Perih

1K 139 7
                                    

"Bisakah kau memberitahu alasanmu menolak perjodohan ini?" Sambungku meminta.

"Tidak harus kepada ibumu, kepadaku saja. Setidaknya ... jawabanmu bisa sedikit membuatku puas." Lanjutku yang terus bertanya.

"Sudah jelas. Aku sudah pernah mengatakannya dirumahmu waktu itu. Dihadapan ibuku dan ibumu, juga didepanmu, bukan?" Jawab P'Pha yang masih belum membalikan badannya.

"Pasti ada alasan lain. Iyakan?"

Tapi pertanyaanku itu selalu diabaikan olehnya. Aku bingung harus bagaimana lagi agar membuatnya mengatakan alasan yang sesungguhnya kepadaku.

"Jika kau masih disini. Baiklah. Aku akan mengatakannya."

Akhirnya ia ingin mengatakannya juga. Lalu ia berbalik kepadaku dan selepas itu ia berkata

"Karena aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun padamu."

Ada apa denganku? Ada apa dengan hatiku kali ini. Hatiku terasa sangat prih sekali.

'Wayo, mengapa kau plin-plan. Inilah yang kau inginkan. Tapi ... aku mulai menghawatirkannya'

"Apakah ...." Ucapku kemudian.
"Ini karna semalam? Ketika kau melihatku mencium pacarku?" Tanyaku pada akhirnya.

P'Pha lantas terfokuskan padaku lagi dan aku tetap menanti jawabannya.

"Tidak." Sahutnya langsung.

Aku cukup terkejut dengan jawabannya itu, sangat terkejut.

"Lagi pula, siapa aku? Aku hanyalah tuan muda yang kau layani. Aku tidak berhak mencampuri yang bukan urusanku." Ujarnya.

[Author]
Yo duduk melamun di sofa dirumahnya, melamunkan kejadian tadi. Dan sang ibu memghampirinya membuat secangkir teh kesukaan Wayo.

Ibunya datang pun Yo tidak sadar, meski suara tabrakan gelas dengan meja juga tidak bisa menyadarkannya.

Sang ibu memerhatikan dengan sedihnya wajah Yo yang mulai murung setelah ia pergi dari rumah Phana.

"Yo." Ucap sang ibu yang tak kunjung menyadarkan putranya.

Setelah di panggil berkali-kali dan tidak menyahuti, sang ibu meraih tangan Yo serta menggenggamnya dan akhirnya Yo menatap ibunya itu.

"Iya, ma?" Ucap Yo.

"Maafkan mama, ya? Mama tidak seharusnya memaksamu untuk melakukan perjodohan ini." Ucap sang ibu yang menyesali perbuatannya.

"Hoih, tidak apa ma. Lagi pula ini sudah batal, dan aku bisa hidup tenang." Seru Yo.

"Aku pergi menemui Bas di kamar ya?" Pamit Yo kemudian.

Yo lantas mengambil secangkir teh itu dan membawanya ke kamar untuk di nikmati selagi ia mengobrol dengan Bas.

2 hari telah berlalu .....

[Wayo]
"Sebelumnya hidupku tidak seburuk ini, jika dia tidak hadir didalam hidupku"

Aku pernah mengatakan hal itu, bukan. Arti dari kata itu sudah menggambarkan kondisi hidupku saat ini sebanyak 30%. Kenapa? Karena aku tidak mengatakan kata "akan". Kenapa? Karena jika aku mengatakannya, itu berarti menggambarkan kehancuran total dari hidupku.

Stay With Me, P'Pha. [Friday Night]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang