Chapter 6 - Spider Web

4.7K 581 9
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Tersedia di Gramedia

IG @Benitobonita

Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus

Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibu kota Puerro

Penduduk Ibukota Puerro terlihat sibuk dengan kegiatan harian mereka. Para pedagang sudah menjajakan barang-barangnya. Rombongan kerajaan yang mendampingi Putri Arianna menjalankan kuda cokelat mereka secara perlahan menyusuri jalan yang sudah dilapisi oleh batu halus.

Struktur jalanan menyerupai sebuah salib dengan jalur masuk satu pintu ke istana sebagai puncaknya dan jalur keluar menuruni bukit sebagai akhirnya. Lintasan ke arah kiri berakhir di padang bunga sedangkan jalur ke arah kanan berujung di tempat pemakaman umum.

Pada bagian tengah pertemuan empat jalur merupakan pusat perdagangan. Bau binatang hidup yang diperjualbelikan bercampur dengan wangi roti yang berasal dari bangunan berbahan kayu yang ada di dekat keramaian.

Pasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pasar

Brandon menunggang kuda di sebelah sang putri dan mengamati sekeliling dengan waspada. Sepasang belati hitam terikat di kedua pergelangan tangannya. Para penduduk yang melintas memberikan hormat dengan sedikit membungkuk kepada calon penguasa tunggal Kerjaan Puerro.

Arianna tersenyum formal. Sudah bertahun-tahun lamanya dia memperoleh pendidikan di istana untuk bertingkah laku secara sopan di depan umum. Manik birunya melirik ke arah Brandon yang sibuk mengawasi pepohonan bahkan meneliti setiap manusia yang mendekati mereka.

 Manik birunya melirik ke arah Brandon yang sibuk mengawasi pepohonan bahkan meneliti setiap manusia yang mendekati mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Putri Arianna

Pipi Arianna merona. Tiga tahun silam, Brandon menyelamatkan seorang pejabat istana dari serangan mayat hidup dan memperoleh kepercayaan sebagai pengawal pribadi. Mereka sering berpapasan di lorong istana dan hanya bertegur sapa secara formal.

Hingga dua bulan lalu di mana pria itu menolong dirinya dari serangan kelompok siluman. Brandon memintanya untuk menutup mata sejenak dan ketika dia membuka mata, seluruh anjing neraka telah menghilang tanpa jejak. Sejak saat itulah mereka hampir tidak terpisahkan.

Deretan bangunan yang menjual berbagai jenis barang mereka lalui. Tempat pandai besi, toko kebutuhan rumah tangga, butik, dan lainnya berjajar rapi pada sisi kiri dan kanan.

Brandon memperlambat tunggangannya ketika melewati alun-alun. Manik hitam pemuda itu terpaku pada tiga buah tiang kayu yang berdiri tegak  di tengah alun-alun dan tiga buah tombak yang terpancang di sisi lain.

"Sudah lama sekali kita tidak mengadakan pesta," ucap Arianna memajukan kuda putihnya. "Perayaan terakhir yang kuingat saat aku berusia 9 tahun."

Brandon menoleh ke arah gadis berbulu mata lentik itu. "Apa kau tidak takut? Mereka memulai pesta dengan membakar atau memenggal kepala seseorang."

Arianna tertawa kecil. Lesung pipit pada pipi kirinya terlihat jelas. Gadis itu memutar kudanya. "Aku tidak takut. Papa hanya mengembalikan mereka ke neraka. Tempat mereka seharusnya."

Pria itu tidak menanggapi perkataan Arianna. Perhatiannya sudah beralih pada kuil besar tempat pemujaan Ibu Suci Lana.

"Gloria dan Drake," ucap Putri Kerajaan Puerro seakan memahami kebutuhan pria itu akan penjelasan. "Mereka keturunan langsung dari Ibu Suci Lana dengan Raja Langit. Gloria adalah pendeta pertama."

Brandon mengangguk kecil. Dia sudah mendengar kisah tentang berdirinya negara ini berulang kali. "Negara Claxis memiliki kepercayaan yang berbeda."

Arianna memberikan tatapan meremehkan. "Kami adalah keturunan langit. Kami memiliki darah yang lebih suci dari ras lain."

Suara tawa anak-anak kecil yang sedang bermain di pinggir jalan memancing perhatian laki-laki itu. Dalam pengembaraannya dia melihat banyak tempat yang tidak lagi aman untuk manusia. Hampir seluruh tentara yang awalnya tersebar di beberapa titik telah ditarik kembali untuk menjaga ibukota dan istana.

Namun, serangan terpusat dari Ras Gwyllgi yang bertujuan merubuhkan tembok pertahanan ibu kota selama bertahun-tahun telah berhasil membuat beberapa celah sehingga para siluman dapat menyelinap.

Tiba-tiba sudut mata Brandon menangkap gerakan mencurigakan dari seorang laki-laki dan berjalan tergesa-gesa. Pria itu menutupi kepala dengan tudung dari jubah hitam yang dikenakannya dan menunduk. 

Brandon menahan napas. Ras Gwyllgi memiliki mata kuning keemasan saat berwujud manusia. Orang yang baru saja melintas bisa aja merupakan kaum siluman.

"Brandon, ada apa?" tanya Arianna. Manik biru gadis itu mengikuti arah pandangan pengawal pribadinya.

Laki-laki itu mengerjapkan mata. Dia hanya terlalu khawatir. Manusia siluman tidak akan berani berkeliaran di siang bolong. Terlebih saat negara dalam kondisi siaga.

Pria itu tersenyum membalas tatapan sang putri. "Tidak ada apa-apa. Apa kau sudah ingin pulang?"

Mata Arianna berkilat. Dia telah memiliki rencana lain dengan pengawalnya yang tampan. Gadis itu balas tersenyum lalu menjawab, "Ada satu tempat yang ingin kudatangi, tetapi aku tidak ingin mereka ikut serta."

Wajah Brandon menunjukkan ekspresi kebingungan. Namun, dia tidak diberikan kesempatan untuk menolak. Arianna dengan pesonanya secara perlahan mulai menyebarkan jaring perangkap agar dapat memiliki pria itu.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

10 Maret 2018
Benitobonita

Penyihir Terakhir [ Buku 1 Puerro Series ] ADA DI GRAMEDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang