Change

1.7K 238 16
                                    

Didedikasikan untuk @LhiaeAmalia5 yang terus menanti cerita tua ini, dan pembaca sekalian yang tetap menanti kelanjutan cerita ini^^

Liffus membuka matanya saat sadar sang adik tidak ada di kamarnya. Liffus baru saja kembali dari Hellain, kembali menjalankan kewajibannya sebagai seorang Putra Mahkota membantu sang ayah memerintah negara, Lucifer.

Saat Liffus berteleportasi kembali, Luciel sudah tidak bergelung dalam kasurnya. Hari sudah pagi, Liffus tahu Luciel-nya pasti telah berada di ruang makan untuk sarapan. Anak itu masih manusia sekarang, butuh makan dan tidur layaknya manusia biasa.

Prang

Liffus menuruni tangga dengan cepat untuk melihat wajah Luciel yang selalu lembut dan polos kini diliputi oleh amarah. Tidak biasa, sangat tidak biasa.

" AKU INGIN KAK LIFFUS SEKARANG JUGA!" Bentak Luciel keras. Gin terlihat berusaha menenangkannya, dibantu Yuka dan Yuras.

Tidak bisa. Dengan kekuatannya Luciel malah menahan pergerakan mereka dan membuat mereka berlutut di lantai sambil menahan sakit. Luciel belum bisa mengontrol kekuatannya, dan merasakan kekuatannya, itu sungguh sangat sakit untuk ukuran mereka sekalipun.

" Luciel, tarik nafas dalam-dalam sayang" Liffus yang sadar situasi segera memeluk adiknya erat, menuntun Luciel untuk tenang kembali.

Jeratan kekuatannya lepas, semua yang ada di ruang makan kembali bisa bernafas sekarang.

Liffus dapat merasakan dengan jelas bahwa tangan adiknya bergetar keras dalam dekapannya. Tidak ada yang bicara, atau mungkin, terlalu kaget untuk membuka suara. Perubahannya mulai terlihat, Luciel mulai berubah secara perlahan.

" Kak- umpht"

Liffus tahu apa yang ada dalam pikiran adiknya. Dia tidak mau mendengarnya lagi, melumat bibir merah itu dengan ganas lalu melepasnya. Liffus pandangi wajah Luciel yang memerah kekurangan oksigen, dengan air liur yang keluar sedikit dari bibirnya. Liffus belum berani melakukan hal yang lebih jauh dari melumat bibir, mengingat Luciel yang masih belum pasti dengan keputusannya. Sifat manusia masih melekat pada jiwanya, tidak mudah bagi Luciel untuk melanggar norma-norma yang ia pelajari sebagai seorang manusia.

Perlahan suara isakan Liffus dengar. Ini selalu terjadi beberapa kali. Luciel tidak lagi bisa mengendalikan emosinya, dan itu cukup untuk membuatnya ketakutan.

" Kak..... A-aku tidak lagi mengenal siapa diriku Kak.... Aku takut" isak Luciel kecil. Tangannya meremas seragam miliknya sendiri, setelah memutuskan untuk berangkat sekolah seperti biasa.

Liffus menggeleng pelan, menangkup wajah adiknya yang memerah sedih.

" Tidak peduli siapa kau sekarang, kakak akan selalu mencintaimu. Aku akan selalu ada disini untukmu Luciel" bisik Liffus pelan, membuang segala egonya sebagai iblis.

Namun itu tidak cukup. Luciel ragu dengan dirinya sendiri. Sering kali sekarang ia lepas kendali lebih parah dari sebelumnya, dan sifat Luciel itu tidak menginginkan siapapun terluka karenanya.

" Tenanglah sayang..... Kau akan segera terbebas dari semua penderitaan ini"

-

-

" Uhuk, uhuk"

Ini adalah kali ketiganya Yuta memuntahkan segumpal darah di kamar mandi sekolahnya. Tubuhnya sudah lemas maksimal, namun dia paksakan sekolah dengan harapan bisa menemui Luciel. Dia harus tahu kenapa Luciel bersikap aneh kemarin, Yuta tidak tenang. Abaikan saja rasa sakit kepalanya. Yuta harus bertemu dengan Luciel hari ini juga.

" Ah.... Sial. Setahuku aku tidak memiliki penyakit apapun. Ada apa dengan semua gumpalan darah ini sih?" omelnya pelan. Tubuhnya seakan mengambang saat Yuta berjalan, membuatnya terlihat seperti orang mabuk. Yuta belum mengatakan masalah ini pada keluarganya. Tidak, Yuta masih tahu diri untuk tidak membuat khawatir Mama dan Papanya.

[END] Angel or Devil : RewriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang