1

1.6K 116 44
                                    

Kenapa dia harus repot-repot menyuruhku menemuinya sendiri hanya untuk mengambil payung? Dia kan bisa menyuruh office boy untuk mengembalikannya, atau jika dia tak sempat, dia kan bisa menyuruh sekertarisnya untuk mengurus payung itu.

Apalagi Jiyeon tahu bosnya itu sangat sibuk, Gosip yang terdengar mengatakan Mr. Sehun adalah workaholic sejati yang menghabiskan waktu 20 jam sehari untuk bekerja.

Atau, kenapa tidak dia buang saja payung itu? Toh aku juga tak akan berani menagihnya, pikir Jiyeon sambil mengerutkan kening di dalam lift yang mengarah ke lantai 14, lantai khusus CEO mereka.

Ini kali kedua dia ke ruangan
ini, sungguh tak disangka, dua tahun bekerja disini dia hampir tak pernah bertatapan langsung dengan sang pemimpin tertinggi yang diagung-agungkan
itu, tetapi sekarang, dua hari berturut-turut dia dipanggil menghadap Mr. Sehun.

Lift terbuka dan dia dihadapkan pada ruang tunggu yang nyaman dan mewah.

Sekertaris yang sama, wanita setengah baya yang terlihat kaku dan efisien itu menatap Jiyeon dengan skeptis, sepertinya dia juga bertanya-tanya kenapa
pegawai rendahan macam ini sampai dua kali dipanggil menghadap langsung ke
sang CEO, padahal setahunya Mr. Sehun hanya berkomunikasi dengan anggota direksi, manajer dan kepala bagian unit perusahaannya, itupun lewat meeting resmi perusahaan dan melalui seleksi janji temu yang rumit.

"Mr. Sehun sudah ada di dalam, beliau sudah menunggu anda, saya sudah menginformasikan kedatangan anda lewat intercom dan beliau mempersilahkan
anda langsung masuk." gumam sekertaris itu dingin.

***

Sehun baru saja menyelesaikan meeting penting dan dengan segera kembali ke ruangannya.

Mengingat alasan yang membuat dia begitu terburu-buru
kembali, membuatnya mengerutkan dahi, dia sudah menelpon atasan Jiyeon
tadi pagi, menjelaskan alasan keterlambatan gadis itu.

Dan atasan Jiyeon begitu
kegirangan karena teleponnya, hingga seolah-olah tak peduli lagi kenapa Jiyeon sampai terlambat.

Yah mungkin setidaknya gadis itu akan berterimakasih padaku,...atau malah jengkel? Sehun tersenyum sinis, menilik sifat gadis itu, sepertinya Jiyeon akan
tambah jengkel dengannya.

Setelah dengan serius mempelajari berkas-berkas yang diantarkan bagian
personalia padanya, Sehun termenung.

Gadis itu tidak bohong, kedua orang tuanya memang telah meninggal, dan alamat tempat tinggalnya memang terdaftar sebagai rumah kost, bahkan gadis itu tidak mengisi nama saudara atau kerabat dekat yang bisa dihubungi 'Saya tinggal sendirian' begitu ucapnya tadi.

Apakah gadis itu benar-benar sebatang kara seperti ceritanya. Kalau dia tanpa keluarga dan hanya tinggal di kamar kost, untuk apa dia meminjam uang sebesar 40 juta ke perusahaan yang harus dilunasi dengan memotong gajinya selama bertahun-tahun?

Apakah dia sakit? Memikirkan kemungkinan itu, Dada Sehun langsung merasa nyeri.

Tidak! Putusnya setelah termenung sejenak, gadis itu sehat, kalau tidak dia pasti tidak akan lolos seleksi test kesehatan yang sangat ketat untuk masuk ke
perusahaan ini.

Kalau begitu, dia pasti gadis yang suka menghambur-hamburkan uang, Sehun menyimpulkan. Yeah, segalanya akan menjadi lebih mudah. Sehun rela
memberikan uang sebanyak yang Jiyeon mau asal Jiyeon mau melayaninya.

Ia sangat kaya, dan memiliki gadis seperti Jiyeon yang benar-benar memacu hasratnya memang layak diberi sedikit pengorbanan.

Lamunannya terhenti ketika intercom berbunyi memberitahukan kedatangan
Jiyeon. Sehun menunggu penuh antisipasi, seperti seekor singa yang menanti mangsanya, Dia punya penawaran bagus, dan jika gadis itu seperti yang
diduganya, Jiyeon pasti tak akan mampu menolaknya.

A Romantic Story About Park Jiyeon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang