11: Putting My Fences Up

776 147 14
                                    

Mengusap wajahnya yang basah dengan sapu tangan, Jiyeon bersiap untuk merapikan make up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengusap wajahnya yang basah dengan sapu tangan, Jiyeon bersiap untuk merapikan make up. Ada yang janggal ia rasakan di dadanya. Itu semua karena kelakuan si bodoh Daniel yang tiba-tiba menjadi begitu perhatian padanya.

Setelah kejadian mengajaknya makan malam tadi pagi, Jiyeon terus dikejutkan oleh sikap Daniel yang tak tanggung-tanggung perhatian. Sekaleng kopi hangat yang tiba-tiba diletakkan di atas meja, lengannya yang ditarik saat ia hampir jatuh dari tangga, kemudian si gila itu juga mengambil alih berkas-berkas yang tadi ia bawa ke mejanya. "Berat," begitu saja katanya.

Selesai memoleskan lipbalm, Jiyeon mendesah panjang. Ia menepuk kedua pipinya pelan. "Ayolah Ji, kau harus berhati-hati. Si gila itu seperti serigala berbulu domba. Eh, bukan-bukan. Dia itu seperti kelinci menggemaskan berbulu gajah. Eh, memangnya gajah berbulu? Eh, tidak penting. Pokoknya aku harus lebih berhati-hati. Aku yakin si sinting itu sedang merancang rencana untuk mencelakaiku." Jiyeon bermonolog dengan dirinya sendiri.

Kemudian dengan langkah lebih mantap, gadis itu keluar kamar mandi tak lupa membawa pouch kecil berisikan peralatan make up-nya.

"Hei. Ayo pulang. Sekalian kita mampir makan malam dulu."

Terlonjak, tangan Jiyeon yang lebih dulu melayang hendak memukul lengan Daniel. Namun Daniel menahannya.

"Astaga, Ji! Kau betul-betul harus mengurangi kebiasaan kasarmu ini. Bagaimana kalau nanti kau ringan tangan dengan anak-anak kita?"

Anak-anak kita?

Cih. Si bodoh ini bicara apa sih? Tersambat setan apa dia sampai bisa tiba-tiba membicarakan soal anak?

Melepaskan tangannya yang dipegang Daniel dengan kasar. Jiyeon melangkah mendahului.

"Kau mau kita makan malam di mana?" tanya Daniel santai.

"Siapa sih yang akan makan malam denganmu?" ketus Jiyeon balik.

"Kau."

"Sinting!"

Alih-alih mengumpat, Daniel malah tertawa. Kemudian dengan kurang ajarnya tangannya beringsut menarik pinggang Jiyeon agar wanita itu mendekap padanya. "Perlu kuingatkan lagi kalau kau istriku, hmmm? Sudah seharusnya seorang istri menemani suaminya makan malam. Kemarin kau sendiri yang berkata ingin jadi istri sesungguhnya." Daniel berbisik tepat di telinga Jiyeon.

Dirasanya pipi yang begitu terbakar. Lalu dadanya yang tiba-tiba berdegup lebih kencang. Kang Daniel sialan!

Jiyeon segera menyiku rusuk Daniel dengan kencang.

"AGHHH! Astaga, Ji! Kau brutal sekali!" erang Daniel mengusap tubuh bagian kirinya yang ngilu.

Jiyeon menderap-derapkan kakinya lebih cepat. Sambil  bersungut-sungut ia mulai mengomel sendiri. "Dasar sinting! Siapa juga yang ingin menjadi istrinya?! Gila! Biadab! Mesum!"

RING-RingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang