Prolog

14.6K 1.2K 85
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Tersedia di Gramedia
Pesan online 081219457018

Puerro, 10 Masehi

Suara derak roda kereta kayu yang membawa tiga orang wanita teredam oleh teriakan dan seruan cemooh dari penduduk Ibukota Puerro. Para pria, wanita, dewasa, bahkan anak kecil telah berkumpul di alun-alun yang berada di tengah kota untuk menyaksikan hukuman mati yang akan dijatuhkan untuk para penyihir.

Tiga buah tiang kayu telah dipersiapkan. Seorang pria berkulit cerah, berambut pirang pendek, dan berumur sekitar 25 tahun duduk pada sebuah kursi. Manik birunya mengamati ketiga tawanan yang dikeluarkan dari kurungan dengan penuh kebencian. Sinar matahari pagi memantul pada zirah lempeng dengan logo singa bersayap yang dikenakan olehnya.

 Sinar matahari pagi memantul pada zirah lempeng dengan logo singa bersayap yang dikenakan olehnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raja Charles

Salah satu perempuan yang memiliki rambut hitam panjang memekik kesakitan ketika seorang anak kecil melempar sebuah batu sedang ke arah kepala wanita muda itu.

Perempuan lain yang berambut merah mengertakkan gigi menahan perih dari luka bekas penyiksaan yang harus dia terima saat menolak mengaku bahwa dirinya adalah pemuja iblis. Jari-jari wanita itu masih mengeluarkan darah akibat alat penjepit yang dipakaikan secara paksa oleh para tentara yang bertugas di pengadilan.

Raja Charles mengerutkan wajah menunjukkan rasa jijik ketika penyihir berambut cokelat jatuh bersimpuh di atas jalanan yang dilapisi oleh bebatuan halus. Perempuan yang kedua tangannya terikat di belakang punggung menangis tersedu-sedu. Bekas luka terlihat pada kulitnya yang kotor.

Sorakan para penduduk terdengar bergemuruh. Mereka ingin melihat para penyihir --makhluk yang tidak layak untuk berada di negara mereka-- segera dikembalikan ke neraka --tempat para wanita iblis seharusnya berada--.

Pengawal berseragam biru --dengan lambang Puerro pada dada-- yang berada di sisi perempuan itu sama sekali tidak menunjukkan rasa iba. Dia segera menarik dan menyeret tawanannya yang memberontak.

Tidak membutuhkan waktu lama, ketiga tawanan telah terikat pada tiang. Tentara lain telah menyebar jerami di sekitar kaki. Salah seorang penyihir yang semula menunduk tiba-tiba mengangkat kepala dan menatap para penonton. Air mata mengalir turun dari manik birunya sebelum dia berbisik mengucapkan kutukan untuk orang-orang yang telah menganiaya kaum mereka. "Akan tiba saatnya kalian menerima balasannya ...."

"Kerajaan ini akan runtuh ... manusia akan binasa," lanjut penyihir lain dengan suara gemetar dan memberikan tatapan penuh rasa benci.

Keriuhan yang memekakkan telinga mendadak mereda. Sorot mata ketakutan mulai terlihat dari mereka yang menonton.

Penyihir Terakhir [ Buku 1 Puerro Series ] ADA DI GRAMEDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang