7

1.3K 153 6
                                    

Masih pagi Felix dan Jisung sudah berdiri di depan kelas tata boga 2 untuk memenuhi perintah dari Hangyul.

"Pokoknya lo berdua bawa si Hyunjin Hyunjin itu ke hadapan gue secepatnya." Begitulah perintahnya.

Felix megintip ke jendela kelas. "Jis, Hyunjin tuh mantannya apa gimana ya?" Tanya Felix. "Kayanya iya sih mantan. Lo tau kali orang kaya si Hangyul gimana? Bosen sama pacar ya mantan disamperin lagi" jelas Jisung sambil ikut mengintip.

"Tok tok tok!"

"Permisi bu, yang namanya Hyunjin dipanggil sama Pak Ago"

Hyunjin yang merasa terpanggil bangkit dari duduknya dan izin untuk keluar.

"Beneran gue dipanggil Pak Ago?" Tanya perempuan bersurai panjang itu. Felix dan Jisung mengangguk cepat.

Akhirnya mereka bertiga berjalan menyusuri koridor sepi. Hyunjin merasa aneh.

"Kok kita kesini sih?"

"Yaila tenang aja kali lo gak akan diculik" Jisung menjawab.

Sampai mereka menemukan Hangyul yang sedang mencorat-coret tembok, Felix dengan lega berkata "nih bos, Hyunjin!"

Hangyul tersenyum miring dan berbalik. Beberapa detik berikutnya Hangyul melempar kapur dengan kasar.

"Bodo! Bodo ya lo berdua. Ini siapa goblok? Gue minta Hyunjin anak AP 2"

"Lah? Yah gimana sih bos. Lu kan cuman bilang Hyunjin. Ya kita kira Hyunjin cewek ini mau lo mainin"

Hyunjin melangkah menjauh dari mereka. "Maksudnya apa sih?" Hangyul menatap Felix dan Jisung kesal. "Salah orang kok. Niatnya mau ke Hyunjin cowok, bukan elo" jawab Hangyul.

"Dia lagi dia lagi--" Hyunjin mendengus kesal dan pergi tanpa pamit.

-----

Hyunjin meneguk habis fantanya. Tiba-tiba dua orang tak dikenal duduk disampingnya.

"Heh Lo Hyunjin AP 2?" Tanya Felix.

"Heem"

"Yang nikung Hangyul?" Tanya Jisung.

"Lo berdua kacungnya Hangyul?" Felix dan Jisung menatap satu sama lain.

"Alah udah lah intinya lo pulang sekolah ditunggu sama Hangyul di belakang"

"Ntar ntar, nikung? Sori tapi Arin gue ajak jalan juga nolak, dan dia juga ngeblokir gue. Nikung belah mananya ya?"

"Tanya sendiri sama Hangyul!" Jawab Jisung sewot.

Setelah mereka berdua pergi, masalah lain datang. Female Hyunjin duduk dan menatap male Hyunjin dengan kesal.

"Lo kalo punya masalah jangan bawa-bawa gue dong!"

"Maksud lo?" Hyunjin masih menggenggam botol fantanya yang kosong.

"Dari kelas sepuluh, kalo yang punya masalah elo pasti yang kena gue. Lo punya masalah sama Hangyul kan?"

"Yeh emangnya elo enggak? Kalo lo dipanggil bp juga gue ikut nyet--"

"Kenapa nama kita harus sama sih?"

"Napa lo nanya gue? Tanya emak gue sana" Hyunjin bangkit dari duduknya dan melempar botol fanta kedalam tong sampah.

-----

Sepulang sekolah Jisung dan Felix berencana pulang bareng. Motor Jisung lagi di bengkel jadi dia nebeng Felix.

Sesampainya di rumah Jisung, Felix mampir bentar numpang boker.

"Ajig? Jis, lo punya ps tiga gak bilang-bilang?"

"Baru juga beli minggu kemaren"

"Manjiw!! Gue disini sampe malem ah" Felix menjatuhkan tubuhnya diatas kasur.

"Lo mau minum apa?"

"Adanya apa?"

"Air keran sama air kolam"

"Marjan bisa kali"

"Teh pucuk ajalah gue beli ke sebelah"

"Hmm"

Jisung pergi ke warung sebelah rumahnya beli teh pucuk dua sama kerupuk. Mamahnya Jisung masak sayur kacang tapi sayur kacang gak lengkap kalo gak sama kerupuk.

"Nih" Jisung menyodorkan Felix teh pucuk.

"Han Jisung, lo suka sama Ryujin?" Felix tiba-tiba mengubah nada bicaranya jadi lebih serius. "Hah apaan sih lo--"

"Ini maksudnya apa??" Felix menunjukkan tupperware Ryujin yang ia temukan dikolong kasur Jisung.

Jisung kaget.

"Ga--ga gitu gue.."

"Ngapain lo ngambil tupperware Ryujin?"

"Karena itu cewek nyebelin."

"Masuk akal Jis! lo beneran naksir sama tuh cewek. Gue bilangin" Felix mengeluarkan ponselnya.

"Eh eh jangan dong dengerin dulu penjelasan gue"

"Jangan jelasin ke gue ganteng, jelasin ke Ryujin."

Jisung memijat pelipisnya, jangar.

----

Jeno menghitung pack kertas karton dan memeriksa catatannya. Baru dua hari bekerja di tempat percetakan, lingkaran hitam dimatanya semakin jelas.

Bagaimana pun, Jeno harus melakukan ini semua. Sejak ayahnya jatuh sakit dan ibunya memilih untuk kabur, Jeno merasa hidupnya hampa. Jeno hanya punya ayahnya dan Siyeon.

Jaemin dan Haechan?

They used to be best bud.

Tapi Jeno ngerasa temenan sama mereka gak ada gunanya. Malah Jeno sering dapat surat peringatan dan dipanggil bp. Jeno milih buat menjauh, fokus untuk bertahan hidup.

----

Haechan walaupun nakal tapi gitu-gitu dia aktif pramuka. Makanya rada coklat juga.

Hari ini ia dipanggil untuk bertemu bantara baru dari kelas sepuluh. Lebih baik daripada jadi kamcong Jaemin Hina kan?

"Chan!" Panggil Kang Mina, ketua pramuka kelas dua belas. Haechan menoleh dan menyapanya balik dengan ramah.

"Hai Kak. Gimana nih kelas tiga? Pusing ujian?"

"Haha enggak kok biasa aja. Gue kan rajin dari kelas sepuluh jadi udah biasa"

"Pantes mukanya lebih seger daripada kakak yang lain"

"Haha bisa banget lo. Oh iya ntar pelantikan bantara lo jadi panitia kan?" Mina bertanya serius.

"Gatau kak soalnya gue takut gak becus"

"Gue percaya sama lo Chan" Mina tersenyum lebar sebelum akhirnya mengajak Haechan masuk melihat wajah-wajah bantara baru yang siap digebrak secara mental dan fisik.

"Lanjut ke yang sebelah" ucap Sanha. Ternyata para bantara itu sedang memperkenalkan dirinya masing-masing.

Lelaki sipit dengan rambut norak itu berdiri. Mentang-mentang kelas sepuluh, keliatan banget cupunya.

"Nama saya Chenle. Kelas sepuluh ipa lima. Cita-cita saya jadi polisi--"

"Kalo mau jadi polisi rajin minum susu dari sekarang ya" potong Haechan yang dibalas tawa oleh sebagian orang.

"Siap. Terimakasih kak" Chenle kembali duduk.

"Lanjut"

"Halo kakak semuanya, nama saya Somi, kelas sepuluh bahasa, cita-cita saya jadi pilot--"

"Lo sering naik pesawat?" Potong Haechan lagi

"Siap belum pernah kak"

Sontak Haechan tertawa. Sanha menepuknya agar diam. "Cerewet lo kambuh Chan"

"Iya iya maap lanjut aja gue mau ke toilet bentar" Pamit Haechan masih setengah tertawa.

Somi cemberut.

HOMIES [00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang