•Lets Not Fall in Love (JIMIN)

462 19 2
                                    

.
.
Aku mulai sibuk dengan handphone ku. Aku tau ini adalah jam dimana aku harus belajar. Mengingat ujianku tinggal beberapa minggu lagi.

Tapi, anak ini sangat menyenangkan. Kami sudah bersahabat sejak kelas 2 SMP.

Bohong jika aku tidak suka padanya. Aku pernah mendengar kata "saat bersahabatan dengan lawan jenis percayalah, salah satu darimu akan menyimpan rasa". Itu aku.

Aku sudah memendam rasa ini sejak kelas 2 SMA.

"Jiminie, apa kau sibuk?" Aku menggerakkan jariku mengetik kata itu.

"Tidak. Aku baru saja menonton tv. Itu sangat membosankan"

"Mari bertemu. Aku ingin memberimu sebuah dvd baru"

"Benarkah? Kajja. Dimana?"

"Um kita bertemu ditaman saja".

Aku akan menyatakan perasaanku malam ini. Persetan dengan harga diriku. Aku tak bisa menahannya. Walaupun jimin akan membeciku nanti.

Aku duduk disebuah ayunan dengan menggenggam DVD yang aku janjikan.
Dengan setelan kaos putih dan jeans, Jimin menghampiriku dengan tersenyum.

"Sudah lama?" Aku hanya menggeleng.

"Yak. Ini sudah malam. Kenapa kau tidak memakai jaket atau apa" dia mengomeliku sambil menunjukku. Manisnya.

"Kau selalu saja perhatian" aku hanya membalas seadanya.

"Mana DVD yang kau janjikan? Berikan. Aku ingin pulang dan menontonnya"

Aku memberikannya.

"Aku pulang" ia berbalik lalu berjalan meninggalkanku. Bodoh, berdirilah dan kejar Jimin!.

Aku masih duduk dan memandangi punggungnya.

"Jimin-ssi!" Teriakku. Ia berbalik. Aku masih terduduk. Tanganku basah. Sial, aku terlalu gugup.

Aku meremas kedua tanganku. Ia terlihat bingung.

"Pulanglah. Ini sudah malam" teriaknya.

"Aku menyukaimu" aku menggigit bibirku dan menatapnya. Ia terdiam.

"Aku benar benar menyukaimu" ucapku. Aku merasakan panas disini. Jimin menghampiriku. Ia seakan tak percaya dengan apa yang kukatakan tadi.

Aku bangkit dari ayunan itu dan menatapnya lagi.

"Aku menyu..."
"Jangan lakukan ini"

Apa yg baru saja kudengar? Jangan?.

"Ke..kenapa?" Entah kenapa suaraku bergetar.

"Aku suka kita sebagai sahabat . Aku tak ingin lebih" ucapnya.

Hanya kalimat tapi mampu membuat hatiku tertusuk.

"Kau selalu begini. Apa kita tak bisa lebih?"

"Aku hanya takut menyakitimu" aku masih tak percaya. Kutarik kata kataku soal harga diri. Harga diriku kini hilang.

"Tapi kau selalu perhatian kepadaku. Kau memberiku harapan"

"Aku tak mau lebih. Pulanglah dan belajar untuk ujianmu. Aku pergi" ia meninggalkan ku begitu saja. Begitu saja.

Entah air mataku jatuh. Sakit rasanya. Kebodohanku yang membuatku sakit. Seandainya aku tak gegabah, aku tidak akan merasakannya.

"Brengsek!" Aku meneriakinya. Mianhaeyo, Jimin-ssi.

**************

Sangat bosan tinggal dirumah. Aku mulai menonton tv. Sangat membosankan.

BTS FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang