Bagian tanpa judul 5

1.6K 109 0
                                    


"Nama kamu siapa, nak?"


"Saya Kinal, tante."

Astaga, aku baru sadar ternyata ada seseorang yang sedang duduk disamping aku, apakah dia yang menyelamatkan aku? Kinal.

Ya ampun aku baru ingat lagi, ternya dia.. 

ORANG YANG SELAMA INI AKU CARI?? kata Shani dalam hati.

"Kamu yang menghubungi saya lewat hp Shani?"

"Iya tante,"

"Sebelumnya tante terima kasih banget atas pertolongan kamu," ibu Shani mengambil dompet dari dalam tasnya dan mengambil beberapa lembar uang. "Dan ini, tolong ambil lah," lanjutnya.

''Maaf, untuk apa ya tante?" Kata Kinal bingung.

"Ini untuk kamu, yaa hitung-hitung itu rasa terima kasih tante terhadap kamu, Kinal."

"Maaf tante sebelumnya, saya ikhlas menolong anak tante, saya permisi. Mari tante dan, emmm Shani?"

"Tunggu Kinal," ucap ibu shani lagi ketika Kinal hendak melangkah meninggalkan kamar rumah sakit.

"Iya tante?"

"Sebentar," ibu shani mencari pulpen dan kertas dan mencatat sesuatu entah itu apa. "Ini alamat rumah tante, tante mengundang kamu untuk makan malam bersama. Tolong kamu datang ya? Mungkin itu bentuk rasa terima kasih tante, tante harap kamu tidak keberatan atas undangan tante," lanjut ibu shani panjang lebar dan memberikan alamat rumah tersebut kepada kinal.

"Makasih tante, saya akan usahakan datang, mari," Kinal pergi dari kamar rumah sakit.

"Hati-hati, nak."



***



"Mah, maafin Shani ya ga nurut omongan mamah," aku sungguh sangat menyesal tidak menurut omongan orang tua.

"Tidak apa-apa, asal jangan di ulangi lagi, ok?" kata mamah sambil tersenyem, sungguh aku merasa benar-benar sangat bersalah terhadap mamah.

"Janji," aku mengulurkan jari jentik kepada mamah tanda sebuah perjanjian. Dan mamah pun membalasnya.

"Untung tadi ana Kinal, coba kalau tidak ada dia? Mungkin kamu masih di sana sampai sadar sendiri," ucap mamah meledekku.

"Mah."

"Iya?"

"Mobilnya?"

"Biar Lidya aja yang ambil nanti sekalian suruh mampir makan malam bareng, kamu sana istirahat."

"Iya mah."

Aku belum mengucapkan kata terima kasih kepada Kinal, saat di rumah sakit hanya mamah yang berbicara dengan dia, mungkin jika nanti malam Kinal benar datang akan undangan mamah. Aku akan mengucapkan rasa terima kasihku padanya.

Aku sangat beruntung di tolong olehnya, meski aku tidak tahu tentang kepribadiannya, tetapi aku yakin dia adalah orang yang baik. Ternyata masih ada orang  yang peduli terhadap sesamanya.

Benar kata mamah, jika aku tidak bertemu Kinal atau jika Kinal tidak menemukanku. Mungkin aku akan di sana selama mungkin dan menunggu akan kesadaranku.

Orang yang selama ini aku cari akan datang malam ini, itupun kalau jadi.

Penampilan dia kali ini agak sedikit berbeda dari sebelumnya ketika aku melihatnya.

Yang jadi pertanyaan, apakah dia masih mengenaliku atau sudah lupa terhadapku? Dan bagaimana tentang buku diary itu? Apakah dia masih mencarinya atau sudah pasrah atas kehilangannya.

Kalau tadi di lihat dari jarak dekat, kinal itu memiliki wajah yang manis dan natural tanpa polesan make up apapun, mungkin dia tidak peduli akan halnya berdandan.

Setelah di ingat-ingat saat di rumah sakit, aku melihat Kinal yang sedang mengusap cairan bening dari dasar pelupuk matanya, apa dia menangis karena nasibku? Atau, ada hal lain yang ia sembunyikan.

Begitu pun ketika dia berbicara dengan mamah, matanya sungguh sangat merah, manik mata yang menyorotkan rasa kesedihan yang begitu dalam. Mungkin itulah kesan pertamaku saat melihatnya menangis.

Mungkin kalau di pikir-pikir, usianya lebih tua dariku, untuk pertama kalinya aku meneliti penampilan seseorang dengan sedetail ini. Mungkin juga aku rasa hanya kagum padanya karena sudah menjadi malaikat penolong di siang bolong.

Ohh iya, waktu kemarin ka Lid bercerita tentangnya.

Dia kan satu kerjaan sama ka Lid dan kak Ve juga?

Aku hampir lupa.



Dysautonomia fell in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang