[ 18 ]

35 7 1
                                    


~Happy Reading~

Rina melangkah cepat menjauhi gerumbulan itu menuju toilet belakang sekolah. Baru saja ia masuk ke bilik kamar mandi, Syasa dan Rintang sampai di depan toilet. Rintang yang baru sadar bahwa ia akan masuk ke dalam toilet siswi langsung menghentikan langkah. Lalu ia menyuruh Syasa masuk sedangkan ia menunggu di luar.

"Rina, ini gue Syasa. Lo kenapa, Rin?" tanya Syasa khawatir.

"Gue nggak pa-pa, Sya. Gue tadi kebelet buang air, makanya cepet-cepet pergi," elak Rina dengan sekuat tenaga membuat suaranya tidak bergetar.

"Beneran?"

"Iya."

"Kalau bener, gue tunggu di sini sampai lo keluar. Gue pengen lihat kondisi lo kayak gimana, gue sempet liat mata lo merah tadi. Lo nggak bisa bohong ke gue kalau lo baru aja nangis, Rin." Syasa berucap yang kali ini bernada sendu.

Tak lama kemudian pintu terbuka, Rina dengan tampang kusutnya langsung berhambur memeluk Syasa.

"Gue takut, Sya."

Syasa mengerutkan kening lalu membalas pelukan sahabatnya itu. "Takut kenapa?"

Rina melepas pelukannya lalu menatap Syasa. "Gue takut semua orang nggak percaya sama gue."

Tambah jelas kerutan di dahi Syasa. "Lo nggak perlu takut. Gue percaya sama lo, Rin. Kita kan sahabat. Sekarang nggak ada yang perlu lo takutin."

Rina tersenyum. Ia bersyukur memiliki teman seperti Syasa. Andai dulu ia tidak mengenal Syasa mungkin sekarang Rina hanyalah gadis tertutup yang pintar menyembunyikan rahasianya. Hanya bersama Syasa, Rina bisa menjadi diri sendiri. Karena sesungguhnya hanya bersama sahabatlah kita bisa menjadi diri sendiri.

Rintang sudah beberapa kali menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal karena sering dilirik oleh siswi-siswi yang hendak ke toilet. Yang benar saja, Rintang doyan pergi ke toilet perempuan, dia terpaksa karena Rina tadi pergi ke sana.

Sebenarnya apa yang dilakukan cewek-cewek ketika mereka pergi ke toilet bersama? Rintang tidak tahu. Yang Rintang tahu mereka penakut sekali sampai ke toilet saja pakai diantar.

Baru saja memikirkannya, Rina dan Syasa akhirnya keluar. "Lama amat," omel Rintang.

Bukannya meminta maaf, Syasa malah cengengesan sambil mengangkat dua jarinya.

"Dari tadi Rintang nungguin lo tahu, dia khawatir sama lo," bisik Syasa seolah menjawab pertanyaan Rina.

Syasa berjalan mendekat ke arah Rintang. "Nggak pa-pa kok, ajak omong gih itung-itung pdkt." Sambil menaikturunkan kedua alisnya cewek berambut sebahu itu berlalu meninggalkan Rintang yang mendelik ke arahnya.

"Yuk, balik. Jangan di sini, nggak enak dilihat." Rina mengedarkan pandangan lalu mengangguk setuju.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Rintang memulai pembicaraan. Rina bergumam lalu menjawab, "nggak ada apa-apa."

Rintang melirik cewek di sampingnya sambil menaikkan sebelah alisnya lalu ia mengangguk. "Berarti ada apa-apa. Heran gue sama pemikiran kalian."

Rina memandang Rintang sebentar lalu ia mengalihkan pandangan ke depan kembali. Rina menghela napas. "Gue tadi tiba-tiba pengen buang air makanya cepet-cepet ke toilet."

Lagi. Rina berbohong. Tadi sudah kepada Syasa, kini kepada Rintang. Padahal alasan cewek itu pergi ke toilet untuk menghindari Sheilla. Namun, apa yang ia utarakan justru tidak ada hubungannya dengan Sheilla.

LAKUNA [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang