" Baiklah anak-anak hari ini kita kedatangan siswa pindahan dari luar negeri. Bapak harap kalian tenang saat dia memperkenalkan diri. Buatlah dia merasa nyaman disekolah ini mengerti? Kamu bisa masuk sekarang Nak"
Luciel mendengar suara itu dengan jelas sambil sesekali tersenyum. Orang yang akan memasuki kelasnya adalah kakaknya, karena bangku untuk siswa pindahan memang tinggal satu dikelas Luciel. Sementara yang lainnya terpaksa berada dikelas terpisah dan hanya bertemu di waktu istirahat dan pulang.
Untuk membiarkan Liffus sekelas dengan Lucielpun, Yuka dan Yuras sampai harus memaksa Louis agar memgijinkannya. Dilihat darimanapun, Liffus kan memang lebuh tua dari kelas yang dipilihnya^^
Ah, berbicara tentang kembaran itu, mereka begitu antusias dan senang saat Luciel kembali dan berniat sekolah lagi disana. Mereka bahkan rela bersemangat menjelaskan peraturan dan segala macam tentang sekolah pada Liffus, Gin, dan Harris jika ada yang tidak merela mengerti.
Ya, hanya Yuka sih yang semangat. Yuras lagi-lagi sibuk berbicara lewat mata dan batinnya dengan Liffus.
Liffus tidak marah dengan perlakuan aneh Yuras, selama adiknya masih menghormati Yuras dan tidak berniat mengambil hati adiknya. Mereka tanpa perlu berucap verbal telah menyatakan dirinya masing-masing sebagai teman yang bisa menjadi musuh dalam beberapa kemungkinan. Dan penghalang mereka hanya Luciel sekarang.
" Liffus Vontz Hellain"
Hanya itu yang diucapkan Liffus disaat sesi perkenalan telah dimuali. Dia bahkan tidak mau repot-relot melakukan sesi tanya jawab karena kakinya kini melangkah mendekati meja Luciel yang kosong.Liffus pikir meja adiknya akan ramai atau bagaimana. Namun yang ia lihat malah semua orang yang berusaha menjauh dari adiknya. Berani sekali mereka mengabaikn eksistensi luar biasa seperti Luciel?
Tapi hey, bukankah ini bagus? Dengan ini tidak ada manusia sialan yang perlu Liffus khawatirkan akan merebut Luciel dari tangannya. Pasti begitu, bukan masalah besar selama dia ada disini.
Selama pelajaran, Liffus hanya memperhatikan Luciel yang sibuk mendengarkan penjelasan guru dengan serius. Liffus tidak peduli dengan ilmu dunia manusia, ilmu bangsa iblis jauh lebih kompleks dari pada ini.
Waktu terus berlalu sampai tiba saatnya pelajaran olahraga. Semua murid segera keruang ganti untuk mengganti pakaiannya, sementara untuk Luciel, wajahnya sibuk memandang bingung saat kakaknya malah menarik Luciel dari ruang ganti dan membawanya ke kamar mandi.
" Gantilah disini. Luciel bisa mengganti pakaian sendiri kan?" tanya Liffus ragu-ragu. Tangannya sudah sangat gatal ingin menyentuh tubuh adiknya lagi, tidak peduli dirinya disebut mesum atau apapun.
Jika ada nnusia yang melihatpun, Luciel dapat dengan mudah menghapus ingatan mereka. Liffus kan seorang iblis.
Gelenggan Luciel menghancurkan ekspetasi Liffus yang sudah tinggi. Kenapa adiknya berusaha untuk mandiri sih? Seharusnya waktu ini bisa Liffus pakai untuk berduaan dengan adiknya, jika saja Luciel tidak menggeleng.
" Aku bisa sendiri Kak Liffus. Tetimakasih atas perhatiannya" balas Luciel lembut sebelum memasuki salah satu bilik kamar mandi. Ia pikir, mungkin kakaknya tidak mau Luciel merasa canggung berganti baju dengan anak lain, sehingga dia membawanya kesini. Dalam hati Luciel bersyukur, setidaknya kakaknya tidak melihat bagaimana susahnya dia berganti pakaian tanpa bantuan Yuka dan Yuras.
Namun saat Luciel keluar kakaknya lebih banyak diam, walaupun tindakannya tetap penuh perhatian dan kelembutan untuk Lciel. Dan untuk kesekian kalinya, Luciel dibuat bingung dengan jalan pikir sang kakak.
-
-
" Aku akan menemani Luciel di ujung lapangan. Kalian mulailah terlebih dahulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Angel or Devil : Rewrite
FantasiaAku yang menunggumu hingga 300 tahun lamanya..... Aku yang mengingatmu dalam tidurku setiap malamnya.... Aku, yang bertanggung jawab akan kematianmu. Biarkanlah kali ini aku yang menjagamu, Dan kupastikan kamu berada disisiku untuk selamanya.... Dan...