[ 6 ]

51 8 0
                                    

~Happy Reading~


Setiap pulang sekolah, Rintang, Regan, Yoga, dan Yofi selalu punya waktu sendiri untuk berkumpul, bermain, atau sekadar untuk mengobrol tentang sesuatu yang tidak penting sekaligus tidak berfaedah sama sekali.

Hari ini mereka sepakat untuk berkumpul di rumah Yoga. Dibanding rumah Yofi apalagi Regan bahkan Rintang, rumah Yogalah yang paling dekat dengan sekolah, hanya memerlukan waktu sepuluh menit saja untuk sampai rumahnya.

Apalagi rumah Yoga itu besar dan berbagai macam fasilitas ada di sana. Itulah alasan mengapa mereka berempat lebih suka berkumpul di rumah Yoga daripada rumah Regan seperti beberapa waktu lalu. Di rumah Yoga, mereka bisa bebas melakukan apa saja, sampai menginap berhari-hari pun mereka bebas. Yoga selalu open house pada teman-temannya, nasib jadi anak tunggal yang tidak diperhatikan ya begini, pikirnya.

"Tang!"

"Hm."

"Woy, Tatang!"

"Apaan?"

"Kalo dipanggil noleh napa, nggak sopan banget," keluh Regan karena sejak tadi ia memanggil Rintang, cowok itu tak juga menoleh padanya tetapi tetap fokus memainkan gitar milik Yoga.

"Apaan sih? Biasanya juga langsung ngomong, pake gaya-gayaan pengen gue perhatiin segala."

"Tahu tuh kayak kurang perhatian doi aja," sahut Yofi lalu terkekeh bersama Yoga.

"Asek! Emang Regan punya doi? Bukannya dia Joklai, ya?" Yofi mengerutkan kening –tidak mengerti apa yang diucapkan Yoga-.

"Apaan tuh?"

"Jomblo Kurang Belaian." Setelah itu tawa Yoga dan Yofi meledak seketika. "Haha.. si Joklai!" Yofi tidak bisa menahan tawanya saat melihat raut wajah kesal Regan yang kini menatapnya kesal.

"Eh salah, bukannya kurang belaian, tapi malah nggak ada yang membelai kan jomblo."

Kali ini celetuk Yoga yang satu itu berhasil mengalihkan perhatian Rintang hingga cowok itu tersenyum lalu menggelengkan kepala –tidak menyangka ia memiliki sahabat sepertinya-.

"Oh iya belum bisa move on ya, lupa gue," cibir Yofi yang membuat Regan ingin sekali membunuhnya, detik ini juga.

Regan beranjak lalu mengkosek kepala Yoga dan Yofi secara bergantian dan berkali-kali hingga kedua cowok itu mengumpat karena kewalahan tidak bisa mengendalikan pemain sepakbola yang mereka mainkan di ps milik Yoga.

"Woy kampret, gue kebobolan weh!"

"Njing, berhenti lo bikin kepala gue pusing pea!"

"Syukurin, sekalian aja gue cabut saklar rumah kalau lo berdua nggak bisa diem!"

"Inget woy ini rumah siapa?" Yoga mencibir tapi tak digubris Regan karena cowok itu sudah kembali ke tempat semula, di atas kasur sambil memainkan ponselnya.

"Tang!" panggil Regan sekali lagi pada Rintang.

"Sekali lagi lo manggil gue tapi nggak ngomong juga, gue bacok mulut lo!" ancam Rintang kini menatap datar pada Regan. Rintang, cowok itu diam-diam sadis juga ternyata.

"Wihh.. Serem amat!" Yoga menatap ngeri Rintang lalu kembali fokus bermain ps.

Regan hanya terkekeh lalu duduk di tepi kasur, lebih mendekat dengan Rintang yang duduk di sofa.

"Tang, gue minta nomornya Rina dong!"

Rintang melirik Regan sambil menaikkan sebelah alisnya. Sedangkan dari arah jam tiga, Yofi dan Yoga sedang heboh sendiri. Antara heboh akan memenangkan game dan berusaha untuk membuat celetukan agar Regan mendidih kembali.

LAKUNA [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang