Semenjak hari itu,aku tidak bertemu lagi dengan virgi.
Aku juga merasa bersalah,harusnya aku biasa saja ,tidak perlu diam,karna diamku membuatnya merasa bersalah.Langsung saja kucoba menghubunginya untuk meminta maaf.
Aku mendesah,aku belum pernah bertukar nomor hape,dan..
Senyumku terbit,bukankah sekarang cukup mudah untuk mengetahui kontak seseorang.
Kenapa aku tidak menghubungi lewat Instagram nya saja?Aku mengangguk lantas mencari akunnya.
Yang ku tau namanya virgi.
Dan hei,bahkan nama virgi itu bukan hanya dia saja.Perlu beberapa jam bahkan berhari-hari aku menemukan akunnya.
Bahkan sampai aku hampir menyerah.Mataku melebar saat kulihat akun @virgiawan miliknya.
Langsung saja ku follow,sial,kenapa harus di privat.Ya ku tebak itu akunnya,karna kulihat foto profil nya benar-benar mirip dengan postur tubuhnya..
Tapi hei tak butuh waktu lama dia sudah follow back.Langsung saja kubuka untuk memastikan bahwa ini benar-benar akunnya
Tapi seketika bumi berhenti berputar.
Mataku memanas saat kulihat beberapa foto dalam akunnya.
Dalam hitungan detik,pipiku sudah banjir air mata.Sesak.
Aku menunduk,mencoba untuk tenang,namun tidak bisa.
@rindianigustira : Virgi,gue butuh ketemu lo sekarang,di taman!
@virgiawan : saya lagi di kampus,rin
@rindianigustira : gue rasa ini lebih penting dari urusan kampus lo,please!!!
@virgiawan : oke.
Langsung ku taruh ponsel ke dalam ransel,langsung saja ku cari angkutan umum agar lebih cepat sampai taman.
Tak butuh waktu lama,aku sudah berhadapan dengan virgi,dia terlihat bingung dengan keadaan mataku yang sembab .
"Kamu habis nangis ya rin?"
Entah,bibirku cukup bergetar untuk sekedar berucap 'hai'
Aku menunduk,mencari ketenangan,namun seperti tadi,tidak bisa!
"Rindi,kamu suruh saya kesini,tapi kamu malah nangis lagi?"
Aku mendongak,menatap manik matanya,langsung aja aku merogoh ponsel di dalam tas,lantas memperlihatkan salah satu foto yang ku ambil dari akun Instagram nya
"Kenapa sama foto itu?"
"Siapa sebelah lo?"
Dia mengernyit"kenapa rin?"
"SIAPA VIR?!" bentakku,aku benar-benar tidak terima jika ia harus berbasa-basi menanya hal apapun itu,aku tidak menerima untuk saat ini!
"Dia Raffa, sahabat saya,kenapa sama dia?"
Aku mematung,nama itu bukanlah nama asing yang baru ku dengar,aku cukup mengenal nama itu lama.
Meskipun aku kehilangan kabar atas Raffa dan keluarganya.
Aku terduduk lemas di atas rumput taman,persetan akan kotornya baju,aku benar-benar lemas.
"Rindi,kamu kenapa?" tanya virgi heboh
Aku diam,mencerna atas semua yang ia ucapkan.
Aku memang pernah mendengar virgi membicarakan Raffa,saat pertama kali kita bertemu,beberapa tahun silam.
Tapi,Raffa yang ku kenal sebagai salah satu korban kecelakaan itu ya dia.Lelaki yang tertidur sama lemasnya seperti papa,meskipun aku belum pernah melihatnya langsung karna wajahnya yang di perban habis.
Tapi pernyataan ini benar-benar membuat aku lemas,Raffa,Chandra.
Mereka satu raga.
Chandra sebagai arwah dan Raffa,sebagai raganya chandra.
Aku menangis.
Bagaimana bisa aku mencari raga Chandra,padahal aku pernah menemuinya!"Rindi hei,kamu kenapa?",
Bibirku kelu,yang kulakukan hanya menangis,menangis dan menangis.
Aku menemukan jawaban atas soal yang kamu berikan,Chandra.Apa perginya kamu atas kesembuhan Raffa?
Apa setelah itu kamu lupa denganku,hei?!Aku mendongak"dimana Raffa?!"
"Hah?"
"Bawa gue Kerumah raffa"
"Untuk?"
"Gue mau ketemu dia vir,gue mohon!!"
Dia diam,seperti mempertimbangkan atas apa yang kuinginkan .
OoO
Setelah menunggu beberapa menit atas keputusan virgi,akhirnya aku berada di dalam mobilnya,menuju chandra.
Kerinduan itu akan terobati hari ini,dan hei aku seperti mimpi!
Di dalam mobil,hanya keheningan yang terjadi,aku sendiri tidak mau banyak berbicara , aku hanya perlu tarik nafas dan buang nafas,mencari ketenangan yang harus kulakukan jika berada di hadapan Chandra.
"Kamu mau ketemu Raffa atau keluarganya?"
"Chandra!" seruku ,namun yang kulihat,virgi mengernyit tak mengerti"Raffa maksud gue"
Dia mengangguk "tidur aja"
"Jauh emang?"
"Lumayan"
Aku mengikuti apa katanya untuk tidur,aku juga perlu istirahat untuk bertemu dengan Chandra.
Aku tidak mau terlihat lemas dihadapannya,meskipun besar kemungkinan dia akan bertanya-tanya siapa aku.Aku bisa membayangkan semenyakitkan apa jika ia bertanya 'Lo siapa?'
Bayangkan,seseorang yang pernah begitu dekat,tapi sekarang seperti layaknya seseorang yang baru berjumpa.
Aku akan marah,kecewa,tapi aku mengerti,ini bukan maunya,aku juga harus sabar dengan semua ini ,aku hanya perlu memastikan bahwa dia baik-baik saja,aku cukup senang dengan kabar itu.
Beberapa jam kemudian virgi membangunkanku,katanya kita sudah sampai"terlalu larut,kita kayanya harus nginep di villa saya dulu,besok pagi baru kita ketempat Raffa"
"kenapa harus besok pagi,vir?"
"Rin,ikuti apa kata saya"
Aku hanya bisa mengangguk pasrah, toh besok atau sekarang sama saja,sama-sama bertemu dengannya.
Aku hanya perlu menunggu beberapa jam,setelah itu aku akan bertemu dengannya kan?
OoO
KAMU SEDANG MEMBACA
impossible
Teen FictionAda kalanya kita ngerasa hidup ini ngga kaya yang kita pengen. Ada kalanya kita ngerasa hidup kita ini lebih buruk dari mereka mereka yang keliatannya lebih baik. Gue Gue selalu berpikir apa hidup gue ini benar-benar se-ngga beruntung mereka? Tapi s...