Berbincang Dengannya

47 15 5
                                    

Ulangan Akhir Semester baru saja selesai dilaksanakan. Semua murid SMP Dwi Darma bisa bernafas lega,sekarang kami hanya tinggal menunggu pembagian raport dan pengumuman kenaikan kelas.

Aku terus memandang ke bawah,tepat ke arah lapangan. Dari kelasku yang berada di lantai dua ini,lapangan sekolah bisa leluasa aku lihat. Termasuk kelas dirinya. Dari sini,aku bisa melihat dengan jelas beranda kelas 7-3 yang terlihat ramai oleh beberapa siswa. Dan aku dapat melihat dirinya dengan sangat jelas.. Dan Jujur saja.. Semenjak hari itu.. Hari dimana ia menyatakan perasaan pada seorang siswi cantik. Aku semakin terus kepikiran akan dirinya. Sepertinya perasaan ini terus bertambah seiring dengan rasa sakit yang masih terasa.

"Hey! Bengong!"

Aku mendelik ke Windi yang sudah mengagetkanku.

"Hehe,liatin apa sih?" Tanyanya sambil melihat kesekeliling lapangan

"Oh,aku tahu. Masih belum move on dari si Nevan?" Tanya windi yang aku balas dengan anggukkan.

"Dia udah punya pacar loh!" Ucap Windi memperingati

"Udah tahu!"

"Kalau udah tahu, ya lupain aja sih!"

Dia pikir gampang apa melupakan seseorang? Apa lagi dia masih bisa ku lihat dengan begitu jelas.

"Gak gampang," ujarku singkat

"Gampang,asalkan kamu jangan terus-terusan perhatiin dia diam-diam kayak gini,"

Aku menghela nafas sebelum membalas ucapan Windi.

"Gak bisa! Dan sepertinya gak akan pernah bisa!"

"Yaelah Naz,gimana mau bisa kalau kamu gak mau berusaha buat bisa."

Aku hanya diam dan tak bisa membalas perkataan Windi.

"Eh iya katanya kelas delapan kita bakalan diacak ya?" Ucap Windi yang kembali aku balas dengan anggukkan.

"Naazira kenapa sih? Sakit gigi?"

Aku menggeleng

"Sariawan?"

Aku menggeleng lagi

"Kesurupan?"

Aku mengeryit bingung, "Apa hubungannya sama kesurupan?"

"Abisnya dari tadi kamu cuman ngangguk-ngangguk sama geleng-geleng doang kayak orang kesurupan. Kan biasanya setan kalau ditanya cuman geleng sama ngangguk doang. Sekalinya ngomong,'hihihihihi'..."

"Jadi kamu ngatain aku setan?" Ujarku memotong perkataan Windi

"Gak ngatain.. Cuman kayaknya mirip.." Ucap Windi sambil terkekeh

"Eh,Naz antar aku ke Pak Kur yuk,mau ngumpulin tugas," pinta Windi yang lagi-lagi aku balas dengan anggukkan.

"Nah kan ngangguk lagi,ini mah tanda-tanda kesu..."

"Udah deh cepetan!" Aku langsung berjalan menuruni tangga dengan Windi yang mengekor di belakang.

"Tunggu dong Naz!"

Saat melewati kelas 7-3,mataku lagi-lagi melirik kearah Nevan. Tapi sayangnya dia sedang sibuk bergurau bersama teman-teman sekelasnya.

Andai aku bisa sekelas dengannya. Mungkin aku bisa dikenalinya,mungkin kami bisa mengobrol,mungkin.. kami bisa lebih dekat.

Sesampainya di ruang guru. Aku mengantar Windi menuju meja Pak Kur untuk meletakkan tugas Windi.

"Itu kalian berdua!" Kami yang akan melangkahkan kaki keluar ruangan membalikkan badan karena merasa ada yang memanggil.

"Tolong panggilkan ketua kelas 7-3! Bilang ditunggu pak Ivan di ruang guru," pinta pak Ivan

Setelah itu kami langsung berjalan menuju kelas 7-3.

"Kamu aja deh yang manggil,Naz."

"Eh gak mau ah,kamu aja."

"Aku malu."

"Aku juga."

Sepanjang perjalanan menuju kelas 7-3 kami terus berdebat karena sama-sama malu,padahal hanya memanggil ketua kelasnya saja. Beberapa langkah lagi kami sampai di depan kelas 7-3,para siswa yang tadi bersenda gurau di beranda kelas sudah tak ada. Sepertinya sudah masuk kelas.

"Cepat kamu aja,Naz!" Pinta Windi,aku hanya mampu berdecak karena Windi yang tak mau mengalah.

Perlahan ku langkahkan kakiku menuju kelas 7-3 yang pintunya sedang terbuka. Sedangkan Windi memilih menunggu di beranda.

"Assalamualaikum," ucapku sehingga membuat beberapa murid langsung mengarahkan pandangan ke arahku

"Ketua kelas 7-3 dipanggil pak Ivan," ucapku pelan yang mungkin hanya bisa di dengar oleh beberapa siswi yang sedang duduk di dekat pintu.

"Ketua kelas dipanggil!!!" Teriak seorang siswi memperjelas perkataanku

Seorang siswa dari arah barisan belakang berjalan menghampiriku.

Jantungku rasanya mau berhenti saat melihat siap yang mendekat kearahku.

Dia..

Nevan..

"Di panggil siapa?" Tanyanya saat ia berada tepat didepanku. Lidahku rasanya kelu untuk menjawab pertanyaannya.

"Eh.. itu.. pak Ivan," jawabku yang ketara sekali gugup

"Oke,makasih ya." Ucapnya sambil tersenyum kemudian berlalu melewatiku yang masih berdiri di depan pintu

Dia tadi berada di dekatku.

Dia tadi bicara sama aku.

Dia senyum sama aku.

Sebuah tangan menarikku sehingga aku tertarik ke belakang.

"Jangan diam di depan pintu,kamu dari tadi di lihatin." Ucap Windi kemudian menarikku ke kelas kami

"Win tadi kamu lihat ga? Dia ngomong sama aku. Dia senyum sama aku. Dia tadi dekat banget sama aku. Dia..."

"Husst,iya aku lihat semuanya. Harusnya kamu bilang makasih sama aku,karena kalau tadi aku yang manggil ketua kelas. Dia bakal ngomong sama aku bukan sama kamu."

"Eh iya,makasih banyak Windi!" Ucapku kegirangan

"Tapi beneran deh,aku senang banget. Tadi dia dekat banget sama aku. Aku bisa lihat wajah dia lebih jelas,dengar suaranya yang merdu itu,apalagi tadi dia senyum ke aku! Dia senyum ke aku Win! Rasanya kaki aku langsung lemas!"

Windi hanya terkikik geli

'Tadi diam mulu,sekarang pas senang jadi super bawel' batin Windi

Aku terus berjalan dengan hati yang berbunga-bunga. Siapa juga yang tidak bahagia jika mendapatkan senyum dari orang yang kita sukai. Windi menahan langkahku,saat kami sudah sampai kelas.

"Cuman mau ngingetin. Takutnya lupa... Dia udah punya pacar," ucap Windi yang langsung melemparku ke ingatan disaat Nevan menembak siswi cantik dihadapan banyak orang.

Bunga yang tadinya bermekaran sangat subur dihatiku mendadak menjadi layu hanya dengan kalimat.
"Dia udah punya pacar,"









Hallo Makasii yang udah mau baca sampai part ini❤

Sebelumnya Author mau ngucapin.. Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin😊

Berawal Dari AdzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang