Bab 16 (Akhir dari segalanya)

3.6K 194 55
                                    

Rabu ini tidak seperti Rabu-rabu sebelumnya. Rabu ini rabu di mana Vanessa akan menjadi sosok Vanessa yang dulu. Ratu Es, julukan yang sempat dinobatkan kepada Vanessa dan kini akan dinobatkan kembali kepada Vanessa untuk yang kedua kalinya.

Gue bakal jadi ratu es lagi, ucap batin Vanessa.

Berjalan dengan tertunduk yang tertutupi poni, cara ampuh untuk menghindari kontak mata dengan anak-anak yang berlalu lalang sepanjang koridor.

Cewek itu berjalan dengan langkah cepat. Lalu memasuki kelasnya yang masih terlihat sepi jika dilihat oleh mata namun tidak tahu jika dilihat oleh mata batin.

Riko yang sedang mengerjakan pr (pekerjaan sekolah) seketika menghentikan aktivitasnya dan segera menghampiri Vanessa saat masih di ambang pintu.

"Van, lo harus jelasin kenapa si manis Vanilla pindah?!" tuntut Riko.

Vanessa mengangkat sebelah alisnya.

"Gak usah sok telmi deh!" sungut Riko kesal sambil melengos.

Vanessa tak mengubris dan berjalan ke arah mejanya yang berada di barisan kedua. Menjatuhkan bokongnya dengan sempurna dan segera mencari buku paket matematika untuk dipelajari.

Vanessa panik saat buku paket matematikanya tidak ada dalam ransel. Parahnya lagi, bukan saja buku paket yang tertinggal melainkan buku tulisnya pun ikut tertinggal. Sungguh, Pak Yahya pasti akan marah besar.

Dengan langkah cepat, Vanessa berjalan keluar kelas. Tujuannya saat ini adalah ke ruang Tata Usaha untuk meminjam telepon. Vanessa memang jarang membawa ponsel walau diperbolehkan oleh sekolah.

"Kenapa?" tanya Dirgya yang kebetulan berpapasan dengan Vanessa. Pertanyaan itu terlontar begitu melihat wajah Vanessa yang terlihat agak pucat.

Vanessa menghentikan langkahnya lalu menggeleng tanda tidak apa-apa. Kemudian melanjutkan kembali  menuju ruang Tata Usaha yang berjarak sekitar 2 meter di hadapannya.

Langkah cewek itu berhenti saat berada tepat di ruang bertuliskan 'Tata Usaha' di pintunya. Takut, alhasil Vanessa membalikkan kembali tubuhnya 180 derajat.

Vanessa sedikit terpental ke belakang saat jarak tubuhnya dan tubuh Dirgya hanya beberapa jengkal. Dirgya justru makin mendekat dan mengangkat lengan kanannya untuk menyelipkan poni yang sengaja Vanessa panjangkan ke telinga kanan cewek itu.

Deg

"Ganggu konsentrasi belajar lo nanti," beritahu Dirgya.

Vanessa hanya mengangguk samar sebelum dirinya benar-benar pergi meninggalkan Dirgya. Cekalan tangan Dirgya berhasil menghentikan langkah cewek itu untuk kedua kalinya.

"Kenapa?" Pertanyaan yang sama, Dirgya akan terus mengulang sampai Vanessa menjawab.

Vanessa lagi-lagi hanya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" Pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya.

"Gak bawa buku mtk," jawab Vanessa cepat kemudian berlalu meninggalkan Dirgya.

Vanessa masih dapat mendengar Dirgya yang sedang tertawa geli mendengar jawabannya tadi. Lalu terdengar derap langkah panjang Dirgya yang menyamainya.

"Gak bawa buku mtk kok kayak telat datang bulan, tegang amat," ucap Dirgya sekenanya.

Vanessa sebagai perempuan merasa direndahkan lantas mengahadap ke kiri diikuti gerakan yang sama oleh cowok yang berjalan di sebelahnya. Berbeda arah tentunya, kini mereka saling berhadapan.

"Bisa gak jangan ngerendahin perempuan? Dasar cowok berengsek!" sulut Vanessa lalu melanjutkan kembali langkahnya.

Dirgya hanya diam mendengar reaksi Vanessa. Cowok itu berjalan santai mengikuti Vanessa dari belakang, berbelok ke koridor IPS dan masuk ke kelasnya.

Love is pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang