pertemuan ketiga

37 11 0
                                    

Menurutku ini adalah pagi yang menyenangkan,percaya tidak suasana hatiku benar-benar berada di nilai seratus.
Tapi kalian jangan berprasangka ini semua sebab bertemu lelaki aneh semalam!

Aku terkekeh sendiri melihat sofa bekas percakapan Ku semalam.
Seketika wajahku langsung datar,ada yang aneh dengan diriku saat ini.

Aku menggeleng keras jika aku memikirkan lelaki itu,ya anggap aku lebay,karna percaya tidak percaya,berbicara dengan lelaki itu ya hal aneh menurutku,dan kenapa bisa lelaki itu membuat rasa tidak suka ku kepada lelaki hilang seketika.

Pagi ini rencananya akan berkunjung Kerumah sakit,baru saja sampai di lantai dua kaki ku benar-benar berhenti melangkah.
Mataku benar-benar menangkap pemandangan kesedihan,bagiamana bisa aku melihat banyak orang menangis akibat ulah aku dan papa?

Ruang icu,semua orang tampak menangis sesenggukan,mata mereka benar-benar memerah dan bengkak akibat habis menangis dalam jangka cukup lama.

"Tante vini?" sapa ku,Tante Vini adalah ibu yang menjadi korban tabrakan denganku dua bulan yang lalu.

Dia menoleh lantas memelukku"Raffa semakin memburuk rin"katanya ,tangisnya semakin pecah.

Dengan lembut aku mengusap punggungnya,menenangkan segala pemikiran negatif yang menuju ke arah kesehatan Raffa.
"Saya boleh lihat Raffa,Tante?"

Tante Vini mengangguk,lantas menarikku masuk kedalam ruangan kaca persis seperti ruangan papa.
Aku bisa melihat pria yang usianya tiga tahun lebih tua itu terbaring lemah,dengan wajah yang di perban hampir keseluruhan,katanya wajahnya sedikit hancur dan perlu beberapa operasi .

Rasa bersalah itu semakin muncul ketika Tante Vini kembali menangis dalam pelukanku.
Andai aku tidak menanggapi ucapan papa,papa pasti akan fokus dengan motornya.

Beberapa menit aku habiskan mendengar tangisan Tante Vini,namun kak Rani -anak pertama Tante vini- menyuruhku agar pergi ke sekolah,ya aku tidak menolak,memang sudah siang pula.

Disekolah otakku benar-benar buntu pada keadaan Raffa yang belum sama sekali berkembang pada kebaikan,bahkan semakin hari semakin memburuk.

Kuremas kertas di depanku,lantas kubuang sembarang.
"Kenapa rin?"

Aku menoleh mendapati Nita yang sudah duduk manis di sebelah ku "gapapa" balasku

Dia mengangguk,tapi tak kunjung bangkit dari kursi itu,dia malah diam,menulis-nulis di belakang bukuku.

"Nita"

Dia menoleh,tersenyum lantas membalas"apa?"

Sepertinya aku memang terlalu menganggapnya buruk,sebenarnya dia baik,ya aku rasa begitu.

aku kembali menggeleng,lantas menidurkan kepalaku di atas tas,memejamkan mata sebentar.

OoO

Keadaan caffe sore ini benar-benar ramai,
Aku saja sampai kewalahan.

Huft tidak ada waktu diam dan santai seperti biasanya,karna ada rombongan ya sepertinya mahasiswa dekat sini.

Kuusap keringatku lantas kembali ke dapur untuk membuat beberapa minuman"Rin kamu kayaknya sibuk banget"ucap Mira yang langsung membantuku membuatkan minuman

Aku menoleh lantas terkekeh"iya nih lagi rame caffe kamunya"

Dia mengangguk"sampe keringetan gitu,kamu istirahat dulu aja,kan masih ada mas Hendra sama yang lain"

Yang Mira maksud adalah pegawai disini.

Aku menggeleng,tujuanku disini ya kerja,semua pekerjaan sudah di pastikan cape banget,dan itu sudah konsekuensi.

impossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang