"Kang Daniel?!"
"Apa?!"
"KANG DANIEL?!!"
Daniel yang duduk di sofa dengan video game di tangannya mendadak terkejut bukan main. Pasalnya, Suara teriakan memanggil namanya terasa menggema di telinganya. Dengan terpaksa ia meletakkan video game-nya di sofa.
Daniel menoleh, lalu menggeleng resah dan berdiri dengan malasnya untuk berjalan menuju pintu kamar mandi di mana Jiyeon berada. Ia berdiri di depan pintu menyilang tangan sembari bersandar di dinding samping pintu.
"Apa, hah?!" suara Daniel bertanya kesal.
"Tolong, ambilkan pembalutku," bisik Jiyeon di balik pintu.
Seperti biasa, mendadak otak iblis Daniel balik lagi. "Ambil sendiri." Ia tersenyum tanpa dosa.
Tak disangka-sangka Jiyeon mencubit tangannya dengan brutal. "YA! KAU MAU KAMAR KITA BERCECERAN DARAH?! DASAR KANG BODOH!!"
"Aww, kau ini bisa 'kan tidak pakai teriak?!" Penuh terpaksa, Daniel memutar bola mata semakin kesal, menjauhi pintu untuk mencari benda putih seperti roti bantal di laci rias Jiyeon. Jika diteliti Daniel sudah hampir mirip dengan pembantu pribadi Jiyeon atau lebih tepatnya Assisten pribadi.
"Tidak ada!" pekik Daniel saat tidak menemukan benda menggelikan itu di laci Jiyeon, "Sepertinya sudah habis."
"Kalau begitu belikan. Cepat!" titah Jiyeon lagi.
Daniel melongo mendengarnya. Ia baru saja memegang ponselnya, hendak pergi untuk mencari hiburan tersendiri, enak sekali si singa itu memerintahkan seenaknya begitu?
"Aku mohon Kang Daniel, itu penting sekali untukku." Kali ini Jiyeon menurunkan suarany hingga mirip seperti aegyo.
Daniel menyeringai. Baru pertama kali ia melihat Jiyeon seperti ini.
"Aku mohon Kang Daniel yang sangat tampan. Please...."
Daniel tersenyum, batinnya mengasihani Jiyeon yang sudah memohon-mohon begitu. "Baguslah akhirnya matamu sehat. Aku memang tampan, Jiyeon. Kenapa baru sadar."
Daniel lantas pergi sambil cekikikan geli saat Jiyeon mendengus sebal di balik pintu. Jiyeon berpikir, kalau saja itu bukan benda penting, dia tidak akan mengucapkan satu kata kebohongan besar dalam hidupnya, menurutnya.
"Ah," Daniel berbalik. "Uangnya?"
Jiyeon mengatur suara agar nampak menggemaskan dengan tambahan memelas, "Uangnya? Kenapa kau minta padaku? Ayolah, kau 'kan suamiku."
"Oh, sekarang baru kau mengakuiku suami, ya?" Daniel kembali menyeringai.
Bisakah Jiyeon muntah? Kebetulan ia di kamar mandi, jadi, tidak repot-repot untuk berlari seperti serial drama pada scene gejala kehamilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RING-Ring
FanfictionKang Daniel dan Ju Jiyeon itu, ibarat sebuah bel yang selalu memekakkan telinga. Mereka sudah ditakdirkan untuk selalu bertatap garang seperti Tom And Jerry. Harap sabar menghadapinya. Sikap mesum Daniel dan Savage Jiyeon kerap mengambil andil dalam...