Chapter 18 - Seperate Ways

2.8K 451 3
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Tersedia di Gramedia

IG @Benitobonita

Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus

Pagi mulai berganti menjadi siang hari. Michelle dan Pierre telah selesai membereskan perlengkapan mereka.

"Anjing kecil, katakan padaku ke arah mana kau akan pergi?" tanya Pierre sambil memanggul tasnya.

"Berhenti memanggilku anjing kecil!" bentak Michelle untuk yang kesekian kali.

Manik hijau gadis itu menatap pepohonan yang mulai botak dan menggigit bibir. Dia harus segera menemukan tempat berteduh, mengumpulkan persediaan makanan, dan memotong kayu bakar sebanyak mungkin. "Mungkin aku akan ke Barat."

Pierre terdiam sejenak. Kastel Lavonna markas para penyihir berada di daerah itu. Tempat yang dipenuhi mayat hidup.

"Tidak ada apa pun di sana," ucap Pierre pada akhirnya. Bangkai berjalan hanya tertarik memakan daging manusia hidup. Gadis berdarah campuran itu akan aman dari mereka. Namun, dia tidak suka membayangkan anjing kecilnya berkeliaran di antara zombi. "Kau lebih baik pergi ke daerah timur."

Michelle menoleh ke arah pria itu. Jantungnya berdenyut perih. Mereka akan kembali berpisah dan  belum tentu akan bertemu lagi di lain hari.

"Aku ingin berada dekat dengan keluargaku," ucap gadis itu. "Mereka dikuburkan di dekat perbatasan menuju Negara Claxis."

"Begitukah?" Pierre membalas tatapan Michelle. Mungkin dia dapat menengok dan membantu gadis itu sebelum musim dingin tiba. "Aku akan pergi ke selatan."

"Jadi kita berpisah di sini." Suara Michelle menipis. Dia tidak ingih berpisah. Memiliki teman bertengkar jauh lebih baik dibandingkan mengembara seorang diri.

Manik biru Pierre mengamati ekspresi gadis itu. Bayangan seekor anak anjing yang membutuhkan tempat berteduh berkelebat dalam benaknya.

Pierre terdiam cukup lama. Pria itu tiba-tiba merasa tidak ingin pergi. "Di mana tepatnya kau akan berkeliaran?"

Aura sedih yang Michelle rasakan menguap seketika.   Gadis itu melotot ke arah Pierre dan berteriak, "Itu bukan urusanmu!"

"Begitukah?" Senyum Pierre kembali terbentuk. Hatinya kembali terasa ringan. "Anjing kecil, berhenti bermain-main dengan manusia maka kau akan baik-baik saja."

Gadis itu menarik napas dalam-dalam dan menjerit nyaring. "Kau adalah orang yang paling menyebalkan yang pernah kutemui!"

*****

Pierre berjalan menuju arah selatan dan menguap berulang kali. Kemarin malam pria itu sama sekali tidak tidur. Kekhawatirannya kalau para siluman kembali membuatnya berjaga-jaga. Sedangkan gadis bodoh bermata hijau yang berada di dekatnya mendengkur dengan nyenyak tanpa sadar bahwa dia bisa membunuhnya saat itu juga.

Pria itu menggelengkan kepala dan berujar dalam hati. Aneh, bagaimana dia bisa bertahan hidup hingga saat ini.

Selimir angin menerbangkan daun keemasan yang berserakan di atas hamparan rumput yang mulai mengering. Pierre menghentikan langkahnya dan mendongak menatap langit. Dia masih memiliki cukup banyak waktu sebelum musim dingin tiba.

Senyum sinis terbentuk di bibir pria itu. Ibu Suci Lana tentu akan sangat gembira menyambut kedatangannya. Sebuah lagu anak-anak mengenai musim gugur terkenang oleh Pierre. Dia mulai bersiul dan kembali melanjutkan perjalanan.

*****

Michelle menatap punggung Pierre yang semakin menghilang di kejauhan. Gadis itu berhenti berjalan setelah dia menemukan tempat untuk mengintip.

Manik hijaunya meredup. Pria itu telah pergi. Michelle menarik napas dalam lalu mengembuskannya. Tidak boleh banyak berpikir. Dia harus bergegas mempersiapkan kebutuhan untuk menghadapi musim dingin.

Sebuah dusun tidak berpenghuni yang pernah menjadi tempatnya berteduh ketika musim dingin tahun lalu teringat oleh gadis itu. Michelle tersenyum kecil ketika seekor kelinci gemuk hutan berwarna abu-abu putih melompat keluar dari semak-semak di dekatnya.

Michelle mendongak menatap arak-arakan awan yang bergerak. Masih ada cukup waktu hingga musim dingin tiba. Sebuah mantel tebal akan sangat berguna untuk menjaga kehangatan ketika salju turun. Dia harus berburu binatang yang cukup besar. Gadis itu melihat sekeliling untuk mencari daerah yang masih dikuasai oleh kumpulan pepohonan lalu berjalan ke sana.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

15 Maret 2018

Benitobonita

Penyihir Terakhir [ Buku 1 Puerro Series ] ADA DI GRAMEDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang