"Kamu pasti suka debat ya Ko?" tanyaku.
"Namanya OSIS kak, kerjaannya kan berargumen, dimana ada argumen, pasti ada debat lah kak dari pemikiran orang yang beda beda, kan?" dia sudah percaya diri rupanya.
"Hmmm"
"Tadi sholat dzuhur?" tanyaku tentang bagaimana agamanya sekarang.
"Sudah kak"
"Sholat ashar udah?"
"Hehe, belum kak, tadinya mau ikut sholat disini aja, barangkali Michelle juga belum sholat" jawabnya.
"Halaahhh sepikkk, alesan doang" gumamku dalam hati dan sekarang kuarahkan pandanganku ke Michelle yang daritadi asyik menonton tv, aku sedikit menyenggol tangan adikku dengan sikutku.
"mmm" sahut Michelle.
"Udah sholat ashar?" tanyaku.
"Hehe, belum kak, siapa tau Koko juga belum sholat kan bisa bareng" muncul alasan juga dari adikku.
"Hadeeehhh, sholat dulu sana kalian, tapi gaboleh jama'ah, kalian kan belum muhrim" aku mennyuruhnya sholat masing masing.
"Dek kamu sholat aja di kamar kakak, Koko sholat di kamar kamu" suruhku pada mereka berdua.
*tingnung*
'Kalo kita ketemu kan, aku seneng dan kamu juga tau sendiri siapa aku'
"Haduh, apaan lagi nih" racauku dalam hati.
'Yaudah, mau dimana? Tapi kalo malem ini aku gabisa' balasku pada si 'E' tersebut.
"Ma, papa datang jam berapa?" tanyaku pada mama.
"Papa sih bilangnya jam 8 jam 9an Dhik" jawab mama.
*tingnung*
'Tempatnya terserah, kalo aku maunya hari ini gimana?' isi SMS masuk.
"Buseettt ini siapa sih? Teror banget, udah nagbisin waktu, maksa lagi" racauku semakin menjadi dalam hatiku.
"Okelah, lebih baik aku telfon Bobi dulu aja, siapa tau bisa nemenin" aku sengaja tidak membalas langsung SMS tersebut sebelum ada persetujuan Bobi.
*tuuttt... tuuttt... tuuttt*
"Duh si Bobi kemana sih, pake ga diangkat segala" aku mulai bingung, jam sudah menunjukkan pukul 16.33, sedangkan jika aku ingin menyetujui meet up dengan si 'E' itu paling aku hanya bisa mengambil waktu dari jam 6 setelah sholat maghrib sampai jam setengah 8 setelah isya'.
*tingnung*
Nah, HP ku berbunyi, aku berharap Bobi yang mengirimku pesan.
'Gimana Dhika? Jadi engga? Jadi ya, pokonya harus jadi!' si 'E' membalas lagi.
'Tunggu'
Aku kembali mencoba menelpon Bobi, dan.
"Halo sob, gimana gimana? Sori gua barusan sholat, jadi kaga keangkat" tanya Bobi dalam telfon yang akhirnya terhubung.
"Bob, lu jam 6-8 malem ntar kosong kaga?"
"Hmmm, bentar bentar"
"Weh soobbb, ini kan malem minggu haha, gua keluar dah kayanya ama pacar gua" jawab Bobi sambil sedikit tertawa.
"Waduh Bob, tar malem lu mau kencannya dimana?"
"Paling ge di kedai biasa" namun aku bingung mengartikan ucapan Bobi, karena dia yang agak highclass, sehingga tidak ada kepastian dari kata 'kedai biasa' alias dia selalu berpindah tempat kencan.
"Wah, dimana tuh kedai biasa?" aku bertanya bingung.
"Iya di kedai biasa" Bobi tetap menjawab itu.
"Kan kita udah jarang nongkrong bareng, mana tau gua kedai biasa lu dimana haha"
"Yaudah sih mending lu search google pake keywords 'kedai biasa', di jalan panglima perang" ternyata.
"Kampret lu emang, nyari kedai nya kek gituan, makanya gua bingung hahaha" aku agak meninggikan suaraku padanya sambil tertawa.
"Hahaha sob sob, dari dulu lu kaga berubah" Bobi tertawa juga.