Liffus mengerang pelan saat cahaya yang menganggu menusuk matanya dengan begitu kejam. Tubuhnya terasa berat, ia yakin seseorang tengah menindihnya sekarang.
Liffus hafal bau ini, dan matanya segera meneduh saat tahu Luciel lah yang tengah tidur sambil memeluk dirinya.
Wajahnya penuh lelehan air mata. Sepertinya anak itu baru saja selesai menangis beberapa saat yang lalu.
Liffus sedang asik mengusap pelan wajah adiknya, sebelum sebuah suara menginterupsi kegiatannya.
" Dia baru saja tidur Liffus. Berhenti menganggunya atau dia mungkin akan terbangun"
Harris berdiri disana, dengan Gin yang mengekor dibelakangnya. Yuka dan Yuras juga ada disana, tersenyum kecil saat tahu akhirnya Luciel tertidur juga.
Lelaki itu sejak terbangun dari pingsannya histeris untuk segera menemui kakaknya. Luciel bahkan tidak peduli saat Gin mengingatkannya pada luka dan kesehatannya yang masih buruk.
Dia terus menunggu, tidur disamping kakaknya dan berharap agar lelaki tersebut segera bangun.
Liffus memandang lekat Luciel, mencium lembut telapak tangan mungilnya yang terluka agar segera sembuh.
Bibirnya membacakan mantra tidur, membiarkan Luciel tetap nyenyak ditengah pembicaraan mereka.
" Jadi?" tanya Liffus. Matanya menatap Harris meminta penjelasan.
" Pasukanku telah datang mencarimu sesaat setelah sinyal bantuan itu kau berikan. Tapi sayang, ditengah jalan pasukan malaikat menyerang sehingga kami harus membersihkan yang satu itu terlebih dahulu. Kami kehilangan jejak auramu karena mungkin mantra yang kau buat dalam gua tersebut. Beruntung kami bertemu Luciel, dia berusaha mati-matian untuk mencari bantuan"
Liffus tahu itu, bahkan tubuh adiknya masih terlihat lelah sampai sekarang.
" Tapi bagaimanapun, aku tidak percaya kau termakan mantramu sendiri. Lain kali jika para pengkhianat itu menyerang, aku sendiri yang akan membunuh mereka" janji Harris.
Kali ini Liffus hanya mendengus mendengar sindiran imkopeten dari penasihatnya. Liffus yakin, kehebatannya di mata sang ayah pasti semakin jatuh setelah ini.
Tapi, pedulikah Liffus pada hal itu saat Luciel kini baik-baik saja? Percayalah Liffus bahkan tidak ingin memperhatikannya.
" Tapi...." nada suara Harris kembali serius, membawa perhatian Liffus kembali kepadanya.
" Luciel, mungkin sebentar lagi dia akan masuk fase 'membunuhnya'. Siap atau tidak kita harus membawanya keluar dari tempat ini. Yang Mulia Lucifer telah datang berkunjung dan setuju dengan saranku. Kita akan pindah ke salah satu tempat di dunia manusia."
Dunia manusia? Liffus tidak akan terlalu suka dengan pemikiran ini.
" Kota membuat waktu 'kematian' Luciel lebih cepat, walaupun caranya relatif menyakitkan. Tapi setelah tahu bahwa tubuh Luciel menolak tinggal di Hellain, maka tinggal disini adalah satu-satunya jalan Liffus" jelas Harris hati-hati.
Peralihan tubuh Luciel jelas memang membuatnya tidak mampu tahan di Hellain terlalu lama. Memuakan memang, tapi jika itu memang hanya satu-satunya cara, Liffus tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya.
-
-
Luciel terbangun saat menyadari bahwa kamar yang ia tempati bukanlah kamar kakaknya Liffus atau kamarnya sendiri. Kamar ini baunya berbeda, dan permukaan kasurnya juga lebih lembut daripada di sekolah.
Apa mereka kembali? Luciel meluangkan waktunya untuk mencari tahu kebenarannya dan segera turun perlahan dari tempat tidur.
Tempat ini....... Mereka masih didunia manusia.
Luciel bisa tahu dari bau yang kira-kira berjarak 500 meter mengindikasikan adanya kegiatan manusia. Indra Luciel semakin membaik dari hari ke hari, kesampingkan matanya yang tidak mengalami kemajuan sama sekali.
Rasanya lebih segar daripada di sekolah, membuat perasaan berat yang selalu menganggunya beberapa hari ini berkurang sedikit demi sedikit.
" Bagaimana perasaanmu?" suara lembut Liffus menyapa dari pintu kamar. Rasanya aneh jika kita melihat Liffus menggunakan kemeja putih dan cardigan manusia untuk pakaiannya.
Well, walaupun jujur Liffus malah semakin tampan dengan pakaian itu.
" Ini dimana kakak?" Luciel tidak dapat menahan diri untuk menanyakan tentang hal tersebut. Luciel sudah hafal benar suara kakaknya. Luciel baru saja hendak melangkah sebelum tubuhnya melemas hingga ia hampir saja jatuh.
Iya hampir. Sebelum Liffus dengan cekatan menahan tubuh kurus Luciel.
" Hati-hati sayang. Kau belum terbiasa dengan tata letak tempat ini" nasihat Liffus lembut. Batinnya sedikit meringgis merasakan suhu tubuh Luciel yang semakin turun. Liffus harus segera terbiasa, bagaimanapun juga, Luciel tidak akan lagi menjadi manusia setelah ini. Peduli apa? Liffus sayang Luciel apa adanya.
" Kakak, apa kita masih berada di sekolah?" tanya Luciel ragu.
Liffus tersenyum kecil, gemas melihat adik kecilnya yang memandang acak bingung dengan wajah khas baru saja bangun dari tidurnya.
Liffus tidak bisa menahan untuk mengusap surai hitam itu, merasakan kelembutan yang berasal dari rambut tersebut.
" Kita masih didunia manusia Luciel, pindah. Kau juga akan bersekolah disini. Aku tahu kau tidak akan senang jika tiba-tiba diam saja Adik manis...."
Luciel sedikit memerah mendengar penuturan kakaknya. Luciel belum terbiasa menjalan hubungan aneh dengan kakaknya sendiri.
Bukankah ini melawan hukum alam?
" Memikirkan apa.... Hmmm?" tanya Liffus lembut. Luciel sedikit salah tingkah. Mana mungkin Luciel bilang jika ia sedikit merasa bersalah atas berkembangnya hubungan mereka?
Ah, Luciel lupa. Diakan iblis, penentang Tuhan yang penuh lumuran dosa.
" Hei, ceritalah pada kakak. Ada yang tidak beres?" desak Liffus lagi. Luciel menggeleng yakin, berusaha menampakan senyum yang sebaik mungkin.
" Apa kakak sudah benar-benar sehat?" tanya Luciel lembut. Liffus tersenyum bahagia, adiknya mengkhawatirkannya toh...
" Aku baik Lulu.... Nah, memalukan sekali aku sebagai seorang kakak membuatmu berjuang sekeras itu... Kau sudah baik kan sayang?" tanya Liffus khawatir. Ini adalah alasan utamanya mengunjungi Luciel, saat Harris bilang kemungkinan besar adiknya sebentar lagi sadar.
Luciel baru mengingat hal yang sangat membingungkan, hampir diperkosa temannya sendiri dan membahayakan orang yang paling ia sayang.
Dia..... Masih baik kan?
" Um" jawab Luciel mantap. Selama keluarganya ada disini, kemungkinan buruk apa yang mungkin terjadi padanya?
Diam-diam Liffus mendesah lega. Untuk sekarang Luciel mungkin masih baik-baik saja, tapi bagaimana dengan nanti?
Penderitaan apa yang harus adiknya hadapi nanti?
Tanpa sadar Liffus semakin erat memeluk adiknya. Dia pasti akan menemukan cara untuk menyelamatkan adiknya. Pasti.
" Kakak?" panggil Luciel polos saat Liffus semakin mengencangkan pelukannya.
Seakan tersadar kembali, Liffus segera melepaskan pelukannya dan mengelus pipi Luciel lembut.
Dia akan membuat iris yang ditampilkan Luciel nanti bewarna merah, tidak peduli dengan kesulitan apa yang harus dia hadapi kedepannya.
" Tidak apa-apa sayang..... Ayo kita makan sekarang, kau pasti lapar" final Liffus sambil menuntun Luciel untuk keluar dari kamarnya.
Uidihhh.... Udah bulukan ini cerita😂
Udah kama gak update, sekarang updatenya cuma dikit lagi😅
Iya salah saya.... Besok ulangan kimia tapi bawaannya pengen nulis aja😌
Vote dan comment ya... Yah, walaupun chapternya dikit
Saya udah lama gak buka cerita ini. Apalagi sempet males nulis gara-gara data lanjutan ceritanya kehapus😭
Eh malah curhat... Udah deh, see you in next chapter guys~
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Angel or Devil : Rewrite
FantasyAku yang menunggumu hingga 300 tahun lamanya..... Aku yang mengingatmu dalam tidurku setiap malamnya.... Aku, yang bertanggung jawab akan kematianmu. Biarkanlah kali ini aku yang menjagamu, Dan kupastikan kamu berada disisiku untuk selamanya.... Dan...