Bagian tanpa judul 13

1K 73 0
                                    


Kak kinal : Shan makasih untuk hari ini sudah temenin aku jalan jalan.

Aku : Harusnya aku yang bilang makasih kak? Sampe repot repot di beliin kucing segala.

Kak kinal : Kita saling bilang makasih, ok! Haha, jangan lupa dikasih susu teman barunya tuh?

Aku : Iya kak!!

Aku sempat berbalas pesan dengan kak kinal hanya beberapa kiriman. Aku langsung segera ke dapur untuk membuatkan susu untuk Jhenn.

Setelah selesai membuatkan susu langsung saja aku menuju kamar untuk memberinya asupan, karena setahu aku kucing yang baru berumur tiga bulan masih belum baik untuk menerima makanan, kecuali susu. Kucing ini benar benar lucu.

Aku jadi senyum senyum sendiri ketika mengingat kak kinal, dia sungguh sangat perhatian, ceria. Kadang aku ikut tertawa ketika melihat tingkah lakunya.

Jika aku mempunyai pacar, belum tentu juga pacarku akan seperhatian seperti kak kinal. Tapi fikiran itu langsung kutamik, karena tidak mungkin ada seseorang yang mencintaiku dengan setulus hatinya.
Bagaimana mau denganku yang seperti ini, lagi pula aku tidak pernah memikirkan itu dulu.

Tapi jika dengan kak kinal, aku tidak menolak....ehhhh.

"Shan!!" Aku mendapati kak ve yang masuk kedalam kamarku, dan langsung duduk diatas ranjang.

"Ehh kak ve!"

"Kamu ngarahin sendoknya kemana? liat tuh susu pada tumpah?"

"Ehh."

Gara gara terlalu memikirkan kak kinal, aku jadi tidak fokus memberi susu ke jhenn. Yang seharusnya ke mulutnya, ini malah ke lantai semua. Duhh shani ceroboh.
Aku langsung membersihkan tumpahan susu dengan lap. Aku harus bikin susu lagi kalau begini mah..huff maaf jhen.

**

"Kamu kelihatan sudah mulai akrab sama kinal, shan?"

Saat ini aku dan kak ve sedang berada diatas ranjang milikku, setelah memberi susu ke jhenn, aku langsung duduk disamping kak ve.
Kak ve memang sering masuk ke kamarku, hanya untuk mengecek keadaanku atau hanya sekedar ngobrol ringan.

Karena beberapa tahun lalu saat aku masih kuliah, aku sempat tidak sadarkan diri ketika ditempat tidur. Beruntung waktu itu ada kak ve dan aku langsung dibawah kerumah sakit. Itu yang aku dengar ketika kak ve bercerita tentang itu padaku.

"Iya kak, kak kinal baik orangnya."

"Kakak juga seneng kamu ada temannya sekarang! Kinal itu memang anak baik shan? Dikantor juga dia sering membantu kakak."

"Iya kak aku juga seneng punya teman kaka kak kinal."

"Yaudah kamu mau makan malam bareng gak? Jangan mikirin kinal melulu." Kata kak ve yang sambil berlalu meninggalkan kamarku.

"Kak ve apaan sih!!"

Ucapan kak ve barusan cukup membuatku malu, layaknya seperti sang pujangga yang ketahuan karya buatannya bukan ciptaannya.

Aku segera turun untuk mengikuti makan malam bersama, karena memang aku jarang ikut makan bersama dengan mereka selain ada papa.
Tidak tahu kenapa aku lebih dekat dengan papa, lebih bersahabat, dan lebih terbuka juga.

Kalau kata papa. Jadilah seperti kaktus yang tidak manja, pandai melindungi diri, mental yang kuat, sabar, dan istimewa.
Dibandingkan dengan mamah, papa selalu memberikan motifasi motifasi hidup untuk meningkatkan kesadaran.

Tapi untuk sekarang tidak ada papa, hanya ada kami ber tiga.

Aku segera menyendok nasi untuk mamah, kak ve, dan untukku juga.

Coba saja disini ada kak kinal, pasti aku tidak akan sungkan akan menyajikannya juga.

Mungkin besok besok aku harus tahu kostan kak kinal. Setidaknya hanya ingin mengetahuinya saja, siapa tahu suatu saat aku sedang jenuh dirumah kan bisa main ke kostan kak kinal.

Kak kinal sudah makan belum ya?

Apa dia sudah tidur?

Lebih baik aku segera menghabiskan makanku dan menanyakan hal itu kepada kak kinal.

Dysautonomia fell in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang