"Yang Mulia, Harris memberitahuku bahwa Pangeran....... Pangeran ada disana Yang Mulia"
Gin yang ditugaskan menjaga Istana yang dihuni para iblis yang tidak bisa bertarung segera mendatangi kamar Liffus ketika mendengar berita itu. Pria bergelar Putra Mahkota itu hanya duduk di kursi kamarnya, mendengar betapa ramai suara perang yang berkecamuk diluar sana.
Ledakan demi ledakan terus terdengar. Liffus tahu dia tidak boleh diam sebagai Putra Mahkota, tapi apa melawan Luciel merupakan pilihan yang harus dia ambil?
Liffus melihat mata dingin Luciel tadi. Mata dingin itu tidak mengenalinya, Luciel hanya menatap Liffus sekilas sebelum kembali membunuh iblis yang berusaha menyerangnya.
Hatinya hancur. Dia tidak berguna. Melindungi Luciel sampai dia bangkit menjadi iblispun dia tidak bisa.
Bagaimana bisa dia keluar dan berperang dalam kondisi nya sekarang? Liffus masih dilanda konflik batin yang berkepanjangan. Keinginannya untuk membasmi malaikat dan merebut Luciel sudah padam saat dia sadar tidak ada jalan untuk mengembalikan Luciel kembali.
Liffus rasanya ingin menghilang saja, toh kerajaan mereka tetap akan hancur selama Luciel ada di pihak mereka.
Liffus tertawa miris. Kepalanya semakin tertunduk seiring dia mengabaikan Gin yang berada di dekatnya.
"Yang Mulia!"
Kali ini suara Gin terdengar lebih terkejut. Matanya berkaca-kaca, bibirnya dia gigit untuk menahan tangisan keluar.
Liffus akhirnya menoleh. Dia memandang Gin dingin seakan memerintahkan jendral iblis itu untuk segera enyah.
"Yang Mulia Raja...... Dia tertusuk oleh Pangeran di medan perang"
Jantung Liffus seakan berhenti begitu dia mendengar laporan Gin. Emosinya bergejolak, naluri sedarahnya tanpa sadar bangkit begitu dia mendengar ayahnya terluka diluar sana.
Tanpa bicara lagi Liffus segera mengambil pedangnya. Zirah segera dia pakai, sebelum keluar Istana dengan terburu-buru.
-
-
"Ayah!"
Ditengah kecamuk perang itu, Liffus begitu terkejut melihat tubuh ayahnya terangkat keatas dalam posisi tombak menancap di dadanya. Tangan Lucifer terlihat mencoba melepaskan tombak itu, sementara Gabriel -atau Luciel- yang tengah menusuknya datar saja saat kaum iblis meraung untuk menyelamatkan Raja mereka.
"Luciel!"
Rasa cintanya membuat Liffus hanya bisa mendorong Luciel sampai tombak itu terlepas dari dadanya ayahnya. Liffus menatap tidak percaya wajah cantik itu. Tetap sama, dengan kepribadian yang berbeda.
"Kalian pemimpinnya? Baiklah. Aku akan membunuh kalian, para iblis itu akan menghilang jika aku membunuh pemimpinnya"
Liffus terpaku mendengar suara dingin itu. Luciel dengan santai mengibaskan tombaknya untuk membersihkan darah Lucifer yang sebelumnya menempel disana. Terdiam, seakan menunggu ayah dan anak itu berbincang dulu sebelum kematian mereka.
"Liffus...."
Pandangan Liffus segera teralihkan pada sang ayah yang terlihat sangat pucat. Seumur hidupnya, baru kali ini Liffus melihat ayahnya terlihat lemah setelah melawan orang lain. Matanya meredup, Liffus tahu apa yang akan terjadi selanjutnya pada Raja Iblis itu.
"Gu.....nakan......pedangku. Bunuh dia, atau kau akan membuat bangsa kita binasa...... Dia.... Dia memiliki inti bangsa malaikat yang membuat Mikhail begitu berambisi untuk mengambil Luciel. Kematiannya sama saja dengan kematian para malaikat....... Ayah Luciel memasukan inti itu pada tubuhnya saat dia dikandung ist-riku dulu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Angel or Devil : Rewrite
FantasyAku yang menunggumu hingga 300 tahun lamanya..... Aku yang mengingatmu dalam tidurku setiap malamnya.... Aku, yang bertanggung jawab akan kematianmu. Biarkanlah kali ini aku yang menjagamu, Dan kupastikan kamu berada disisiku untuk selamanya.... Dan...