sepuluh

60 4 1
                                    


"Jika memang cinta, mengapa harus berdusta"

~Nadira Naraya~

***

Ada masa dimana seseorang yang paling kita cintai akan berubah menjadi orang yang paling kita benci. Itu sebab mengapa seorang perempuan seperti Dira takut untuk mencintai seseorang, karena ia takut nanti nya akan membenci orang itu.

Akan ada satu titik dimana seseorang mulai bosan dan pergi meninggalkan, tanpa alasan, kepastian, dan penjelasan.

Dira takut. Benar-benar takut, namun ia lebih takut lagi ketika seseorang yang di cintai nya sama sekali tidak mengharapkan nya. Di hinggapi rasa dilema yang menghantui nya beberapa malam ini membuat nya tak karuan.

Seperti sekarang di saat di tanya. Ia hanya diam. Di suruh makan ia enggan. Di suruh mandi ia malah berguling di taman.

"Dirra!!". Teriak seseorang dari balik pintu belakang.

Dira memang sedang ada di taman belakang rumah nya sekarang. Ia tengkurap di atas rerumputan kecil yang terawat sambil membaca sebuah novel favorite nya.

Dira tak menggubris panggilan itu. Tanpa melihat Dira sudah tau siapa yang memanggil nya. Kaka aneh sejagar raya, namun aneh nya Dira sayang.

Si pemanggil yang tak lain adalah Angga. Berjalan menghampiri nya dan ikut tengkurap di atas rumput menjulurkan kepala ke buku bacaan Dira. "Cinta-cinta an mulu." Angga mencibir.

Namun Dira enggan bersuara, ia terlalu asyik dengan bacaan nya.

"Napa sih lo. Diem mulu dari tadi?." Angga mulai kesal. "Kacang mahal lho sekarang"

"Ish, diem Ga. Gue gak konsen, elah."

"Yodah diem." Angga berbalik telentang menatap langit sore.

Beberapa menit berlalu hanya terjadi keheningan. Karena mulai bosan Angga kembali mengusili Dira dengan mencolek-colek lengan nya. "Ra. Ra. Ra. TaReRaReRaReRem."

Bug!!

Dira menimpuk Angga dengan novel tebal nya. "Awww. Sakit nyet!"

Dira menaruh novel nya di atas rumput dan menatap Angga kesal. "Ye abis nya lo gangguin gue mulu."

Angga tersenyum sangat lebar. "Akhirnya ade gue yang galak kembali lagi." ujar nya sembari mengacak rambut Dira dengan kasar.

"Angga!! Rambut gue berantakan."

"Ck. Rambut lo emang selalu berantakan"

Dira kesal. Dan bergelung di atas rumput seperti anak kecil. Angga kembali telentang menatap langit-langit yang mulai menguning.

Prangg!!

Dira dan Angga terkejut dan saling tatap sesaat, lalu mereka memutuskan untuk melihat kedalam apa yang terjadi. Sontak mereka berdua terkejut.

Ayah dan Ibu nya bertengkar lagi, tetapi kali ini berbeda Ibu nya menangis. Dan membicarakan sesuatu yang tidak di mengerti Dira. Angga tahu pembicaraan mereka akan di bawa kemana ia memutuskan untuk membawa Dira ke kamar nya.

"Kenapa lo bawa gue ke sini Ga?" tanya Dira dengan wajah bingung setelah berada di dalam kamar Dira.

"Kita gak boleh ikut campur masalah orang tua." Angga berjalan duduk di tepi kasur. Yang di ikuti Dira duduk di samping nya menghadap Angga.

"Tapi, kayaknya tadi Papa ngomong sesuatu?"

"Gak ada apa-apa Ra. Mending lo mandi gih. Semuanya bakal baik-baik aja" Angga menangkup pipi Dira. Dira mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi. Angga turun ke lantai satu. Dan mendapati Mama nya meringkuk di lantai dan menangis.

Angga mendekap tubuh Mama nya, Mama nya semakin terisak di pelukan Angga. Angga mengusap punggung Mama nya dengan lembut. Angga melepaskan pelukan nya. "Mama, mau pergi Ga. Kamu tolong jaga Dira baik-baik ya!"

"Mama mau kemana?"

"Ada yang harus Mama urus. Mama pergi sekitar dua atau tiga hari an setelah itu Mama balik lagi ke sini."

"Baik Ma. Mama jaga diri baik-baik!" Raya menjawab dengan anggukan setelah itu ia pergi.

Angga menghela napas nya. Setelah itu ia naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Dira.

Sepertinya Dira sudah selesai mandi. Rambut nya masih terlihat basah. Angga menghampiri nya dan duduk di tepian kasur. Dira duduk di atas kasur dengan menekuk lutut nya.

"Mama kenapa?" pertanyaan keluar dari mulut Dira.

Kali ini Angga harus bersikap sebagai pelindung bagi Dira. Orang tua nya akhir-akhir ini selalu bertengkar.

Angga naik ke atas kasur dan duduk di hadapan Dira. Ia mengambil handuk kecil yang ada di samping Dira. Dan mencoba mengeringkan rambut Dira. "Mama nggak kenapa-kenapa," ujar Angga jelas berbohong.

Ia masih sibuk mengeringkan rambut Dira

Dira menepis tangan Angga yang masih sibuk mengeringkan rambut nya. Dan langsung menghambur ke pelukan Angga. Angga menegang di tempat ia sangat kaget tiba-tiba Dira memeluk nya.

Angga membalas pelukan nya dengan mengusap rambut Dira lembut. Sampai beberapa detik tidak ada satupun yang bersuara. Sampai Dira melepaskan pelukan nya.

"Gue takut, Ga," ucap Dira lirih ia berbicara sambil menunduk.

Angga menarik dagu Dira agar wajah Dira terlihat. Mata mereka bertemu, mata Dira terlihat seperti habis menangis. "Hey. Apa yang lo takutin. I'm here!"

"Gue takut ngeliat mama sama papa berantem"

Angga menangkup kedua pipi Dira. "Nggak ada yang perlu lo takutin. Percaya sama gue!"

Setelah mengucapkan itu Angga memeluk Dira dengan erat. Mencoba menenangkan gadis itu. "Tenang, Ra. Ada gue yang akan selalu ngejaga elo. Gue nggak bakalan ninggalin lo"

"Lo bilang gitu, seakan-akan semua orang bakal ninggalin gue" gumam Dira di dada bidang Angga.

"Sstt. Gue sayang sama lo" Angga spontan mengucapkan itu.

Tiba-tiba Angga merasakan jantung nya seakan jumpalitan.

"Hehe. Jelas lah. Lo kan abang gue" setelah itu Dira kembali melepaskan pelukan nya.

Sedangkan Angga bingung dengan perasaan yang di rasakan nya. 'Lo emang tau gue abang lo, Ra. Tetapi yang sebenarnya kita nggak ada hubungan darah' batin Angga.

***

Tbc.
Makasih buat yang sudah membaca kisah Dira sejauh ini. Ku harap kalian tidak bosan. Di part-part selanjut nya masih banyak kejutan yang terjadi tentang Dira sebenar nya siapa. Dan tentang perasaan Angga.

Mueheheh😈

Salam hangat

Milae


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOUR MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang