"Istrimu sedikit anemic. Dia selalu kekurangan darah kalau sedang datang bulan. Sebaiknya kau beri makan kambing atau daging merah."
Daniel mendongak berusaha menampilkan senyum terbaiknya. Dia tadi sempat kalang kabut ketika mendapatkan si singa tergeletak tak berdaya begitu saja di lantai. Siapa pun itu pasti panik melihatnya.
"Dan dia kekurangan gula, seperti belum makan seharian. Mungkin karena badannya sakit-sakit. Kau harus sering mengompresnya dengan yang hangat-hangat, terutama di bagian perutnya."
Setelah berkata begitu, Dokter Kim berpamitan keluar. Daniel menghela napas lalu duduk di kursi sebelah tempat tidur sekalian menyandarkan punggungnya yang lelah. Ditatapnya wajah Jiyeon yang tertidur pulas di kasur rumah sakit. Pikirannya berkecamuk. Ini wanita sudah ganas, merepotkan pula. Tapi kalau tadi si singa sampai kenapa-kenapa, Daniel tahu persis bahwa dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
"Coba saja kalau sehari-hari kau adem begini," gumamnya pelan. Jarinya terulur untuk merapikan anak rambut yang menempel di kening Jiyeon karena keringat. Senyumnya samar terbentuk. "Sia-sia sekali wajah imutmu ini."
Kemudian Daniel mulai merasakan matanya memberat. Dan detik selanjutnya pria itu sudah tertidur dengan posisi masih duduk dan leher yang terantuk.
. . .
Yang pertama Jiyeon rasakan adalah sakit menyengat di perutnya. Lalu ketika ia perlahan membuka matanya, seisi ruangan gelap, hanya ada sedikit cahaya masuk dari jendela kecil di pintu. Terakhir giliran bau khas obat-obatan yang menyerang hidung Jiyeon.
Gadis itu melirik samar tangan kanannya yang berinfus. Kalau ada hal yang dia paling benci, selain si kelinci gadungan itu tentunya, adalah menemukan dirinya terbaring di rumah sakit dengan tangan sudah diinfus. Itu membuat dirinya tampak lemah. Dan dia tidak suka terlihat lemah.
Perlahan tapi pasti, Jiyeon beringsut mendorong tubuhnya dengan kakinya agar dia bisa duduk. Tangannya meraba-raba gagang tempat tidur mencari remote kontrol untuk menaikkan kasur bagian kepalanya. Setelah berhasil mendapatkannya, Jiyeon segera menekan tombol tersebut.
Jiyeon baru ingat kalau hari ini dia belum sempat makan apa pun, itu pasti mengapa tubuhnya terasa lemah sekali. Sejak pagi keram di perutnya tidak mau diajak kerja sama. Dia sampai harus bolos kantor.
Samar-samar terdengar suara dengkuran, Jiyeon langsung menoleh. Gadis itu menyipitkan matanya.
"Jangan bilang si kelinci gadungan itu yang membawaku ke sini."
Jiyeon menghela napas. Bukankah itu berarti si kudanil itu yang juga membopong tubuhnya? Ugh, berarti si mesum itu sudah menyentuh tubuhnya? Eww. Memikirkannya saja cukup membuat Jiyeon merinding.
Namun tak bisa dipungkiri, hatinya sedikit terenyuh melihat posisi tidur si kuda. Lelaki itu masih memakai kemeja putihnya seperti tadi pagi, itu berarti dia belum sempat istirahat ketika sampai di rumah. Jiyeon lalu menghela napas. Sudah tahu begitu kenapa dia tidak tidur di sofa? Atau pulang saja dari pada harus menemaninya di rumah sakit. Lama-lama lehernya bisa pegal dan besok dia salah urat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RING-Ring
FanfictionKang Daniel dan Ju Jiyeon itu, ibarat sebuah bel yang selalu memekakkan telinga. Mereka sudah ditakdirkan untuk selalu bertatap garang seperti Tom And Jerry. Harap sabar menghadapinya. Sikap mesum Daniel dan Savage Jiyeon kerap mengambil andil dalam...