Hari Minggu ini,sengaja kubawa papa keluar rumah untuk menghirup udara luar.
Kasian,semenjak pulang dari rumah sakit,papa terus dirumah,mengurung diri,apalagi setelah jujur tentang keadaannya.Aku sama sekali gamau lihat papa sekacau itu.
"Paa kita sekarang ada di taman" kataku ,tapi entah kenapa pikiranku bahkan berada bersama Chandra...
"Biasanya .. Aku disini nunggu kabar dari suster Selin tentang kabar papa lho,sama nunggu kabar dari Chan.." ucapanku terhenti,kenapa setiap cerita,selalu ada nama itu.
Nama yang seharusnya sudah kulupakan,ah tidak,aku tidak berniat untuk melupakannya,hanya saja aku memang pelupa,biasanya dalam jarak satu tahun tak bertemu saja aku sudah lupa.
"Chan?"
"Paa kita belanja yu,stok makanan di rumah udah habis"
Papa hanya bisa mengangguk.
Sesampai di supermarket dekat taman,langsung saja kumasukkan beberapa makanan masuk kedalam troli.
Gerakan ku terhenti.
Ah Malu sekali jika harus menangis seperti ini,langsung ku seka.Kertas origami,bukankah Chandra pernah memberikan itu dan mengatakan aku harus cerita apapun ,jika ia tidak ada?
Hei,aku lupa,maaf Chandra.Senyumku merekah,aku harusnya tersenyum bukan menangis,Chandra akan kembali,itu hal yang masih kuyakini.
OoO
Sesampai dirumah,langsung saja aku berlarian kedalam kamar,mencari dimana keberadaan kertas origami itu.
Aku lupa terakhir kali menaruh benda itu,sudah terlalu lama.
Lama aku berpikir,sampai akhirnya aku lupa,aku selalu menaruh benda apapun yang menurutku penting di bawah ranjang.
Langsung saja kucari.
Senyumku merekah saat kutemukan benda itu .Kuambil lantas kupeluk,seperti memeluk tangannya ,"Chandra,bahkan gue masih ngerasa lo ada disini" bisikku
Langsung saja kubuka kemasannya,ku ambil salah satu kertas berwarna biru awan.
Kutulis beberapa kalimat rindu.Chandra..
Hai,apa kabar?
Semoga ingat denganku,Chandra.Aku rindiani gustira.
Ah ya,gimana dengan pinjaman nama gustira,sudah habis kontrak atau bagaimana?Kamu menghilang begitu saja,Chandra.
Kamu tau tidak,kamu pergi menimbulkan rindu.Sebenarnya aku benci berkeluh kesah seperti ini.
Hanya saja,rindu ini tak bisa ku tahan untuk tidak menjadi lebay.Cepat kembali,Chandra.
Langsung kubuat kertas itu menjadi burung,seperti yang ia minta.
Langsung saja aku pamit pada papa .
Sekarang aku berada di taman,untuk menerbangkan burung biru ini,semoga saja sampai pada si pemilik rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
impossible
Teen FictionAda kalanya kita ngerasa hidup ini ngga kaya yang kita pengen. Ada kalanya kita ngerasa hidup kita ini lebih buruk dari mereka mereka yang keliatannya lebih baik. Gue Gue selalu berpikir apa hidup gue ini benar-benar se-ngga beruntung mereka? Tapi s...