gelap

13 7 0
                                    


Semakin lama,tanda-tanda kemunculan Chandra benar-benar mustahil.

Aku percaya,akan kepergian setelah kedatangan yang cukup membuat kenangan.

Maka dari itu,aku percaya jika kali ini Chandra benar-benar menghilang tidak untuk kembali.

Jujur saja aku sedih dengan kenyataan ini,masih berharap bahwa dia akan segera kembali dan ku perkenalkan pada papa.

Meski mereka sudah saling mengenal,tapi ini dalam dunia yang berbeda,papa bukan lagi arwah,dan semoga saja,Chandra seperti papa.

Ku seka air mataku yang semakin mengguyur sebagian pipi,harusnya aku berhenti untuk menangis.
Menangis bukan solusi yang baik,bukan?

Harusnya aku mencari,bukan diam disini,menunggunya untuk kembali setelah kuucapkan kata rindu.

Biasanya bukan begitu?
Saat ku ucapkan 'aku rindu,chandra'
Dia akan datang,entah bisikan dan dorongan dari mana.
Dan kini,aku sudah sekian banyak berbicara seperti itu,tapi dia tetap pada pendiriannya,untuk pergi,kah?

Aku bangkit,tidak untuk meninggalkan sebuah cerita di kursi taman ini,aku hanya ingin menikmati hidup .

OoO

Dua tahun kemudian..

Aku dibodohi beberapa waktu,aku kecewa.

Papa yang kuanggap baik-baik saja ternyata tidak seperti yang kulihat,papa benar-benar sempurna berakting.
Kukira papa sembuh dengan keadaan yang sedia kala.
Nyatanya,semua kecurigaanku benar.

Papa bangun tidak dengan kesempurnaan,dia cacat.
Aku benci saat itu,bukan pada papa,atau dokter Ivan dan suster Selin yang mencoba bekerja sama atas kebohongan itu

Tapi aku benci,kenapa aku yang jadi penyebab atas kebohongan itu.

Papa buta.

Aku mengetahui itu saat ku tinggalkan papa kesekolah.
Rumah bagaikan kapal pecah saat aku kembali pulang

Papa histeris,aku bingung saat itu yang ku tau papa memang memiliki emosi yang tinggi,tapi tidak seperti ini.

Piring banyak yang pecah ,bahkan air dimana-mana.
Alasannya "papa ga berguna banget ya,rin?"

Saat itu aku menunduk,memeluk papa yang masih duduk di kursi roda"pa..papa kenapa ngomong gitu?"

"Maaf"

"Untuk?"

"Selama apapun papa mencoba untuk membohongi kamu,papa gabisa"

Kulepaskan pelukan itu,lantas menatap papa dengan bingung"aku gangerti,papa bohong apa?"

Papa menunduk,menangis.
Sungguh,aku tidak kuat untuk berusaha tidak menangis.

"Pa?"

"Semuanya gelap,rin"

Aku mengernyit,diam,menunggu kata-kata selanjutnya.

"Papa kira,setelah sadar,papa akan lihat wajah kamu,lihat bagaimana anak papa memakai baju seperti Mama dulu,nyatanya hanya hitam pekat yang papa rasakan"

Aku masih diam,mencerna setiap kata,kalimat yang papa ucapkan.
Kenapa sangat sesak,tuhan?

"Papa senang waktu kamu bilang,kamu mau seperti Mama,maaf papa harus egois.
Selalu mementingkan apa yang papa mau.
Papa hanya mau kamu seperti mama.

tapi semuanya terlambat sayang,papa gabisa liat kamu seperti Mama,percuma."

"Pa.."

"Gelap rin,papa gabisa liat apa-apa"

Tangisku pecah "papaa"

"Maaf udah berusaha bohong"

Semenjak hari itu,aku mengerti satu hal,tak selamanya semua seperti yang kuinginkan.

Seperti halnya yang kuinginkan setelah papa sadar,untuk melihatku seperti Mama,nyatanya semuanya sirna,Tuhan.

Sama,chandra pergi,itu bukan ingin ku,boleh ku tolak segala hal yang menyesakkan ini,tuhan?

OoO

impossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang