Bab 11 ( RM padang KB )

1.6K 198 36
                                    

Minggu ini seperti biasa, Vanessa hanya berada di rumah. Mambaca, main ponsel dan menonton televisi lalu diulang lagi dari membaca. Hanya itu kegiatan Vanessa selama lebih dari dua jam.

Cacing di perutnya sudah mengadakan orkes dangdut, meminta jatah makan siang. Vanessa bangkit dari sofanya dan beranjak pergi ke meja makan.

Cewek itu dengan semangat menarik kursi kemudian duduk. Tersedia piring dan gelas yang memang sengaja terbalik agar tidak terkena debu.

Mamah masak apa ya hari ini? batin Vanessa bertanya -tanya sekaligus tidak sabar.

Tangannya meraih tudung saji dan membukanya. Betapa kagetnya Vanessa karena yang dilihatnya hanya secarcik kertas.

Mamah gak sempet masak, tadi buru-buru mau kocok arisan. Beli aja ya, Nak.

Kondisi di mana kocok arisan lebih penting daripada menyiapkan makan untuk anaknya. Ck, dasar emak-emak.

Vanessa membaca surat singkat dari ibunya langsung meremas-remasnya dengan kesal. "Arisan, arisan mulu," gumamnya seraya bengkit dan berjalan menuju kamarnya.

Vanessa membuka dompetnya, hanya berisikan selembar uang kertas bernilai RP.50.000.

Ponselnya yang ia taruh di saku celana bergetar. Menandakan sms masuk. Dengan malas Vanessa membuka sms dari nomor tak dikenal itu.

Vanessa ini Vanilla. Mau anterin gue gak? Gue laper bat sumpah. Pembantu gue lagi pulkam.

Vanilla memang anak piatu. Ibunya sudah lama meninggal saat Vanilla masih berumur 5 tahun. Sekarang ia hanya tinggal bersama ayahnya yang super duper tripel sibuk.

Oke. Langsung ke RM padang KB yg dkt lampu mrh aj ya.
Send.

Vanessa segera turun dan memesan ojek online. Yang ia lakukan selama di perjalanan hanyalah melihat kemacetan Ibu kota.

Sesampainya di RM padang KB yang memang terkenal nikmat seantero Jakarta, Vanessa mengedarkan pandangnnya ke kanan dan ke kiri. Lalu jatuh pada seorang gadis dengan warna rambut yang nyaris pirang. Tidak salah lagi, itu Vanilla.

"Vanilla...." panggil Vanessa seraya berjalan ke arah Vanilla.

Vanilla menoleh dan segera memamerkan senyum manisnya yang khas.

"Yuk! Udah laper banget perut gue," beritahu Vanessa seraya mengusap-usap perutnya yang datar.

Vanilla memesan makanan, sementara Vanessa mencari tempat duduk yang pas. Tak lama Vanilla dengan nampan di tangannya.

"Silahkan dimakan nyonya," ucap Vanilla seraya tertawa di akhir kalimatnya.

"Terima kasih bi," ucap Vanessa.

Hening.

Vanessa dan Vanilla sama-sama memakan masakan padang dengan lahap. Keduanya memang pecinta makanan pedas ditambah dalam keadaan lapar.

Vanessa meraih teh hangat tawarnya kemudian meminum. "Oke gue menang, laper banget gila," ucapnya.

Selang beberapa menit Vanilla melakukan gerakan yang sama. "Kita kayak orang yang gak makan 3 hari aja," ucapnya.

Keduanya sama-sama tertawa. Vanessa yang beku seketika mencair jika bersama Vanilla.

"Hmm, gue mau nanya boleh?" tanya Vanilla setelah tawanya reda.

"Apa?" tanya Vanessa.

"Lo kok beku kayak es kalau sama orang lain?" tanya Vanilla penasaran alasan apa yang membuat Vanessa dingin.

Love is pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang