Ch 7 - Bongkar

4.6K 549 41
                                    

Bagaimana taehyung bisa membalas sikap jimin di sekolah, jika sepulang dari sana dia melihat ibu mertuanya menangis tersedu-sedu di rumah sakit.

"Chim... Hiks... Hiks... Papahmu... Hiks.. Dokter bilang dia terkena serangan jantung... Hiks.. Hiks..."

Jimin juga hanya bisa menangis sambil berpelukan dengan ibunya.

"Bu, kenapa papah bisa terkena serangan jantung?"

Tanya taehyung pada yoongi yang juga ada disana.

Ya, memang sebelum menikah ataupun sesudah menikah, taehyung dan jimin tidak memiliki kecanggungan berarti untuk memanggil kedua orang tuanya masing-masing seperti orang tua sendiri. Ini karena mereka sudah terbiasa memberikan panggilan itu sejak masih kanak-kanak.

"Ibu tidak tahu. Tanyakan itu pada ayahmu, mungkin namjoon sakit karena appamu selalu mengajaknya bergadang."

"Tidak, yoongi. Kau kan tahu sendiri, semalam-"

"Mana ada maling mengaku. Kalau semuanya mengaku, penjara pasti akan penuh."

Potong yoongi. Dan hoseok memilih untuk diam seribu bahasa. Percuma saja dia membela diri, yoongi pasti akan terus menjatuhkannya. Lagipula kalau dia diam seperti ini, nanti juga yoongi yang akan malu sendiri.

"K-k-kenapa kau diam saja?"

'Benarkan?'

Batin hoseok, seolah sudah menang sebelum bertarung.

"Kau ingin aku mengatakan apa?"

Tanya hoseok dengan nada yang datar sekali.

"Anakmu kan bertanya kenapa namjoon-"

"Dia kan tanya padamu bukan padaku."

Sekarang giliran hoseok yang memotong perkataan yoongi.

"Hoseok, tapi aku sudah menyuruhnya untuk tanya padamu."

"Apa taehyung sudah bertanya padaku?"

"Aku tidak percaya ini, hoseok. Kau-"

"Apa?"

"Apanya yang apa?"

"Kau mau bilang apa tentangku?"

"Kau ini persis dengan laki-laki brengsek di luar sana."

"Bu-"

"Diam, taehyung!"

Semprot yoongi pada anaknya yang berusaha untuk melerai.

"Hoseok, kau memperlakukanku seperti permen karet. Sudah manis sepah dibuang."

Kata-kata yoongi membuat hoseok berpikir keras.

'Apa-apan? Masa dari membahas keadaan namjoon malah berakhir sampai dengan permalingan(?) dan permen karet(?)'

Batin hoseok, tapi dia memaklumi yoongi yang pada dasarnya memang selalu ingin menang sendiri.

"Tapi, yoongi. Apa aku membuangmu?"

"Kau tidak berusaha untuk membujukku pulang ke rumah. Itu berarti kau membuangku."

"Kau sendiri yang-"

"Kau memang tidak peka."

"Yoongi, astaga... Lalu kau ingin aku bagaimana?"

"Aku tidak tahu. Kenapa kau tanya padaku."

Hoseok menghembuskan nafasnya dengan kasar, sebelum kemudian berkata..

"Aku minta maaf."

"Masa minta maaf seperti itu?!"

Bentak yoongi.

[End] Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang