Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Tersedia di Gramedia
IG @Benitobonita
Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus
Wolfram mengentakkan kaki untuk mengejar. Dia menyukai perburuan. Terlebih apabila mangsanya sangat menggiurkan.
Namun, saat jarak mereka semakin dekat, tiba-tiba Michelle berhenti berlari dan memutar tubuh sambil mengayunkan senjatanya ke arah pria itu.
Luka sayat panjang terbentuk pada bagian dada pengejarnya. Michelle menggenggam pangkal pedang dengan kedua tangan lalu memajukan satu kaki dan mengarahkan tusukan pada bagian perut. Raungan murka keluar dari mulut Wolfram ketika lagi-lagi siluman itu terlambat menghindar dan menyebabkan darah mengalir dari bagian sisi tubuh.
Kedua rekan pria itu segera berlari untuk menolong atasan mereka. Namun, Wolfram yang telah bergerak mundur menjauh dari jangkauan Michelle berteriak nyaring, "Jangan mendekat! Aku yang akan memberikan pelajaran untuknya!"
Michelle mengertakkan gigi. Kedua lututnya tetap setengah tertekuk dan manik hijau gadis itu berkilat. Pedang warisan gurunya terlalu berat. Dia tidak bisa bertahan dalam jangka waktu lama.
Wolfram menunduk mengamati lukanya sejenak sebelum membalas tatapan Michelle dan menyeringai lebar. "Betina, tidak lama lagi aku akan mengajarimu cara menghargai seorang laki-laki."
Siluman itu mengabaikan darahnya yang menetes turun lalu kembali menerjang. Manik keemasannya terpusat kepada genggaman tangan Michelle. Dia harus bisa membuat betinanya melepaskan senjata.
Michelle segera mengayunkan pedang berbilah lebar ke arah lengan Wolfram. Namun, siluman itu tiba-tiba menjatuhkan tubuh untuk berguling di atas rumput.
Gadis itu mundur secara cepat dan napasnya mulai memburu. Beberapa tetes keringat mengalir turun dari pelipisnya. Wolfram bangkit dan tersenyum lebar. Luka tidak dalam pada kulitnya telah menutup dengan cepat. Apabila mereka terus seperti ini, tidak lama lagi betinanya akan kehabisan stamina. Gelak tawa kembali terdengar dari penonton mereka.
Michelle menelan ludah dan kembali mencari jalan untuk pergi. Tenaganya sudah hampir habis. Mata Wolfram lagi-lagi berbinar geli. Dia mengetahui rencana betina itu.
Gadis itu kembali menebaskan senjata sebelum memutar tubuh untuk berlari. Namun, Wolfram tidak mengizinkan. Dia melompat dan menerjang tubuh Michelle sehingga mereka jatuh di atas tanah.
Wolfram segera mengentak lepas pegangan tangan gadis itu dari pedangnya dalam pergulatan mereka. Michelle menjerit dan berusaha mendorong beban berat yang berada di atasnya.
"Wolfram, apa kau akan menjinakkannya di sini? Kalau iya kami akan pergi sebentar," tegur Nehnar terkekeh melihat kelakuan pimpinan mereka yang seakan melupakan keadaan sekitar.
Jantung Michelle berdebar cepat karena panik dan takut. Tubuhnya refleks memberontak. Gadis itu terus berteriak meminta dilepaskan. Dia tidak mau disentuh oleh makhluk yang mulai menggerayangi tubuhnya.
Napas Wolfram memburu. Dia benar-benar sangat bergairah. Aroma khas perempuan dari tubuh gadis yang berada di bawahnya sangat menyenangkan untuk dihirup. Siluman itu menyeringai. Saatnya menikmati hasil buruannya.
"Menyingkir darinya." Suara rendah seorang pria mengejutkan keempat makhluk yang berada di sana.
Michelle menoleh ke arah sumber suara. Manik hijaunya yang semula berkaca-kaca seketika berbinar penuh harapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyihir Terakhir [ Buku 1 Puerro Series ] ADA DI GRAMEDIA
FantasyTERSEDIA DI GRAMEDIA [ Pesan online 081219457018 ] #winner PNFI Award 2018 #nominasi fantasi terbaik Wawa 2017 #10 besar cerita terbaik (sponsor Mizan Mei 2017) #6 Fantasy - Romance(16+) #nominasi fantasi terbaik PNFI 2018 Puerro, sebuah kerajaan ya...