Hari ini hari Senin. Hari di mana musuh bagi pelajar karena jauh dari pekan. Sang surya menyinari bumi dengan sinarnya yang membawa kehangatan.
Vanessa sudah sampai ke sekolah 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Di kelas X IPA-1 sudah ada beberapa anak yang memang ditugaskan piket hari ini.
Farhan menghapus papan tulis dan berkata dengan antusias, "Katanya ada anak baru, Vanilla namanya!"
"Ooh yang pindahan dari Jubilee 'kan? Kayanya dia masuk kelas kita deh," sahut Lila sambil menyapu.
Vanessa mendengar percakapan teman-temannya itu. Di kelas X IPA-1 hanya ia yang duduk sendiri. Ada peluang yang besar anak baru itu akan sebangku dengan Vanessa.
Kring ... kring ... kring....
Bel tanda upacara akan segera dimulai. Vanessa segera bergegas ke bawah untuk melaksankan upacara penaikan bendera yang memang dilakukan setiap Senin pagi.
Sudah terbiasa Vanessa berada di barisan belakang karena itu memang kemauannya.
Satu jam berlalu. Upacara telah selesai dilaksanakan. Siswa-siswi berbondong-bondong menuju ke kelasnya.
Sudah panas-panasan upacara, disambut pelajaran fisika yang membingungkan, lengkap sudah penderitaan kelas X IPA-1.
Kring ... kring ... kring....
Bel masuk pelajaran pertama berbunyi. Vanessa menyiapkan semua buku yang berhubungan dengan fisika di atas mejanya.
Bu Erna, guru yang selalu on time. Bu Erna masuk diikuti seorang siswi cantik berambut sedikit gelombang yang nyaris berwarna pirang. Iris matanya yang cokelat kontras dengan kulitnya yang bewarna sawo matang. Sungguh manis.
Siswa-siswa yang berada di kelas X IPA-1 seketika terpesona melihat rupa murid baru itu. Terutama Riko, sang ketua kelas yang melihat dengan mulut menganga. Untung saja tidak ada serangga yang terbang dan masuk ke mulutnya yang terbuka seperti goa.
Vanessa memperhatikan anak baru tersebut. Tak henti-hentinya anak itu mengumbar senyumnya yang manis. Sungguh berbanding terbalik dengannya yang jarang sekali tersenyum kepada orang lain.
"Silahkan perkenalkan namamu!" suruh Bu Erna.
"Selamat pagi teman-teman, nama saya Vanilla Khanzari. Saya pindahan dari Jubilee. Semoga kalian mau berteman dengan saya, terima kasih," ucap Vanilla memperkenalkan diri, tak lupa memberi senyum manisnya di akhir kalimat.
"Mau banget!"
"Ig nya namanya apa?"
"Vanilla, minta ID linenya dong!"
"Pin bb juga!"
"Jangan! Alamat rumahnya aja sekalian!"
"Stok cecan nambah bray."
Begitulah sahutan dari siswa-siswa dan lagi-lagi Vanilla hanya menanggapi dengan senyuman.
Bu Erna mengedarkan pandangannya ke seisi kelas. Matanya terhenti tepat ke bangku kosong di sebelah Vanessa.
"Vanilla, kamu duduk disana!" titah Bu Erna seraya menunjuk bangku sebelah Vanessa.
Vanilla menganggu patuh dan segera berjalan ke arah Vanessa. Vanilla tersenyum ke arah Vanessa dan dibalas senyuman oleh Ratu Es itu.
"Oke anak-anak, buka buku paket halaman 104!" Bu Erna memulai pelajaran.
Vanessa segera membuka buku paketnya tepat di halaman 104. Cewek itu kemudian menoleh pada Vanilla.
"Nih, bareng," ucap Vanessa seraya menyodorkan sedikit buku peketnya ke meja Vanilla.
"Nama lo siapa?" tanyaVanilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is pain [Completed]
Novela JuvenilBagaimana jadinya jika ratu es bertemu dengan playboy seperti Dirgya? Vanessa yang beku apakah akan mencair? Dirgya memang bukan cinta pertamanya, tapi apa boleh buat jika cinta kedua yang membuat kita nyaman? Sosok periang bernama Vanilla tiba-tib...