"Gue kira lo nggak bakalan dateng""Gue nggak pernah ingkar janji" jelas Dira.
Malvin mengangguk. "Gue cuma mau nanya---"
"Tunggu dulu" potong Dira. "Lo dapet id line gue dari mana, bukannya kemaren gue belum sempet ngasih. Gue lupa nanya in itu tadi malam"
"Oh. Itu gue dapet dari temen gue"
"Temen lo?" Dira mengernyitkan kening.
"Iya temen gue. Valdo"
"Valdo?" Dira semakin bingung ia tidak mengenal Valdo.
"Ra yang kemaren itu pacar lo?"
Kenapa Malvin dan Angga menanyakan hal yang sama tentang kedua nya. Batin Dira.
"Emang nya kenapa?"
"Lo nggak pernah bilang kalau lo udah punya pacar"
"Ngapain juga gue bilang-bilang. Emang lo siapa?"
"Gue manusia yang bernama Malvin yang kebetulan suka sama cewek yang model nya kayak lo. Gue suka sama lo Ra. Tolong ijinin gue buat ada di hati lo!"
"Sebenarnya gue udah basi dengan lo yang selalu bilang suka sama gue. Tapi satu hal juga yang harus lo tau gue nggak bakalan berhenti bilang kalau gue benci lo Mal. Benci!"
"Lo bilang lo nggak pernah ngingkari janji lo sendiri. Kita belum ngelakuin kesepakatan kita Ra. Lo belum bisa ber asumsi sendiri bahwa lo benci sama gue. Lo hanya belum bisa melihat ketulusan gue Ra"
Dira membisu kata-kata nya tadi seakan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. "Jadi lo mau kita mulai dari mana. Gue nggak bakalan ingkar janji"
Malvin tersenyum kemenangan. "Pulang sekolah gue yang anter lo" tegas Malvin.
"Ok" ujar Dira.
***
Sekarang Dira sedang berada di perpustakaan sekolah. Bukan untuk membaca buku, tetapi untuk melakukan rutinitas nya seperti biasa 'tidur' dengan bermodal satu buku untuk menutupi wajah nya dari pantulan cahaya lampu. Tidur memang sudah menjadi kebiasaan nya sewaktu di sekolah. Dira termasuk orang yang susah tidur di malam hari terlebih lagi kalau ia tidur di siang hari insomnia nya pasti kambuh. Namun kali ini mata nya enggan terpejam walau pun rasa kantuk telah menyerang nya dengan brtubi-tubi.
"Gue tau lo disini"
Suara seseorang yang sering ia dengar belakangan ini. Membuat nya geram karena merasa terusik dengan mata yang memerah Dira melihat orang yang telah mengganggu nya.
"Apaa an si lo. Ganggu gue mulu"
"Inget janji!"
"Ohh. Jadi lo ngancem gue nih sekarang?" ujar Dira
"Gak. Gue cuma mastiin kalau calon pacar gue ini gak lupa sama kesepakatan yang udah kita buat"
"Najis lo!"
"Lo boleh ngatain gue semau lo!"
Dira memutar bola mata malas.
"Ra!"
"Pa an?"
"Gue suka lo!"
"Gue tau"
"Gue serius"
"Ya"
"Lo mau tau sesuatu tentang gue Ra?"
Dira menatap malas ke arah Malvin. "Gue udah tau kalau lo playboy . itu kan yang mau lo bilang"
"Bukan itu yang gue maksud. Tentang sesuatu yang gak pernah gue ceritain sama orang lain"
"Apa?"
"Lo tau kenapa gue jadi seseorang yang suka mainin cewek?"
"Mana gue tau kalau lo gak ngasih tau"
"Kehidupan gue gak sempurna kaya yang orang liat Ra. Gue bukan anak yang terlahir dari keluarga bahagia"
Dira mengerutkan kening nya. Ada sesuatu yang berbeda dari Malvin.
"Nyokap sama bokap gue pisah waktu gue masih umur 10 taun Ra. Nyokap gue selingkuh sama pria lain. Orang yang gue panggil Mama menghianati Papa gue. Di situ gue kecewa banget sama Mama bahkan gue gak mau natap dia walau hanya sedetik pun"
Dira yang tadi hanya bermalas-malas an sekarang begitu antusias mendengarkan cerita Malvin.
"Di saat itu gue benci sama yang nama nya cewek. Gue benci Ra. Gue mau seorang wanita juga ngerasain gimana sakit nya di hianatin"
"Terus kenapa sekarang lo cerita sama gue. Gue cewek. Lo gak benci sama gue?"
Malvin tersenyum ke arah Dira dan mengacak rambut nya dengan gemas. "Lo beda Ra"
***
Dira masuk kerumah dengan lemas. Tadi sewaktu pulang sekolah Angga tidak menjemput nya karena ada urusan mendadak terpaksa ia harus pulang naik angkot dan harus berdesakan dengan penumpang lain nya. Sial nya ia tidak kebagian tempat duduk dan terpaksa harus berdiri. Ia bisa saja menelpon supir rumah nya, tetapi sial nya lagi ia lupa membawa ponsel nya ke sekolah.
Sebuah mobil hitam yang ter parkir di halaman rumah nya membuat raut wajah Dira menjadi gembira. Ia sangat mengenali siapa pemilik mobil itu. Dira setengah berlari menuju rumah nya.
Ketika masuk kedalam rumah. Ia mendapati kedua orang tua nya tengah berbincang-bincang. "Papa!." Dira langsung memeluk Papa nya.
Sedangkan Raya hanya tersenyum kaku di samping Arnold Papa nya Dira. "Papa kapan pulang?"
"Papa baru aja sampai Di" ujar Arnold
Suasana terasa begitu canggung dan tegang. Entah masalah apa yang sedang di hadapi kedua orang tua nya.
"Ma. Pa Dira ke kamar dulu ya" Dira tersenyum ke arah kedua nya dan berjalan menuju lantai atas.
Kedua orang tua nya menggangguk.
Dira duduk di meja belajar nya. Pikiran nya melayang-layang entah dimana. Seketika ia teringat tentang Malvin yang sangat beda hari ini. Seulas senyum terukir di bibir nya. Namun ia juga teringat tentang kedua orang tua nya.
Dira memejamkan mata nya untuk beberapa saat. Ada sesuatu yang bergetar di atas meja nya. Ponsel nya berbunyi menandakan ada telepon masuk.
Malvindirgantara calling
"Hallo?"
"Hallo Di. Maaf gue gak anter lo pulang tadi soal nya Papa gue telpon nyuruh gue buat ke kantor nya. Sorry ya Di"
Dira bahkan lupa bahwa Malvin berjanji untuk mengantar nya pulang.
"Gue juga lupa Mal"
Terdengar suara kekehan di ujung telepon. "Gue yang janji tapi gue juga yang ingkari ya Di. Lo pulang sama siapa tadi"
"Naik angkot"
"Duh. Gue jadi gak enak nih Di. Sorry banget ya. Gue lupa ngasih tau lo"
"Santai aja kali"
"Gue janji deh besok gue anter lo pulang. Kali ini gue pastiin gak bakalan lupa"
"Iya. Iya udah ya gue sibuk nih"
"Iya Di. Bye"
***
AN : maaf typo, makasih buat kalian yang udah baca cerita aku😊
Vote & coment teman-temanNext?
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR MINE
Teen Fiction"Malvin yang selalu berusaha mendapatkan Dira segala cara ia lakukan, namun Dira tak pernah melirik nya sedikit pun ia selalu beraikap acuh tak acuh" Seiring waktu berjalan Dira mulai mempunyai rasa untuk Malvin. Namun ternyata Malvin hanya menjadi...