Memulai Sebuah Cerita

103 5 3
                                    


           "Aldo? Itu pasti pacarnya" tebakku dalam hati, suasana yang haru tiba tiba rusak.

           "Maaf mas, mbak, gimana? Apa jambretnya sudah tertangkap?" tanya kedua petugas yang datang menghampiriku dan Ester.

           "..." aku hanya melontarkan senyuman kepada kedua petugas itu.

           "Loh mas... kok malah senyum, itu pacarnya masih nangis loh!" petugas satunya menyaut.

           "Maaf pak, karena keteledoran bandara dan keterlambatan bapak, jambretnya sudah pergi" sambil kuseringaikan wajahku kepada petugas itu.

                                                                      ***

ESTER

Deg...

           "Andhika tidak menepis perkataan 'pacarnya' dari petugas itu?" hatiku mulai agak gugup.

           "Maaf pak, ini teman saya, justru saya kesini mau main ke kampus pacar saya di bogor" sambil kuusap air mata di pipiku yang mulai mengering.

           "Yaudah Dhik, ayo pergi aja! Percuma disini, petugasnya ga ngebantu!" ucapku agak kesal.

           "Lalu bagaimana barangmu yang ilang?"

           "Yaudah gapapa, sama aja kan ada atau gaada mereka juga" lanjutku kesal.

Aku mulai melangkah pergi keluar dan kulihat Andhika juga mengikutiku.

           "Gimana Es? Atau kamu numpang telfon pacarmu aja lewat HP ku?" tawar Andhika ramah.

           "Boleh?" aku bertanya untuk meyakinkan, Andhika hanya mengangguk.

                                                                          ***

           "Halo Aldo..."

           "Iya ini siapa ya?"

           "Ini aku Do, Ester"

           "Oh kamu Es, gimana gimana? Kamu udah sampe Jakarta?" jawabnya girang mengetahui bahwa aku yang menelponnya.

           "Iya Do, aku udah di bandara, tapi..." aku sedikit menurunkan nada bicaraku.

           "Tapi apa?" Aldo penasaran.

           "HP, dompet sama aksesoriesku kena jambret" aku mulai agak memelas.

           "Hah? Kok bisa?"

           "Iya tadi ada bapak bapak gatau tiba tiba jambret tas sama hp aku"

           "Lah terus kamu ini telfon pake HP siapa?"

           "Intinya kamu bisa jemput aku di bandara ga sekarang?" aku agak merengek

           "Hmmm, ga macet kali ya" Aldo melihat jam yang menunjukan jam 12 tengah malam.

           "Oke aku berangkat sekarang, kamu jangan nunggu di tempat sepi" ucap Aldo.

                                                                      ***

           "Andhika makasih ya udah mau minjemin HP nya buat nelfon Aldo" aku berterima kasih padanya karena sudah baik menolongku.

           "Haha, santai aja Es, pacarmu namanya Aldo ya?" tanya Andhika penasaran.

           "Iya Dhika, namanya Aldo"

           "Ohhh, nama panjangnya Aldo the best for you ya?" dia mencoba membuat candaan di keadaanku seperti ini.

           "Hahaha, kamu bisa aja sih Dhik, i'll do itu mah" aku menghargai candaannya.

           "Eh Es, kamu ga keberatan kan kalo aku temenin kamu nungguin pacar kamu datang? Aku khawatir aja ada cewe yang bukan orang sini dia sendirian" dia meminta izin untuk menemaniku.

            "Hmmm, tapi nanti kamu sekalian aja ya ketemu sama Aldo, biar aku jelasinnya juga enak, kita kan cuma temen" aku sengaja memberi sedikit jarak karena aku memang sudah memiliki pacar.

            "Iya Es gapapa" anggukannya mengiyakan ucapanku.

            Suasana bandara internasional mungkin memang tidak pernah sepi dan kulihat Andhika sudah mulai menunduk ketiduran, aneh kupikir, dia yang menjaga, mengapa dia yang tertidur juga, aku hanya sedikit tertawa dalam hatiku.

                                                                        ***

             "Hai Ester..." sapa Aldo datang dari arah dropzone.

             "Haiii Aldooo..." Aku sengaja langsung memeluknya karena aku baru saja mendapat kejadian tidak enak dan berharap mendapat perlakuan hangat juga, Aldo membalas pelukanku dengan hangat.

              "Gimana gimana sayang? Tadi tuh?" tanya Aldo memperjelas apa yang dibicarakan dalam telfon, tak lama Andhika terbangun dan melihatku dengan Aldo berpelukan.

              "Oh Ester, Aldo sudah datang ya" ucap Andhika yang masih setengah sadar.

              "Oh iya Do, kenalin dulu, ini Andhika, aku baru kenal dengan dia, tapi sudah kuanggap teman, karena tadi dia menolongku mengejar jambret itu" jelasku pada Aldo.

               "..." Aldo diam dan malah raut wajahnya sedikit tidak enak.

               "Jadi tadi kamu telfon pake HP Andhika?" tanya Aldo.

               "Iya Do"

               "Oh, yaudah ayo pergi" ucapnya ketus sambil menarik tanganku kearah mobil, air susu dibalas air tuba.

               "Ih Aldo! Kok kamu kasar gitu sih? Aku kan cuma ngenalin dan ngejelasin apa yang terjadi!" ucapku agak tinggi karena kesal.

               "Iya jelasin aja di mobil" jawab Aldo, kepalang telah ditarik oleh pacarku sendiri.

               "Andhika, aku pergi dulu ya, terima kasih semuanya" aku sengaja langsung pamit karena kalau aku terus melawan, aku tau bahwa Aldo tidak bisa mengendalikan emosinya, aku pasrah saja.

               "Iya Ester, hati hati dijalan ya" Andhika memberiku senyuman, tapi aku sudah tidak fokus, yang aku fokuskan sekarang itu Aldo, aku mencoba menjelaskan padanya apa yang terjadi.

kamu ada dimanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang