Hadiah

4.6K 341 24
                                    

Kemarin Reno pulang sekitar jam satu dini hari. Matanya ia paksakan terbuka sempurna. Ia butuh mandi untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya.

Sebenarnya mandi di bawah guyuran air shower tidak membutuhkan waktu yang begitu lama. Tapi reno sepertinya betah berlama-lama di dalam. Tidak menyadari seseorang yang telah masuk ke kamarnya. Reno keluar hanya menggunakan handuk yang terlilit di pinggangnya. Seseorang yang memperhatikannya sejak tadi menyeringai melihat reno yang sedang bercermin di kaca. Sontak saja saat reno terkejut mendapati reza berdiri di belakangnya.

"Sejak kapan kamu di sini?".

"Cuma mau minjem ini doang kok". Reza menunjukan kunci mobil milik reno.

"Gak boleh. Mobil kamu yang biasanya kamu pakai di mana?".

"Lagi di bengkel, kak. Kasih pinjem yah. Mobil kakak kan ada tiga dari pada nganggur mending reza pakai".

"Gak bisa, jangan yang itu. Mobil kakak yang lain aja".

"Kenapa? Reza ngadu ke mama kalo kak reno keluar malem-malem jam sebelas. Pulangnya jam satu baru balik ke rumah. Aku bilang ke mama kalau kakak pergi kencan tengah malam".

"Reza!". Reno mendengus dengan ancaman adiknya. Jika reza berpikir ia takut itu tidak benar sama-sekali. Masalahnya reno sedang tidak ingin memperpanjang masalah. Walaupun kemarin Mamanya mengatakan tidak akan memaksanya lagi. Tapi ia tau betul bagaimana mamanya.

"Range rover milik kakak atau aku bilang ke mama".

"Pakailah".

"Thanks ya bro. Kapan-kapan ceweknya bawa ke rumah ya kak.  Biar aku juga diizinin cepet-cepet kawin. Pengen cepetan ngawinin si lala".

Reno mengernyitkan keningnya, usia adiknya baru 22 tahun. Kuliah saja belum selesai mikirin kawin. Apa tadi katanya? kawin? Besok ia harus mengoreksi ucapan reza. Bukan mengawini tapi menikahi. Menikah artinya siap menerima tanggung jawab yang besar. Sok-sokan menikah, kerja saja belum. Reno tak habis pikir dengan isi kepala adiknya. Bukan maksud meremehkan adiknya tapi sikap reza yang sering menggangu adik perempuan mereka, apa itu bisa disebut dewasa?

"Kak... kakak kok kasih mobilnya ke kak reza? Pasti mobil kakak cuma buat ajang pamer sama dia. Kerjaannya cuma deketin cewek tapi semua cewek ilfiil sama dia. Tau kenapa? Itu karena kak reza nyebelin. Iwyuh".

Cimo mempraktekan ekspresi jijik. Reno tersenyum tipis menanggapi adik bungsunya. Begitu turun dari tangga cimo sudah memburunya dengan racauanya. Cimo ini mirip dengan mamanya. Reno mengacak surai lembut milik adik bungsunya. Ia teringat lagi dengan surai lembut milik dy tapi rasanya berbeda.

"Jangan ganggu kakakmu. Biarkan kakakmu makan dulu".
Indira menegur putrinya. Mendekati mereka dan menuntun  kedua anaknya ke meja makan.

"Kamu tiga hari ini gak kelihatan batang hidungnya di meja makan. Mama kepikiran kamu sarapan di kantor apa enggak. Sempetin sarapan di rumah ya ren. Papa kamu yang sibuk aja gak mama izinin pergi ke kantor tanpa sarapan. Nah, ini anaknya malah berani ke mamanya."

Reno mencium pipi kanan indira dan caranya berhasil menghentikan indira dari segala ocehannya. Mamanya tersenyum sementra papa Rendra berdehem cukup keras.

"Ih. Papa cemburu". Cimo meledek papanya.

"Cintya bilang ke mamamu. Papa hari ini ada rapat gak bisa pulang cepet. Pulangnya lama gak usah ditungguin".

Cimo yang memiliki nama asli cintya dibuat merinding dengan nada suara papanya yang datar. Indira malah tersenyum meremehkan tau yang dimaksud suaminya. Tapi ia berpura-pura tidak tau.

Tentang Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang