Bab 6 ( Ditembak pakai cinta )

2K 293 70
                                    

Vanessa terus menarik lengan Dirgya membuat cowok itu keheranan akan dibawa kemana oleh gebetannya ini.

"Sebenernya gue mau dibawa ke mana?" tanya Dirgya membuat Vanessa menghentikan langkahnya.

"Pulang," jawab Vanessa singkat. "Ke rumah gue," lanjutnya.

Vanessa menyetop angkutan umum yang lewat di hadapannya. Cukup banyak waktu jika memesan taksi online dikeadaan yang sedang macet seperti ini dan ia pun tidak membawa ponsel. Hanya satu yang Vanessa takutkan, luka Dirgya akan infeksi.

"Depan aja neng," ucap supir angkot itu seraya melihat ke belakang. "Belakang penuh," lanjutnya.

"Duluan!" pinta Vanessa dan dibalas anggukan patuh dari Dirgya.

Vanessa memberi jarak duduknya dengan Dirgya menggunakan tas ranselnya.

Dirgya tertawa geli lalu memajukan sedikit letak duduknya.

Perlu waktu setengah jam untuk sampai di rumah Vanessa.

"Depan kiri," ucap Vanessa menghentikan di persimpangan jalan. "Nih" lanjutnya menyerahkan beberapa lembar uang.

"Cepet," ucap Vanessa setelah turun dari angkot.

Dirgya mengangguk patuh.

"Lo tunggu sini!" suruh cewek itu, Vanessa lalu memasuki rumahnya untuk mengambil kotak obat p3k miliknya.

"Nih, minum dulu," ucap Vanessa menyerahkan segelas air mineral.

"Makasih," ucap Dirgya seraya tersenyum.

Vanessa mulai mengeluarkan sesuatu dari kotak obatnya. Sebuah plester, obat merah dan beberapa kapas.

Dengan kelihaian, Vanessa meneteskan beberapa tetes obat merah ke kapas. Tidak ada kata apapun yang Vanessa katakan. Lalu ia menempelkan kapasnya ke luka yang berada di dahi Dirgya. Spontan saja Dirgya meringis.

Tambah manis kalo gak pake kacamata, batin Dirgya.

"Kenapa?" tanya Vanessa yang merasa diperhatikan oleh sosok dihadapannya ini.

Tidak ada jawaban.

"Udah," ucap Vanessa setelah selesai mengobati luka Dirgya.

"Makasih," ucap Dirgya, manik matanya tertuju tepat pada manik mata Vanessa. "Plester dari lo bakal jadi barang antik tersendiri bagi gue," lanjutnya.

Vanessa hanya mengernyitkan dahinya. Tanpa mengambil pusing ucapan Dirgya, cewek itu masuk ke dalam rumahnya untuk menaruh kotak obat.

"Vanessa...." panggil Dirgya.

"Iya?" tanya Vanessa menghentikan langkahnya.

"Gue suka sama lo," ucap Dirgya tulus.

Vanessa hanya diam kemudian melanjutkan langkahnya tanpa menggubris pernyataan Dirgya tadi.

"Gue pamit," ucap Dirgya dengan nada kecewa. Cowok itu kemudian melangkah pergi.

"Tunggu!" cegah Vanessa cepat. Cewek itu mengigit bibir bawahnya. Ingin berkata tapi ragu. "Gue juga suka sama lo," lanjut Vanessa dalam satu tarikan nafas.

Terpancar jelas kegembiraan di mata cokelat terang Dirgya. Cowok itu tersenyum sangat lebar sampai memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Dirgya mencubit punggung tangannya sendiri. "Aww," ucapnya meringis.

"Kenapa?" tanya Vanessa melihat tingkah Dirgya.

"Lo beneran Vanessa kan? atau kembarannya? atau ini cuman ilusi gue doang?" tanya Dirgya tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan Vanessa.

Love is pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang