Ch 8 - Lamaran

4.7K 526 73
                                    

"Jungkook, kurasa kau harus tahu sesuatu tentang jimin. Dia sudah-"

"Menikah dengan taehyung sunbaenim?"

Seokjin membelalakkan matanya.

'Bagaimana dia bisa tahu?'

"Nyonya, jika anda memberikan jimin untukku. Perusahan tuan namjoon akan mendapatkan dana yang besar agar bisa bangkit kembali dari kebangkrutan. Tidak hanya itu, perusahaan kalian akan kubuat menjadi lebih besar dan lebih dikenal banyak orang."

"Tidak, nak jungkook. Aku dan namjoon sudah tak mementingkan soal materi. Anak kami satu-satunya sudah menikah. Kami tak punya tanggungan apapun untuk dijadikan alasan dalam memperoleh kekaya-"

"Kalau tidak, lantas kenapa tuan namjoon berada di rumah sakit?"

Seokjin merasa jungkook bukanlah anak yang sopan walaupun dia mengakui kejantanan anak ini untuk melamar jimin dengan cara datang langsung ke rumah.

"Suamiku mungkin hanya terlalu terkejut. Dia akan kembali baik. Lagipula, ayahnya taehyung berencana untuk memberikan modal yang baru."

Jawab seokjin, tapi jimin terus menerus menyentuh-nyentuh pahanya sejak jungkook datang kemari.

"Kenapa, chim?"

"Mah, mamah kan tahu chim dan tae-"

"Chim, jangan seperti ini. Pernikahan itu bukanlah permainan."

"Tapi, mah. Tae-tae dan chim-chim tidak akan bahagia. Kenapa harus terus dipaksakan?"

Seokjin tidak percaya ini. Bagaimana bisa anaknya yang lucu dan manja itu terus saja menentang semua perkataannya dari tadi.

"Ini bukan cuma tentang kamu. Pikirkan papahmu juga, chim. Lagipula taehyung, ayah, dan ibu mertuamu pasti akan kecewa mendengar semua ini."

"Pokoknya kalau mamah tidak setuju, chim akan kawin lari saja dengan jungkookie."

Plaaakkkkk

Seokjin menangis. Dia tidak pernah menampar jimin barang sekalipun dalam seumur hidupnya. Tapi...

"Silahkan pergi. Tapi ingat, kamu cuma punya satu kesempatan. Kalau sampai kaki kamu melewati pintu rumah ini. Berarti anak mamah sudah mati."

Kata seokjin, masih dengan air mata yang menghiasi pipinya. Hal yang sebenarnya sama dengan apa yang terjadi pada jimin. Pipinya panas, tapi hatinya lebih panas lagi.

"Mamah hanya mementingkan diri sendiri. Semua orang mementingkan diri sendiri.. Tidak ada yang mementingkan chim-chim..."

Kata jimin, dengan suara yang bergetar. Jika biasanya dia menangis kencang seperti anak kecil. Sekarang, tidak lagi. Ini benar-benar perasaan yang pertama kali jimin rasakan.

Bukan karena cintanya pada jungkook, tapi semata-mata karena dia ingin taehyung-nya bahagia.

"Katakan itu sekali lagi, dan mamah akan seret kamu ke pintu depan."

Jimin heran dengan banyak tokoh dunia yang durhaka pada ibunya. Karena dengan hanya perkataan seperti itu saja dari seokjin, hati jimin sakit sekali.

'Cintaku padamu membuatku menjadi anak durhaka, taehyung...'

Kata jimin dalam hati.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


"Tae.."

Panggil jimin pada namja yang sedang sibuk mengancingkan baju piamanya sendiri sambil bersandar ria di kepala ranjang.

[End] Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang