Bagian tanpa judul 31

843 60 1
                                    


"Keponakan tante? Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan shani, adik veranda."

"Tante.."

"Saya sudah tahu semua, dan yaaa akting kamu bagus juga menutupi perusahaan dengan cara menjadi karyawan agar tidak ketahuan bahwa itu punya kamu."

"Itu punya bunda, bukan punya aku tant."

"Sama saja." Kata rena sambil mencecap kopi yang ia pesan tadi. "Bagaimana kabar Citra?" Lanjut rena.

"Bunda sehat tant, bagaimana tante bisa kenal baik dengan keluargaku? Dan bisa mengenal bunda juga?"

Rena tersenyum atas ucapan kinal, mungkin itu yang rena tunggu kinal akan mengucapkan kata seperti itu. "Saya tidak bisa bercerita banyak tentang bagaimana dulu hubungan citra dengan saya. Intinya, yang jelas ibu kamu adalah seseorang yang sangat berarti bagi saya sebelum takdir mengubah."

"Aku tidak mengerti kemana arah pembicaraan tante."

"Kamu bisa tanya pada ibu kamu tentang saya. Sudah habis? Ayo masuk mereka pasti menunggu."

Rena dan kinal berjalan beriringan menuju koridor rumah sakit.
Namun batin kinal masih bertanya tanya. Siapa orang yang disampingnya itu, dan bagaimana dia bisa mengenal bundanya.

Sambil berjalan beriringan. Mereka bercengkrama sepanjang koridor, karena memang dari kantin sampai menuju ruang rawat shani lumaya cukup jauh.

"Orang tua shani bagaimana? Apa sudah tahu?"

"Itu yang aku pikirkan tant."

"Kamu harus berani menghadapi dalam mengambil hubungan seperti ini."

"Iya tant. Apapun yang orang orang bilang, aku tidak peduli, tekad aku tidak akan hilang untuk berjuang."

"Persis sama ibu kamu keras kepalanya."

"Aku penasaran sama tante."

"Mungkin kamu tidak akan percaya kalau saya mengatakan bahwa saya adalah mantan pacar ibu kamu."

"HAHH???"

"Baru juga dibilangin, ayo masuk."


**


Kak kinal, tante rena. Batinku.

Bagaimana bisa mereka bisa bebarengan, apa mereka sudah kenal.

Disini. Dikamar rawatku, sudah ada seseorang yang ingin aku temui, ternyata dia datang bersama tante rena dan kak lid juga.
Senyum manis yang ia berikan padaku cukup untuk membuatku merasa tenang.

"Lu habis pacaran ya sama mami gua? Lama banget." Kata ka lid pada kak kinal.

"Lidya yang sopan."

"Hehe damai mi." Cengir kak lid sambil mengacungkan dua jari tanda damai. "Mana makanan gua?" Lanjut kak lid dan membalik telapak tangannya di hadapan kak kinal.

"Lidya, kamu tidak tahu sedang berbicara sama siapa?" Tegur tante rena lagi.

"Sama pau-"

"Bos kamu ini."

"Bos apaan, orang yang punya perusahaan kan Citra, sama seperti nama perusahaannya Citra Digital."

"Ngeyel kamu kalau dibilangin."

Kak kinal tidak memperdulikan pertengkaran kecil antara ibu dan anak itu. Dia lebih memilih menarik kursi yang ia duduki dan mendekatkan padaku, sekarang dia sudah disampingku, aku hanya tiduran karena jika bangun kepalanya akan terasa sakit lagi.

Sambil menopang dagu dengan kedua tangannya dan sikunya diletakan pada bagian kasur yang sedang kutiduri. Jadilah posisi kita sangat dekat, aku yang ditatap seperti itu hanya pura pura memejamkan mata karena tak kuasa jika harus beradu tatap dengannya.

Dengan posisi seperti ini. Sempat sempatnya dia menggodaku, tidak tahu apa kalau disini banyak pasang mata yang memperhatikannya.

"Sudah makan?" Tanyaku padanya. Aku yang masih enggan membuka mata, jika aku membuka mata mungkin dia akan menatapku juga.

Baru fase bertatapan sudah gugup tidak karuan. Bagaimana jika dipelaminan, ehhh.

Mamah sama papa sudah izin minta pulang karena dirumah tidak ada orang, mang agus sudah dua hari ini dia izin pulang kampung karena adik bungsunya nikahan, katanya.

Kak ve sama kak lid mereka masing masing sibuk dengan ponselnya yang sedang duduk disofa, karena ini ruangan VIP.

Tapi lain halnya dengan tante rena. Matanya awas bibirnya tersenyum melihat aku dengan kak kinal, ada apa?


**


Tiga hari menjelang shani dirawat. Dan hari ketiga pun shani sudah diizinkan oleh dokter untuk pulang, mungkin agak siangan shani akan pulang karena pagi ini belum mendapatkan kunjungan dari dokter untuk melihat kondisinya.

Sekarang masih jam sembilan pagi. Tapi disini sudah ada seseorang yang selalu shani rindukan meski mereka berdekatan, siapa lagi kalau bukan paus.

Dirumah sakit hanya ada shani dan kinal. Para keluarga yang kemarin ada dirumah sakit pun sudah menjalankan akfititasnya masing masing, mendengar kondisi shani membaik, ayahnya memutuskan untuk bekerja lagi. Begitu pula dengan veranda dan lidya, tapi ini satu orang yang ada di kamar rawat shani santai santai saja, apa dia tidak mempedulikan pekerjaannya, pikir shani.

Memang waktu malam kinal menginap disini dengan ibunda shani. Dan pagi pagi sekali kinal sudah ada di samping shani.
Ibunda shani izin pulang sebentar karena katanya hanya sebentar ingin mengecek rumah, berhubung disini ada kinal, jadi ibunya sedikit tidak khawatir untuk pulang.

Dysautonomia fell in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang