Tentang Pacar Adikku

45 2 0
                                    

         'Kamu orang mana?' aku bertanya padanya, aku masih terheran heran apa ini dan siapa dia.

         *tingnung* seolah dia tidak meninggalkan balon obrolannya karena langsung dibalas.

         'Ga penting aku orang mana, intinya aku pengen ketemu kamu' dia bersikeras.

         'Lah gimana aku mau diajak ketemu kalau kamu aja ga ngasih tau kamu ini siapa' aku mulai kesal dan memutuskan untuk menelungkup mencoba untuk tidur dan benar, aku terlelap.

         "Dhika, tolong belikan mama pisau baru di mang Ujang" ibuku membangunkanku dan langsung menyuruhku membeli pisau baru di mang Ujang, ya, mang Ujan itu adalah pria paruh baya yang berjualan perkakas dan alat masak, mang Ujan sudah lama menjadi langganan ibuku jika panci bolong atau kekurangan sendok dan garpu.

         "Iya ma sebentar" aku terbangun, berdiri dan bejalan menuju toilet untuk membasuh mukaku, ku gosok mataku perlahan karena mataku memang masih sedikit berat.

         "Uangnya ma?" sambil menengadahkan tanganku dengan maksud meminta uang.

         "Kalo kamu ada, pake uang kamu dulu, kalo gaada yaudah nanti mama yang kesana bayar, mama lagi ngulek bumbu buat udang pesenan Michelle" ucap mama jelas.

         "Yaudah ma, pake uang Dhika dulu aja" aku beranjak dari dapur untuk jalan ke gang belakang rumah, karena memang rumah mang Ujang hanya kurang lebih 90 meter dari rumahku, jadi kuputuskan untuk jalan kaki saja.

         "Assalamu'alaikum mang Ujang" teriakku agak keras karena kulihat mang Ujang yang biasanya nognkrong menjaga barang di luar kini tidak ada.

         "..." tidak ada sautan dari dalam, aku masih menunggunya, 15 menit berlalu, kucoba memanggilnya lagi.

         "Mang Ujang, beli pisau mang, pesenan mama nih" sengaja ku sebut mama, karena pernah sekali ketika aku yang butuh, aku pernah dihiraukan namun mungkin karena waktu itu dia sedang ramai pengunjung sehingga dia tidak sadar aku mau beli, namun kalau dia mendengar kata mama dariku atau Michelle, dia langsung menyautnya.

         "Eh, dek Dhika, nyari apa dek?" tanya mang Ujang yang baru saja keluar dari dalam rumah.

         "Mama beli pisau baru mang" kataku.

         "Oh iya iya, yang besar apa yang kecil dek?" tanya nya lagi.

         "Gatau mang, mama lagi motongin sayur sama bumbu kuning" jelasku padanya.

         "Oh iya iya, yang ini berarti" mang Ujang memberiku pisau yang ukurannya sedang.

         "Makasih ya mang, berapa ini?"

         "20 ribu dek"

         "Oh yaudah ini mang, Dhika pulang dulu ya" aku melanjutkan langkahku untuk kembali ke rumah, oh iya, ngomong ngomong, kenapa mang Ujang selalu segan setiap disebutkan mama, karena dia pernah mengalami kejatuhan dalam usahanya dan kebetulan saat itu mama sedang ada rejeki lebih dan membantu mang Ujang agar kembali berjualan.

          Kulihat di depan rumah ada sebuah motor yang asing bagiku, motor klasik ala ala tahun 70an.

         "Ma, ini pisaunya" aku memberikan pisaunya pada mama.

         "Makasih ya Dhika" ucap mama.

         "Eh ma, itu motor siapa di depan rumah?" aku bertanya pada mama barangkali mama tau itu motor siapa.

kamu ada dimanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang