Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Tersedia di Gramedia
IG @Benitobonita
Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus
Hutan Puerro
Hal yang pertama kali disadari Michelle adalah rasa sakit pada kepalanya. dia membuka mata dan mendapati pandangannya berkunang-kunang. Sinar matahari pagi yang menyilaukan memperparah pusing yang dirinya rasakan. Suara rintihan keluar dari bibirnya yang terasa kering. Perlahan gadis itu berusaha duduk, tetapi tubuhnya terasa lemah.
"Kau sebaiknya tetap berbaring." Terdengar suara yang tidak asing di dekatnya.
Michelle menggerakkan kepala secara lambat. Beberapa kali dirinya harus mengejapkan mata agar dapat melihat keadaan sekitar. Dia sedang berada di padang rumput. Aroma kaldu daging yang berbaur dengan wangi alam tidak mengundang seleranya dan pria itu ada di sana. Duduk di sisinya.
Manik biru Pierre mengamati wajah gadis yang ditolongnya dan bernapas lega. Dia tidak berminat menggali kuburan. Terlalu membuang banyak tenaga.
"Hai, lagi …," sapa Pierre tersenyum kecil. Perempuan yang memandang balik dirinya sangat berantakan. Darah kering menempel pada rambut, sebagian wajah, bahkan pakaian gadis itu. Sama sekali tidak mengundang gairah.
Michelle mengernyit menahan rasa sakit. Tenggorokannya juga terasa perih. Gadis itu kembali mengerang, "Air …."
Pierre menghela napas. Luka terbuka gadis itu telah mengering. Namun, perempuan tersebut tetap membutuhkan waktu untuk memulihkan diri setelah kehilangan banyak darah.
Pria itu meraih dan membuka botol airnya. Secara perlahan dia mengangkat tubuh Michelle dan membantunya untuk minum.
"Pelan-pelan," tegur Pierre ketika gadis itu meminum cairan yang mengalir turun dengan rakus lalu terbatuk akibat tersedak.
Michelle menutup mata. Rasa kering pada tenggorokan berangsur menghilang. Menyisakan sakit kepala yang tidak kunjung memudar.
Pierre kembali membaringkan gadis itu. Dia sepertinya harus menunda kepulangannya. Akan lebih baik mencari tempat berteduh lain sebelum matahari semakin terik.
"Apa kau sudah bisa makan? Kita harus pindah. Aku tidak ingin rombongan semut memakan kepalamu."
Gadis itu kembali membuka mata. Pandangannya seakan berputar. "Pusing …."
"Kau harus lebih berhati-hati dalam memilih teman bermain. Tiidak semua orang menyukai binatang," saran Pierre. Perempuan itu sangat bodoh. Satu dua nasihat akan baik untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyihir Terakhir [ Buku 1 Puerro Series ] ADA DI GRAMEDIA
FantasiTERSEDIA DI GRAMEDIA [ Pesan online 081219457018 ] #winner PNFI Award 2018 #nominasi fantasi terbaik Wawa 2017 #10 besar cerita terbaik (sponsor Mizan Mei 2017) #6 Fantasy - Romance(16+) #nominasi fantasi terbaik PNFI 2018 Puerro, sebuah kerajaan ya...