"Lep-lepas! Hei!"
Jiyeon meronta-ronta begitu mereka sampai di depan villa. Daniel betul-betul mencengkeram tangannya dan menariknya menjauh dari Direktur Hwang tanpa sedikitpun memikirkan dirinya yang terseok-seok kesulitan.
"Aku bilang lepaskan, bodoh!" Jiyeon kembali meronta.
Tapi Daniel tak peduli. Ia segera membuka pintu villa, menarik Jiyeon masuk, dan menguncinya kemudian.
Sialan. Tenaga Jiyeon pasti terkuras karena lari pagi tadi, karena sangat tidak mungkin si lembek itu bisa berubah kuat tiba-tiba seperti ini.
"Lepaskan sebelum aku teriak," ancam Jiyeon.
"Teriak saja. Villa ini 'kan kedap suara," balas Daniel enteng.
Shit. Jiyeon lupa kalau villanya kedap suara. Ia meniup poninya sebal. Bagaimana caranya agar Daniel melepaskan tangannya? Masa ia harus meminta baik-baik? Argh! Itu bukan gayanya sama sekali.
"L-lepaskan, aku mohon. Tanganku sakit..." cicit Jiyeon akhirnya, menelan rasa malu yang mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Sialan kau kuda! batin Jiyeon mulai meneriakkan segala macam sumpah serapah untuk sosok laki-laki di depannya.
Perlahan tapi pasti, Daniel pun akhirnya mengalah. Ia melonggarkan genggamannya pada pergelangan tangan Jiyeon yang ternyata sudah memerah, dan bekas cengkeramannya nampak di sana. Daniel sedikit terkesiap, ia tak menyangka tenaganya kelepasan seperti itu tadi.
Tapi belum sempat Daniel memeriksanya, Jiyeon sudah menarik tangannya dengan cepat. Gadis itu kemudian memijatnya pelan sambil berkomat-kamit penuh emosi. Daniel hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya canggung. Sungguh ia tak bermaksud melukai pergelangan tangan Jiyeon.
Jiyeon mendengus lalu menyilangkan kedua tangannya. "Apa maksudmu menarikku tadi? Kau tak punya mata? Kau tak lihat aku sedang berbicara dengan Direktur Hwang?"
"Aku lapar. Aku ingin makan."
Jiyeon lantas menganga. Apa katanya? Lapar? Hello? Bukannya menjawab pertanyaan Jiyeon si kudanil sialan itu malah membicarakan makanan?!
"YA?! Kau 'kan bisa pulang lalu pesan sendiri! Kenapa harus bawa-bawa aku?!" teriak Jiyeon penuh emosi.
Daniel meringis sedikit sambil menutup telinganya dengan jarinya, lalu wajah menyebalkannya kembali lagi.
"Kau 'kan istriku. Bukannya sudah tugasmu menyiapkan aku makanan?" jawabnya tenang.
Oh ya Tuhan Jiyeon betul-betul dibuat naik darah. Ingin rasanya ia banting si kuda sialan itu, lalu menelantarkannya di jalanan. Bisa-bisanya dia masih memikirkan keadaan perutnya? Tidak sadarkah dia bahwa dia baru saja menghancurkan salah satu kesempatan langka Jiyeon untuk berbincang-bincang dengan Direktur Hwang? Argh, sungguh menyebalkan!
Bersungut-sungut, Jiyeon pun berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya. Ia betul-betul tak habis pikir, kenapa ada makhluk macam Kang Daniel yang level menyebalkannya tak ada habisnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
RING-Ring
FanfictionKang Daniel dan Ju Jiyeon itu, ibarat sebuah bel yang selalu memekakkan telinga. Mereka sudah ditakdirkan untuk selalu bertatap garang seperti Tom And Jerry. Harap sabar menghadapinya. Sikap mesum Daniel dan Savage Jiyeon kerap mengambil andil dalam...