11

1.7K 155 6
                                    

Rumah Felix dan Nancy emang sebelahan. Dengan celana pendek, kaos batman, dan sendal crocs Felix mengetuk pintu rumah Nancy.

"Oh ada Kaka" ibunya Nancy membuka pintu. Kaka adalah panggilan Felix di lingkungan rumah. Karena Felix anak pertama cowok dan punya tiga adek cewek.

"Mau ke Nancy bu"

"Oh iya boleh ke atas aja Ka"

Felix naik ke atas mendapati Nancy lagi asik ngetik di laptopnya dengan chitato ukuran besar dipangkuannya.

"Woi! Nugas mulu"

"Anjir lo ngagetin aja. Enggak kok ini bukan tugas. Gue nulis program kerja buat english club"

"Oh gitu. Btw gue kesini mau mastiin aja sih lo gapapa kan tadi?"

"Gapapa kok"

"Terus kenapa lo nangis?"

"Oh itu... gue kan tadi diiket tangan kakinya dan yang tawuran pada lempar-lempar batu terus kena kepala deh"

"Serius lo?" Felix mendekat sampai ia melihat plaster dikepala Nancy.

"Wah parah sih ini. Tenang aja, besok besok gue bales tuh si Jaemin sama Haechan itu"

Nancy menggeleng cepat. "Enggak jangan. Nanti masalahnya makin panjang"

"Iya juga sih. Btw gue juga mau minta maaf tadi gue bilangnya kita pacaran"

"Iya gapapa lo keren banget tadi"

"Hah gue kan kalah lawan Jaemin"

"Yaa maksudnya lo keliatan kaya bener-bener pacar gue hehe tapi enggak deh gajadi"

"Ciee lo baper ya?"

"Enggak apaan sih" Nancy mengulum bibirnya menahan senyum.

"Mau jadi pacar gue ya?" Felix masih merayu perempuan bule itu.

"Sana lo pulang" Nancy memberikan chitato dipangkuannya pada Felix dan berlari menuju kamarnya. Felix terkekeh dan memilih untuk pulang. Nancy dari kecil gak berubah ternyata. Kalo malu suka kabur.

----

Kebiasaan Renjun di pagi hari adalah cemas. Selalu ada hal yang patut ia cemaskan dan hari ini, buku catatannya hilang.

Jaemin menyenggol Haechan dan menunjuk Renjun di depan.

"Woi ada yang liat buku tulis gue gak?" Tidak ada satu pun yang menjawab Renjun. Semua murid terlihat sibuk masing-masing.

Jaemin dan Haechan berjalan ke depan dan menggebrak papan tulis. "EH DIEM DULU LO PADA" perlahan-lahan kelas mulai hening.

"DIANTARA LO SEMUA YANG NGAMBIL BUKUNYA KM, CEPET BALIKIN SEBELUM KITA BERDUA CEGAT PULANG SEKOLAH" Ucap Jaemin galak.

"Oh iya gue kemaren minjem bukunya Renjun buat kelompok belajar" jawab Chaeyoung mengeluarkan buku Renjun dari dalam tasnya.

"Yang ini kan Ren?"

"Iya bener yang itu" Renjun mengambil bukunya dari Chaeyoung.

"Btw makasih loh" Renjun melemparkan senyuman ramahnya pada kedua orang yang bakatnya cuma bisa berisik tapi ternyata berguna itu.

"No problem Ren kita kan nakal bareng kemaren" kata Haechan.

"Dan yang nakal bareng itu..."

"Bangsat!"

"Bukan. Yang nakal bareng itu sahabat" lanjut Renjun.

"Cie jadi sahabat kita nih sekarang?" Jaemin merangkul Renjun. "Sekarang sih iya gak tau kalo besok"

"Yaudah mumpung kita lagi sahabatan hari ini kita beli seblak cabenya lima supaya gak nakal bareng tapi.."

"MULES BARENG!!" Ucap mereka bertiga bersamaan.

Seungmin menutup buku fisika super tebalnya. Ia meminum air putih dan memulihkan otaknya supaya gak pusing.

"Pusing ya? Kenapa lo gak nyerah aja? Dari tahun ke tahun yang menang osn kan nuspan" Nakyung ikut menutup bukunya.

"Gue udah sampe sini masa harus nyerah"

"Ya gapapa daripada lo kecewa di akhir"

"Berisik lo bersaing secara sehat dong"

"Padahal gue cuman bercanda" bisik Nakyung.

Nakyung menghela napas dan kembali membuka bukunya, membaca lagi. Pikiran Seungmin padat sekarang. Lima puluh persen mikirin olimpiade lima puluh persen lagi Saeron.

Sejak Saeron sendiri, Renjun dan Seungmin selalu menemani Saeron kecuali ya jam-jam sekolah.

Seungmin cemas karena ia memang menyukai Saeron sejak dulu. Perempuan itu sudah lama menjadi tambatan hatinya. Hanya saja embel-embel sahabat menghalangi mereka untuk bersatu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOMIES [00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang