Bagian tanpa judul 37

1.1K 60 0
                                    


Di kantin yang penuh haru, rina tentunya sangat kaget ketika melihat citra datang bersama kinal, dan dokter naomi.

Mereka tidak memperdulikan sekitaran orang orang yang sedang melihatnya

Mereka berpelukan untuk melepas hasrat kerinduan yang tak tertahan, meski dalam hati kecil rena masih mencintai citra, namun apa daya dia sudah mempunyai rumah tangga masing masing.

Rena menceritakan fakta pada rina bahwa naomi adalah istri dari citra dan mereka adalah orang tua kinal. Tentu itu yang membuat rina sangat kaget, di tambah orang yang dulu adalah mantan dari adiknya dan dokter yang rina temui tempo hari waktu memeriksa shani.

Mereka tidak hanya bertiga, tapi seorang gadis yang seumuran dengan shani yang ternyata adalah adik dari kinal. Sinka Juliani.

Dulu citra pernah mempunyai suami sewaktu kinal masih berumur enam tahuh, mereka bercerai karena citra ketahuan menjalin hubungan dengan seorang perempuan, yaitu dokter naomi.

Dengan berat hati sang suami yang mengerti tentang kebahagiaan istrinya, dia rela bercerai jika dengan seorang perempuan yang membuat citra bahagia. Tetapi mereka masih menjalin kekeluargaan, dan kinal tetap anak dari sang mantan suami citra tersebut.

Entah pertemuan dimananya sampai akhirnya citra dan naomi menikah, naomi yang di tinggal suaminya sejak dulu sewaktu sinka masih kecil.

Mereka sudah mempunyai anak masing masing, tentunya kinal sangat senang mempunyai adik meskipun itu bukan adik kandung yang sebenarnya.

Dan sekarang citra lagi hamil empat bulan.

"Jujur bu! Saya pun tidak ingin kinal mempunyai hubungan dengan seorang perempuna, dan dia mengikuti jejak saya. Tapi saya sebagai orang tua hanya ingin melihat anak saya bahagia, itu saja." Ucap naomi pada rina.

"Apa dokter tidak ada rencana lain selain menyetujui hubungan seperti ini?"

"Di terima atau tidaknya itu urusan ibu dengan suami ibu, yang saya pikirkan hanyalah kinal dengan anak ibu bagaimana jika mereka tidak bersatu."

"Saya masih bingung, bagaimana jika tenangga, saudara, kerabat dan yang lainnya akan mencela hubungan mereka jika menikah? Saya tidak ingin anak saya menjadi bahan perbincangan."

"Kita sebagai orang tua seharusnya bisa melindungi mereka, begini saja. Keputusan ada di tangan ibu, saya harus segera pulang karena istri saya sedang hamil."

"Kamu hamil cit?" Kini rena ikut berbicara.

"Iya ren."

"Widih selamat ya, kamu bakal jadi momy lagi haha."

Hanya di jawab senyuman oleh citra, mungkin dia masih kaku karena bertemu kembali dengan mantan kekasihnya yang sudah lama tidak ada jumpa dan sapa. Tentu ada rasa kesal di hati naomi, sudah pasti, wong mereka kan istri istri.

Bukan suami istri, haha.

"Alangkah baiknya kita makan saja dulu sambil menunggu suami saya, karena keputusan terbesarnya ada di tangan suami saya. Sejujurnya saya sudah ikhlas dengan maksud kedatangan kalian."

"Jadi mbak rina?"

"Iya cit, mungkin dulu mbak selalu menentang kamu dengan rena, mungkin juga sudah sepantasnya shani untuk menikah, dan mungkin kinal lah kebahagiaan anak saya."


**


"Dulu shani ngambil jurusan apa dek?"

"Kedokteran kak, sama seperti sinka."

Tentu saja sinka pun tidak menyangka bahwa pacar kinal adalah sahabat lamanya waktu kuliah, mungkin sinka akan merasa senang jika shani jadi menikah dengan kakak iparnya.

Di ruang shani, kinal duduk di kursi di tepi ranjangnya. Dia sangat merindukan seseorang yang sudah lima bulan tidak bertemu , bahagia dan penuh haru yang kinal rasa.

Bahagia karena bertemu kembali dengan kekasihnya, haru ketika melihat shani yang terbaring untuk kesekian kalinya.

Kinal membayangkan bagaimana jika orang tua benar benar tidak merestui hubungannya, yang di pastikan dunia kinal akan benar benar hancur.

Melihat kekasihnya yang sedang terbaring lemah adalah kelemahan kinal, seandainya kinal mempunyai kekuatan untuk bisa menyembukannya. Namun apa daya, yang kinal punya hanyalah rasa kecewa ketika dia tidak bisa apa apa untuk kekasihnya.

Mungkin saja jika shani sudah menikah dan penyakit itu akan berangsur angsur hilang, yang kinal lakukan hanyalah harus selalu ada untuk shani, menguatkan, dan kasih sayang yang paling utama.

Mungkin untuk saat ini hanya itulah yang bisa kinal lakukan untuk shani. Selama pacaran, kinal tidak pernah menyakitinya, dia selalu menuruti apa yang shani ingini, dia benar benar menjaga shani dengan sepenuh hati.

Bahkan jika kinal berpergian jauh tentang masalah pekerjaan, dia selalu menitipkan shani pada lidya yang untuk selalu mengawasinya. Tentu lidya pun tidak bisa menolak karena mengingat shani adalah sepupunya dan kinal adalah sahabatnya.

Pergerakan kecil dari jari shani menandakan bahwa dia sudah sadar dari tidurnya, shani merasakan bahwa ada seseorang yang sedang duduk di sampingnya. Namun dia enggan untuk menoleh karena dia takut yang di lihat adalah mamahnya.

Shani benar benar masih kecewa pada ibunya, mungkin.

Sinka yang tadinya duduk di sofa, dia mulai bergerak maju pada shani yang sudah bangun. Shinka tersenyum di hadapan wajah shani.

"Hai." Sapa shinka lembut.

Tanpa berucap, shani langsung memeluk sinka dengan erat dan menenggelamkan wajahnya pada dadanya. Dia tidak memperdulikan selang infus yang masih menggantung padanya, dan masih tidak sadar bahwa ada satu orang lagi di sampingnya.

"Aku bukan mimpi kan?"

"Kamu tidak mimpi kok, aku benar benar nyata."

"Kemana aja?" Shani menangis dalam pelukan sinka, mungkin dia benar benar merasa sangat kangen padanya.

"Aku ada ko?"

"Kangen banget sama kamu?"

"Yahh drama deh!" Kinal pura pura ngedumel yang melihat adiknya sedang berpelukan dengan calon kaka iparnya.

Shani menoleh ke sumber suara yang di sampingnya, dan langsung memeluk kinal, dia menangis sejadi jadinya pada perut kinal ketika baru sadar bahwa kinal ada di sampingnya sedari tadi.

"Kamu lebih kurus sekarang, pipinya uda gak bisa buat kakak cubit lagi, kenapa hmm? Katanya sering sakit sakitan, iya?" Kinal ikut menitihkan air mata ketika melihat kekasihnya yang jauh dari kata sehat.

"Kak, aku kangen."

"Iya kakak juga, udah jangan nangis kakak gak suka liatnya." Ucap kinal sambil menghapus air mata shani dengan ibu jarinya.

"Aku pengen ikut kakak aja."

Kinal hanya diam dan sesekali masih mengelus shani untuk menengkan.


"Udah temu kangennya?"

Orang tua mereka tersenyum melihat kemesraan anak anaknya.







Dysautonomia fell in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang