1

6K 184 1
                                    


"Boleh ikut duduk?"  Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya dan sedikit menggeser dudukku untuk berbagi duduk dengannya. "Ini untukmu," dia mengeluarkan dua buah minuman kemasan kaleng dan memberikan satu buah minuman tersebut untukku, akupun menerimanya.

"Makasih," aku menerima minuman itu dan mencoba memberanikan diri untuk melihat wajahnya. Dia, gadis berambut pendek sebahu, gayanya seperti laki-laki, dengan celana panjang yang robek di bagian lututnya. Kalau rambutnya agak pendek lagi, mungkin aku tidak mengenalinya kalau dia seorang perempuan.

"Mari," dia berlalu pergi meninggalkan minuman kaleng yang hanya tinggal setengah dan... Dia meninggalkan buku diary miliknya. "Heyy ini milikmu." 

Hufft. Rasanya percuma saja aku berteriak, karena dia sudah dulu naik metromini, lebih baik aku menyimpannya. Siapa tahu besok atau lusa kita dapat segera berjumpa.




Empat bulan berlalu setelah pertemuan singkat di halte, masih tergambar jelas bayangan wajah gadis itu, gadis yang entah siapa yang hanya sebentar singgah dikala hujan melanda.


Bahkan sampai sekarang aku masih menyimpan buku diary miliknya yang setiap hari aku bawa di dalam tas kuliah, siapa tahu kita bertemu tanpa sengaja seperti dahulu kala. Dan aku hanya ingin mengembalikan barang miliknya, siapa tahu itu barang sangat berharga baginya.

"Masih belum ketemu juga sama pemiliknya?"

"Belum kak."

Dia Jessica Veranda, kakakku, berbeda empat tahun denganku. Aku biasa memanggilnya kak Ve, beberapa bulan waktu kejadian aku bertemu dengan seseorang pemilik buku diary itu aku langsung menceritakannya pada kakak. Kami sangat dekat, bahkan orang-orang mengira kalau kami ini anak kembar, padahal tidak.

Aku dari kalangan keluarga yang dibilang, yah cukup berada. Ayahku seorang pekerja kantoran. Kalau ibu, hanya ibu rumah tangga biasa. Walaupun ayah jarang berada di rumah, tetapi kasih sayang dia tidak perlu di ragukan lagi.

Aku Shani Indira Natio, berbeda dengan kak Ve. Aku lebih pendiam dari pada dia, dan hanya menghabiskan waktu membaca novel.

Namun tepat hari kemarin, aku sudah tidak di izinkan lagi kuliah oleh mama, keluar rumah pun harus ada pengawasan. karena aku mempunyai riwayat penyakit yang dimana fungsi tubuhku tidak menerima kontrol sadar, sehingga pengaturan suhu, pencernaan, tekanan darah, dan detak jantung, gagal berfungsi. Yaitu Dysautonomia. Atau kata lain dari penyakit tidak nampak atau juga bisa disebut  POTS (Postural Orthostatic Tachycardia Syndrome). 'Jangan karena tidak tampak, maka dianggap tidak ada'. Itulah slogan untuk meningkatkan kesadaran.

Kata dokter untuk saat ini belum ada obat untuk penyakit sepertiku. Menyedihkan bukan!

Aku menyadari mempunyai riwayat penyakit ini sejak saat SMP, aku sering pingsan yang dimana tidak tahu tempat. Bahkan akhir-akhir ini aku gampang kelelahan, apa mungkin itu dampak dari sakit itu? Aku tidak tahu!

Mungkin dimulai dari hari ini, aku akan menghabiskan waktu hanya di rumah, dirumah dan dirumah. Membosankan!

Aku hanya bisa berharap pada Tuhan, semoga penyakitku segera secepatnya di angkat, aku ingin hidup normal seperti orang lain pada umumnya.

Tentang gadis itu, rasanya tidak mungkin lagi aku akan bertemunya kembali, mengingat dengan kondisiku yang sekarang. Aku tidak diperbolehkan keluar rumah tanpa seizin ayah atau ibu, apalagi kak Ve. Dia sangat sangat overprotektif terhadapku, mungkin kak Ve hanya ingin memberikan yang terbaik untuk adiknya.

Meski begitu, aku tidak hanya santai santai saja dirumah, setidaknya bantu mama lah ya. Ambillah peran walaupun sedikit.



Dysautonomia fell in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang