BAB III. NEW LIFE (1)

3.6K 177 0
                                    

Prilly P.O.V

Uhuuk ... Apa ini ? Kenapa badanku jadi berat begini ? Dan lagipula … kenapa ada bau ini ? Sepertinya bau ini tidak terlalu asing bagiku. Ini seperti bau Ali… Eh, Ali ?

"Yaak !!! Lepaskan aku !!" Teriakku histeris saat mendapati seorang Pria tengah tertidur dengan wajah polosnya sambil memelukku erat.

Bukannya melepaskan pelukannya, ia malah semakin mengeratkan pelukannya pada tubuhku, membuatku semakin kesulitan untuk bernafas.

"Lima menit lagi, Cil … Aku masih ngantuk …" gumamnya sambil menelusupkan wajahnya pada lekukan leherku.

Aku menggelinjang kegelian saat nafasnya yang hangat menyapu kulit leherku. Apa katanya tadi lima menit lagi ? Tidak sampai lima menit jika dia masih mengunci tubuhku seperti ini, bisa-bisa aku kehabisan nafas.

"Ali... Aku gak bisa bernafas !" ujarku sambil berusaha mendorong tubuhnya.

Ia melepaskanku dan menatapku kesal dengan matanya yang masih setengah tertutup serta bibirnya yang sengaja dikerucutkan. Lihat, manja sekali dia.

"Kamu tau ini baru jam berapa, hah ?" tanyanya kesal. "Ini baru jam satu pagi, Bocil ! Jam satu pagi !!" teriaknya tepat di telingaku dan tanpa aba-aba terlebih dahulu kepalan tangannya mendarat di
puncak kepalaku.

"Auuww !" ringisku kesakitan. Dasar, Pria ini. Aku ini Istrinya atau bukan ?

"Sakit, Arab gadungan …" rengekku seraya mengelus kepalaku yang sedikit nyeri.

"Itu balasan untuk Istri yang sudah mengganggu tidur Suaminya." ujar Ali dengan nada bicara yang sok bijaksana. Cih !

"Oh, jadi begitu ? Mentang-mentang sekarang kamu Suami aku, jadi kamu bisa seenaknya menjitak kepala ku, hah ? Bagus sekali." kataku datar.

Lalu aku membalik tubuhku menjadi membelakanginya dan menarik selimut hingga menutupi kepalaku. Aku mulai memejamkan mataku dan tidak mempedulikannya yang mulai membujukku untuk tidur menghadapnya dan memeluknya seperti tadi.

"Pril … Kamu marah ? Hei.. aku hanya bercanda." bisiknya sambil mengguncang pelan bahuku.

"Jangan ganggu aku ..." gumamku membalas ucapannya seraya mengeratkan pelukanku pada bantal guling.

"Yaakk, Suamimu itu aku, kenapa kamu malah memeluk guling heh ?" tanyanya kesal sembari melempar guling yang ada di dalam dekapanku dan mengganti posisi guling dengan dirinya.

"Bisa tidak, jangan menggangguku ? Aku mau tidur, Ali. Kamu tau tidak ini sudah jam berapa ? Jam satu pagi !" ujarku yang langsung membuatnya terperangah karena sudah berhasil membalik kata-katanya.

Sebelum ia sempat menyahut ucapanku, aku segera memungut bantal guling yang ia lempar dan kembali memeluknya, tidak peduli dengan Ali yang sudah kembali memasang wajah kesal.

"Kenapa ? Kenapa wajah kamu cemberut gitu ? Gak terima, hah ?" tanyaku ketus sambil mencubit hidungnya gemas.

Yah, kalau boleh dibilang, aku tidak sepenuhnya marah saat ini. Tapi aku suka melihat wajahnya yang seperti ini. Lucu.

"Jangan mengacuhkanku, aku juga mau tidur dipeluk kamu, seperti nasib guling yang beruntung itu." jawab Ali setelah menyingkirkan tanganku yang masih mencubit hidungnya.

Matanya beralih pada bantal guling yang ada dalam dekapanku. Dia cemburu pada guling ?

Tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku, berusaha keras untuk menahan tawa. Suamiku ini lucu sekali.

"Jadi kamu mau kupeluk, heumm ?" tanyaku sambil menangkup kedua pipinya dengan kedua tanganku.

Ia mengangguk dengan polosnya dan lagi-lagi membuatku harus sekuat tenaga menahan tawa yang bisa meledak sewaktu-waktu.

Funny Wedding [LENGKAP/Private]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang