[ 25 ]

37 2 0
                                    

~Happy Reading~

Guru sosiologi itu baru saja keluar kelas, tepat sepuluh menit sesudah bel istirahat berbunyi. Helaan napas terdengar serentak di kelas X IPS 4, menandakan mereka sudah jenuh menghadapi serangan rap dari Bu Melani yang sekelas Eminem itu.

Seandainya Putra masuk sekolah, pasti istirahat mereka tidak akan terpotong. Satu kelas menyayangkan ketua kelas idaman itu jatuh sakit, karena hanya dia yang bisa –paling berani- menghentikan guru yang waktu mengajarnya sudah habis tapi beliau tidak menyadarinya.

“Rajin amat mbak ke kantin aja bawa buku,” celetuk Syasa.

“Gue mau minta Rintang buat ngajarin gue bikin pr kimia kemarin, lo tahu sendiri kan gue paling bego di kimia.”

“Iya juga ya, kadang lo ada benernya, Rin.” Rina mendengus mendengarnya, tak pelak ia terkekeh juga bersama Syasa.

Bangku pojok terlihat kosong ketika Rina dan Syasa menginjakkan kaki di kantin. “Mereka nggak ke kantin?” gumam Rina. Syasa sudah tidak ada di sampingnya, cewek berambut sebahu itu sudah mengantri pecel di warung Bu Tutik.

Rina kembali mengedarkan pandangan dan akhirnya menemukan Yoga di gerumbulan cowok-cowok satu kelasnya.

“Yoga.” Si empunya nama menoleh lalu tersenyum hingga deretan giginya terlihat. “Hai, Rin.”

“Rintang nggak sama lo?”

Yoga menggelengkan kepala sambil menunjuk dengan dagunya ke arah Yofi yang asyik bermain game dengan teman-temannya. “Cuma sama itu kunyuk satu, Rintang kelihatan damai makan bekal dari lo di kelas.” Rina mengangguk sambil membulatkan mulut. “Oh gitu, ya udah deh gue balik dulu.”

“Yoi.”

Sampai di kelas X IPA 2, Rina sedikit ragu untuk memanggil Rintang. Bukan tanpa alasan ia ragu, karena Rintang satu kelas dengan Sheilla, mau tidak mau ia juga bertemu Sheilla nantinya.

Sesaat sebelum Rina mengetuk pintu, Regan berjalan keluar kelas dan membuat Rina berjengkit kaget. “E-eh Rina, lo di sini?”

“Ya ampun Regan, lo bikin gue kaget aja.” Regan terkekeh.

“Ada apa, Rin?”

“Hmm, panggilin Rintang, dong.”

“Rintang baru aja keluar kelas nyusul Sheilla. Barusan dia bikin Sheilla nangis. Itu anak benci ngelihat cewek nangis tapi dia sendiri suka bikin cewek nangis, dasar!” Regan tersenyum miring sembari menggelengkan kepala, heran.

Rina terdiam, Regan yang melihatnya menjadi bingung. Ia lihat kedua tangan Rina sedikit gemetar lalu pandangannya seperti membayangkan sesuatu. “Rin, lo nggak pa-pa?”

“Rin, Rina.” Regan menepuk pundaknya pelan, barulah Rina tersadar dan menoleh ke arahnya. “Lo nggak pa-pa?”

“Regan, lo tahu Rintang nyusul Sheilla ke mana?” Regan mengedikkan bahu, tidak tahu.

“Regan, temenin gue nyari mereka.” Tanpa aba-aba Rina berlalu begitu saja. Regan yang masih bingung akhirnya berjalan mengikutinya.

-----

Cairan merah kental mengalir keluar seketika benda tajam itu menggores kulit putihnya. Mengalir semakin deras tatkala cutter yang dipegangnya menancap lebih dalam merobek lapisan epidermis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAKUNA [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang