Tapi terdengar suara deheman lain dari bangku belakang membuat ruangan mencekam seketika.

Suara menggeram disertain decitan bangku membuat bulu kudukku berdiri seketika.

Suara itu terasa dekat denganku. Perasaanku mendadak tidak enak,ruangan yang tadinya sepi menjadi ramai oleh suara para siswi yang berbisik lirih. Aku memperhatikan ekspresi orang-orang disekitarku,mereka melirik kearahku. Kebelakangku tepatnya.

Suara cekikikan terdengar tepat dibelakangku. Aku langsung beranjak dari kursi dan langsung berlari kedepan bersama dengan siswi yang lain.

Mataku membelak. Jantungku berdetak sangat cepat. Keringat bercucuran dari dahiku. Aku sangat ketakutan saat melihat seorang siswi sedang menunduk sembari terus cekikikan. Ini adalah pertama kalinya aku melihat ada yang kesurupan,apalagi di lingkungan sekolah.

Ruangan menjadi ramai dengan teriakkan para siswi. Ada yang keluar kelas tetapi sebagian besar masih tetap di dalam kelas. Mungkin karena mereka penasaran. Aku tetap berada di kelas meski takut tapi lagi-lagi rasa penasaranku mengalahkan ketakutanku.

Para murid yang lain ikut menyaksikan apa yang sedang terjadi. Banyak yang mengintip di jendela dan ada pula yang masuk ke dalam ruangan membuat kelas menjadi sesak.

Siswi yang aku ketahuin bernama Dina itu terus tertawa kemudian menangis dan menggeram dengan suara berat.

Kak syarif dibantu murid yang lain membacakan ayat alquran membuat Dina mengerang kesakitan. Kak Syarif meletakkan telapak tangannya tepat di ubun-ubun Dina dan membacakan doa. Dina berteriak kesakitan sebelum jatuh pingsan.

Setelah Dina digotong ke UKS,para muridpun membubarkan diri karena memang waktunya untuk pulang.

"Saha urang? Urang teh saha? Urang teh dimana?"
Teriak Oky-teman sekelasku,ia meletakkan telapak tangannya sendiri di atas kepalanya.

Kami serentak tertawa. Ada-ada saja,saat menegangkan seperti ini masih saja ada yang bertingkah konyol.

Setelah memakai tas,aku dan Windi segera meninggalkan kelas.

"Win,mau pulang bareng ga?" Tanya Oky sembari tersenyum pada Windi

Aku mengulum senyum melihat Windi yang terlihat malu-malu saat menggelengkan kepalanya.

"Cie,cie... Ditawarin pulang bareng tuh," ucapku meledek Windi

"Apaan sih,"

Kami berjalan melewati kelas-kelas yang sudah sepi. Pohon-pohon jati dan beringin yang menjulang membuat sekolahku ini terlihat asri dan juga angker.

"Win,kayaknya Oky suka deh sama lu."

"Sebenarnya.."
Windi menggantung ucapannya membuat aku menggerutu kesal

"Sebenarnya apa?" Tanyaku tak sabar

"Sebenarnya..aku ingin mengungkapkan rasa tapi mengapa aku s'lalu tak bisa🎶"

"Kok malah nyanyi sih win!" Windi terkikik geli melihat wajahku yang menahan kesal.

"Bagaimana caranya agar dirimu bisa tahu bahwa aku suka.. Suka.. Suka.. S uka sama kamu🎶"

"Windi serius ih!"

"Aku masih waras ya! Enak aja minta diseriusin ke aku," ucap Windi sembari tertawa

"Tau ah!"
Aku melengos pergi meninggalkan windi sendirian

"Eh naz! Jangan marah dong,aku mau cerita!"
Windi menyusulku sehingga kami kembali beriringan

"Apaan?" Tanyaku ketus

"Galak amat! Jadi gini,sebenarnya aku sama si Oky itu udah jadian."

"Hah? Demi apa?" Aku sangat kaget mendengar berita ini,karena sebelumnya windi tidak bercerita bahwa ia dekat dengan cowok.

"Demi apa.. Kau sayang padaku.. Demi apa.. Kau cinta padaku..🎶"

"Windi!"

"Iya,iya.. Semalam dia nembak aku. Aku juga gatau padahal awalnya cuman chat biasa. Kayak nanya PR gitu. Terus tiba-tiba dia nembak aja."

"Ih pokoknya Pajak Jadian!"

"Baru juga sehari naz,nanti deh kalau udah mensive sebulan yak?"

"Pokoknya gamau tahu! Pajak Jadian!"

"Iya bawel,"

Kami berpisah di depan gang sekolah,aku harus naik angkot untuk bisa sampai ke rumah sedangkan windi berjalan menuju rumahnya yang memang terletak tak jauh dari sekolah.



Hai👋
Partnya aku buat pendek-pendek aja ya...
Soalnya memang belum masuk konflik juga..
Maaf kalau bahasanya alay atau kekanakan,namanya juga anak SMP😆
Enjoy for reading next part🔜

Dont forget to vote and coment❤



























Berawal Dari AdzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang